Malam itu di tukang martabak.
"Dam gue pengen pulang."
"Kenapa? lo takut di marahin bokap nyokap lo?, santai Va, gue yang ngomong nanti" ucap Adam sambil mengunyah martabaknya dengan lahap.
"Bukan itu"
"So?"
"Sebegitu sukanya lo sama martabak? Lahap banget udah kayak busung lapar" ucap Sava diselingi tawa.
Adam bingung dengan gadis ini, tadi minta pulang, sekarang malah menertawakannya, tapi entah mengapa saat Sava tertawa, Adam ikut tertawa. Mungkin mereka gila.
....
Saat ini Sava sedang berada di dalam bus menuju sekolah yaitu SMA Bina Harapan. Sebenarnya ia belum menyelesaikan tugas sekolahnya, katanya sih 'gue temen Arin, gue temen Arin, gue temen Arin' diulang-ulang terus hingga ia tertidur.
Arina Dwiyanti, teman sebangku Sava, memang Arin sangat pintar di sekolah dan Sava selalu merepotkannya jika ada tugas. Tetapi, Arin itu bestfrienable banget, dengan sifat keibuan yang mendarah daging. Setiap tutur katanya seperti seorang ibu ibu.
Begini jawaban Arin jika Sava menyalin tugasnya.
"Va, Lo ga boleh begini terus, kalo gue ga ada, apa lo bisa ngerjain tugas sendiri? Setidaknya lo kerjain dulu setengah, nah sisanya yang lo ga paham tanya ke gue, biar lo ada usahanya."
Sumpah demi jambul keren milik Adam. Sava sangat menyayangi Arin. Arin sangat berperan penting sebagai sahabat sekaligus kakak untuknya.
Setibanya di sekolah Sava tidak langsung memasuki kelasnya yaitu 11 IPA 3. Ia menghampiri mang Ujang di post satpam untuk memberikan bekal makananya. Tadi pagi bunda menyempatkan diri untuk membuatkan Sava bekal, tetapi jujur saja, Sava lebih menyukai ketoprak mba Titin yang ada di kantin ketimbang masakan bunda, karena bundanya itu jarang turun ke dapur, sekalinya masak rasanya aneh se aneh muka Doby yang ada di film Harry Potter. Tetapi mang Ujang selalu menerimanya. Kasihan sekali beliau.
"Assalamualaikum mang, kabar sehat? Nih Sava kasih ini buat sarapan mang Ujang, santai itu ga ada sianidanya kok. Tapi, yaa mang Ujang tahu sendiri rasanya." Ujar Sava dengan riangnya.
"Waalaikumsalam neng Sava yang geulis nu bageur, Alhamdulillah terimakasih neng."
"Yo, Sava pamit"
"Eh neng Sava, pak Ardi nitip salam lagi buat neng, seperti biasa"
Fyi. Pak Ardi merupakan guru olahraga muda di SMA Bina Harapan ini, para kaum hawa termasuk ibu-ibu guru sangat mengagumi pak Ardi, bagaimana tidak? Pak Ardi ini tampan dan kece badai, umurnya baru menginjak 24 tahun. Tetapi hanya Sava yang menarik perhatiannya.
"Waalaikumsalam, mang tolong bilangin ke pak Ardi, Sava ini udah di jodohin sama anaknya temen kerja papah. Dan sebentar lagi kami akan tunangan."
Mang Ujang melongo, tentunya ia percaya bahwa Sava sedang berbohong, ia tahu Sava sedang membuat tembok pertahanan agar pak Ardi tidak terus-menerus membuatnya risih.
....
"Rin"
"Hm"
Dengan suara berbisik ia bertanya, "Nomer 3"
"246"
Yapp, hari ini 11 IPA 3 sedang melaksanakan ulangan matematika, dan bodohnya Sava, ia tidak belajar apapun semalam.
"Rin nomer 4"
"0,75"
"Rin nom-"
"Ada apa Alsava, tolong kerjakan masing-masing." teguran dari Bu Deni membuat Sava ketakutan, pasalnya walaupun kalimatnya merupakan teguran biasa, tetapi dengan nada dan aura yang begitu mencekam, mampu membuat seluruh penghuni ketakutan. Para penghuni memberi pelototan ke arah Sava untuk tidak berbuat macam-macam.
"Gue nyesel terima tawaran Adam buat nemenin dia beli martabak semalam." rutuknya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINGUNG
Teen FictionKetika banyak pria tampan yang menyukainya, bukan hanya sekedar suka, mereka menyayangi mencintai dan sangat menjaganya. Tetapi ia hanya memilih satu, ya!. Hanya satu pria yang di izinkannya untuk mendobrak pintu hatinya. Kenalin, aku Alsava Tribua...
