Pengangkatan Yamanaka Ino sebagai selir yang baru cukup mengguncang dan menjadi bahan perbincangan, semuanya seolah merasa ngeri dan takjub karena perempuan berambut pirang itu dengan beraninya menawarkan diri.
Dan malam ini menjadi malam pertama dalam kedudukannya sebagai selir, ketika dia hendak beranjak menuju perpaduannya yang baru, kehadiran sang Ratu membuat gerombolan yang mengiringnya segera berhenti dan melakukan penghormatan.
Ia tersenyum setelah menunduk penuh hormat, barulah kemudian menatap perempuan nomor satu di berbagai kerajaan itu. "Yang Mulia, kita bertemu. Padahal hamba ingin mengunjungi Yang Mulia besok, hari sudah beranjak malam," ujarnya masih mempertahankan ekspresi. Namun, yang diajaknya berbicara hanya diam dengan menatapnya rendah. Bahkan kepalanya terangkat angkuh.
Lalu, dengkusan terdengar darinya, dia yang sempat menghentikan langkah kembali melanjutkan berjalan dan ketika berada bersisian dengannya, perempuan itu berkata, "Tidak perlu. Kau pasti akan lelah besok." Ratu Kerajaan Api itu kemudian menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis. Barulah pergi meninggalkannya yang kembali mengepalkan tangan.
Haruno Sakura tengah menyindirnya. Perempuan itu memang pintar memainkan emosi lawannya -sesuai dengan gosip yang beredar di dunia luar-.
Yamanaka Ino kemudian memasuki peraduannya, membiarkan para pelayan melaksanakan tugas mereka. Duduk di atas tempat indah sembari matanya menyorot tajam. Otaknya masih memikirkan cara dan menyusun strategi selama ia tinggal di sini. Istana bukanlah suatu tempat yang aman dan tentram, hidup di sini bahkan jauh lebih sulit daripada hidup di desa. Tangannya yang mengepal dengan ekspresi yang menggelap berhasil membuat salah satu pelayan mendekat. "Yang penting jangan menarik perhatian dari Ratu, Tuan Putri. Lagipula Raja tidak menyukainya, hanya membalas dendamnya. Lawan Anda sesungguhnya adalah Hyuga Hinata, dia terlalu licik dengan berpura-pura lemah."
Ino mengangguk, membenarkan. Perempuan yang merupakan Putri dari Kerajaan Moon itu merupakan musuh terbesarnya. Dia memiliki hubungan yang baik dengan Raja sejak kecil, dan kemudian Raja menjadikannya selir utama. Bahkan ada yang yang menyebutkan bahwa Raja telah lebih dahulu kenal dengan Hinata dari pada Ratu. Satu-satunya selir yang tak bisa diremehkan Haruno Sakura adalah wanita itu, raja seolah tuli bila menyangkut tentangnya.
Namun, Ino menggertakkan giginya. Meski Hyuga Hinata tampak menjadi musuh terkuat dalam hal ini tetapi semuanya pun tahu bagaimana berkuasanya Ratu, satu-satunya perempuan yang masih dipertahankannya meski begitu banyak yang menginginkan kematiannya.
Pelayannya itu salah. Lawannya masih Haruno Sakura.
"Tenangkan pikiran Anda, Putri. Lebih baik Anda memikirkan tentang malam ini." Sang pelayan mengurut bahu Ino lembut seraya tersenyum penuh arti.
•••
Sakura sudah terlelap dalam tidurnya, ia berbaring miring dengan napasnya yang teratur. Peraduannya diterangi oleh perapian yang remang-remang, sedangkan di depan ada begitu banyak penjaga yang memastikan dirinya tetap aman.
Uchiha Sasuke berdiri di sebelah ranjang, memandang wajah tenang sang ratu yang sangat jarang bisa ditampilkan. Matanya menyorot biasa dengan wajahnya yang datar, rambutnya yang biasa diikat kini dibiarkan mengurai sehingga menambah kerupawanannya.
Rupanya sang ratu sadar bahwa ada yang sedang mengawasi, oleh karena itu matanya mengerjap sembari menangkap kehadiran suaminya yang masih berdiri. Maka kemudian ekspresinya mengeras, segera bangkit dari baringnya. "Kenapa?" tanyanya terdengar serak, kemudian memandang tubuh Sasuke dan menampilkan senyuman.
"Apakah dia nikmat?" tanyanya lagi mencemooh dengan netra yang berotasi.
"Tidak senikmat dirimu," balas Sasuke, naik ke atas ranjang dan mengelus kepala Sakura yang kini duduk di ranjang. Tak ada rasa dalam elusan itu, sentuhannya terasa keras. Namun, Sakura menepis tangan Sasuke, meski harus merasakan tangannya yang sakit karena itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/213822779-288-k292051.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal (sasusaku)
FanficMereka yang kala bersama saling menghancurkan, tapi ketika berpisah malah terasa amat menyakitkan. Yang pernah saling membunuh dalam perasaan, tetapi tak terealisasi karena cinta telah lebih dahulu menunjukkan kekuasaan. ___________________________...