Malam sudah semakin larut, kegemparan yang tadi terjadi mulai dapat dikendali. Semuanya kembali bereaktivitas meski kadang-kadang ada kumpulan pelayan yang berbisik.
Sasuke mengejamkan mata membiarkan saja suara tabib yang telah selesai memeriksa ratunya. Membicarakan banyak hal yang hanya dapat Sasuke tangkap bahwa Sakura sedang mengandung darah dagingnya.
Anaknya, Sakura tengah mengandung anaknya.
Sasuke tak bisa menahan decakan, selama ini dia selalu berhati-hati. Dia tidak mau membuat Sakura hamil hingga membuat mereka berdua berada disituasi yang semakin sulit. Terakhir kali mereka melakukannya adalah sebelum kematian Selir Xio. Mungkin Sakura lupa meminum obatnya dan dirinya pun tak ingat untuk mengatakan kepada Sakura.
Kelahiran anak dari Sakura sama sekali tak menguntungkan, meski dirinya butuh keturunan, tetapi dalam keadaan sekarang dia tidak mau --belum-- karena dengan kelahiran itu Sasuke tak tahu harus berbuat apa. Kehadiran anak disituasi kacau orangtuanya, pastilah sama sekali tak diinginkan.
"Ratu hamil," ujar tabib itu dengan menundukkan kepalanya, mengucapkan kesimpulan dari segala kalimatnya.
"Apa kandungannya kuat?" Apa tubuh Sakura dapat menanggungnya? Lanjutnya dalam hati. Sakura tidak memiliki stamina maupun daya tahan yang besar, perempuan itu meski tampak tangguh, tetapi sering kelelahan. Jika egonya tak bisa ditakhlukan --seperti insiden mogok makan-- maka ntah kebapa tubuhnya tiba-tiba kuat. Namun, aktivitas biasa selalu berhasil membuat napas Sakura memburu dengan keringat yang membanjiri tubuhnya, hingga pada malam hari perempuan itu jatuh terlelap cukup lama.
Dan itu menjadi salah satu alasan kuat Sasuke untuk tidak membiarkan Sakura hamil.
"Saya tidak bisa memastikannya. Mungkin karena tubuh Ratu yang lemah maka resikonya semakin besar. Namun, saya rasa Ratu sudah cukup kuat."
Sasuke menyipitkan matanya kala mendengar itu, membuat sang tabib merasa gemetaran.
"... Jika itu menbahayakan nyawanya, maka gugurkan saja." Ucapan Sasuke membuat semua yang berada satu ruangan dengannya terkesiap kaget.
Sasuke memandang Sakura yang terbaring dengan muka pucat seakan tak ada aliran darah di sana. Sangat lemah dan rapuh hingga membuat Sasuke semakin yakin akan keputusannya. "Aku bisa mendapatkan keturunan dari wanita lain, tapi Sakura ... hanya satu-satunya di dunia."
Dia tidak mau kehilangan wanita itu, meski harus pening memikirkan perangainya dan merasa sakit akan kata-katanya, tetapi Sasuke sudah terbiasa ... akan kehadiran Sakura di sisinya.
••
"Kau hamil." Suara yang tertangkap sesaat aku mendapati kehadirannya membuatku mengerutkan dahi, merasakan tubuh yang masih lemah. "Hah?" Ingatan sebelum aku pingsan mendatangiku, aku menatap Sasuke was-was, tidak percaya akan ucapannya.
"Kau. Hamil. Anakku," ucap dia lagi. Kali ini memberikan penekanan akan setiap katanya. Aku mengerjab-ngerjapkan mataku tak percaya, memasang ekspresi seolah mengatakan, kau bercanda?
Aku ingin tertawa, tetapi raut wajah serius Sasuke membuatku menahan itu. Mulutku mengap-mengap, mencoba membalas ucapannya. Namun, tak tahu harus berkata apa, sehingga yang bisa kulakukan hanyalah menggigit bibirku kuat. Mencari pelampiasan.
"Apa yang harus dilakukan?" Sasuke manatapku mengancam, tangannya berada di dalam saku dan pakaiannya yang kelam tampak menyatu dengan keadaan cahaya remang di kamarku. "Pertahankan atau malah ... di'buang'?" Pemilihan kata Sasuke membuatku semakin menggigit bibir, tak perduli akan rasa yang tiba-tiba tercecap di lidah.
Sasuke melangkah mendekat, membuatku secara tak sadar segera meletakkan kedua telapak tangan di perut, membuat gerakan perlindungan. Sebuah gerakan yang membuat Sasuke berhenti melangkah seraya menarik sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal (sasusaku)
FanfictionMereka yang kala bersama saling menghancurkan, tapi ketika berpisah malah terasa amat menyakitkan. Yang pernah saling membunuh dalam perasaan, tetapi tak terealisasi karena cinta telah lebih dahulu menunjukkan kekuasaan. ___________________________...