Alsava Tribuana Atmaja. Gadis yang memiliki kulit putih bersih, manik mata hitam dengan tatapan mata teduh, dan bibir mungil. Ia memiliki senyuman menenangkan setiap orang yang melihatnya. Sebenarnya Sava anak orang tajir. Hei bagaimana tidak, ayahnya Aditya Atmaja seorang pria sukses yang memiliki beberapa cabang perusahaan di berbagai kota. Dan bundanya Sarah Dwi Atmaja, memiliki butik yang cukup ternama di Jakarta.
Hanya saja Sava sangat tidak menyukai hal yang merepotkan seperti hangout, shopping atau hal-hal yang biasa dilakukan oleh anak orang kaya pada umumnya. Bukan karena ingin menjadi gadis fake nerd yang ingin mencari teman dengan ketulusan hati. Hanya saja Sava terlalu malas, entah malas karena apa dirinya sendiri pun bingung. Kemana-mana saja ia menaiki bus atau angkutan umum lainnya. Katanya sih, mengendarai mobil itu sangat merepotkan, repot parkir, repot belokin stir mobil, repot nginjek gas dan rem, dan membuat macet jalanan saja.
Di sekolah pun ia hanya memiliki segelintir teman, dan yang mereka tahu, Sava hanyalah anak dari kalangan orang yang hidup sederhana. Faktanya jika ia menginginkan iPhone 15xy pun ia bisa membeli 10 unit.
Saat ini Sava sedang menikmati langit malam yang bertabur bintang di balkon kamarnya, sembari minum cokelat panas, bermain tiktak chu dan menyelesaikan puzzle. Hanya saja dirinya masih bingung, mengapa saat ini ia berada di sini, bukankah seharusnya ia menyelesaikan tugas tugas sekolah nya dan belajar untuk menghadapi ulangan harian matematika besok? Oh ayolah itu sungguh merepotkannya. baginya menatap bintang-bintang saat ini adalah rutinitas yang tidak boleh terlewati.
"Hi teman-teman. Kini aku semakin mencintai pencipta mu." Ucapnya sambil menatap langit malam.
Ponsel nya berdering, menunjukkan nama Mas Adam di sana.
Halo mas, kenapa?
Plis panggil gue Adam, kita ini sepantaran Sava.
Sava terkekeh dan Adam mendengar itu.
Iya Dam ada apa telfon gue?
Temenin gue beli martabak
Jiwa raga gue terlalu berat untuk ninggalin rumah.
Lo harus tahu indahnya kota Jakarta saat malam hari Va, gue jamin Lo pasti ga mau pulang.
Oke gue mau, but
Tapi?
Lo jangan bawa kendaraan, kita naik angkot aja, deal?
Oke.
Sambungan telepon terputus.
Sejak peristiwa beberapa Minggu yang lalu di Starbuck, Adam meminta nomor telfon Sava saat itu, katanya sih Sava itu unik dan menarik. Cantik yang pasti. Sampai di anterin pulang segala. Tetapi Sava menolaknya dengan alasan
"gue ga suka naik motor gede lo itu, naik nya aja bikin capek duluan."
"Oh lo lebih suka naik mobil?"
Sava mengangguk
"Oke gue pinjam mobil ke temen gue dulu sebentar."
Sava menahan lengan Adam yang hendak pergi dan berkata, "temen lo punya mobil angkot?."
Adam mengernyit bingung.
"Gue cuma mau pulang naik angkot, bukan mobil lain yang lo maksud"
Sejak saat itu Adam memutuskan bahwa Sava harus menjadi kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINGUNG
Подростковая литератураKetika banyak pria tampan yang menyukainya, bukan hanya sekedar suka, mereka menyayangi mencintai dan sangat menjaganya. Tetapi ia hanya memilih satu, ya!. Hanya satu pria yang di izinkannya untuk mendobrak pintu hatinya. Kenalin, aku Alsava Tribua...
