Pulang sekolah kali ini, Sava ingin mencari barang yang ingin ia dapatkan. Sebuah kompas antik yang akan ia gunakan sebagai pajangan baru di kamarnya. Atau mungkin sebagai barang yang akan ia isi dengan kenangan baru? Entahlah.Ia memberhentikan bus di halte dekat sekolahnya, dan menikmati perjalanan dengan earphone menyumpal kedua telinganya. Sebuah lagu milik Anthony Lazardo berjudul Coffe Cup mengalun di indera pendengarannya.
Ia memejamkan kedua matanya sebentar menikmati keletihan tubuhnya. Hari ini ia di repotkan oleh Ardi. Guru itu meminta Sava untuk mengoreksi ulangan harian di kelas dengan di temani Dewi selaku ketua kelas.
Ia sampai di sebuah toko antik di jakarta. Tertera nama Fairy tones di palang samping toko. Fairy tones letaknya cukup strategis, lumayan banyak pengunjung yang datang. Design nya yang instagramable dengan masih mengutamakan kesan klasik. Bunyi lonceng berbunyi ketika ia memasuki pintu utama fairy tones. Aroma bunga Lily menguar ke indera penciumannya.
Sava menghampiri beberapa rak untuk menemukan kompas yang ia cari. Dan saat Sava menggenggam satu buah kompas berwarna perak dengan aksen klasik dibalut ukiran ukiran romawi yang menarik di matanya. Sebuah suara menghentikan kegiatannya.
"Yang itu lumayan mahal, biasanya yang ngincer kompas itu komunitas pecinta barang antik. Harganya gak akan sampai kalo di tawarkan untuk anak remaja kayak Lo." Sebuah suara lelaki dari arah bakang, membuat Sava menegang ditempat. Suara yang selama beberapa tahun ini menghilang tanpa kabar. Dan hari ini, ia mendengarnya.
Ketika Sava memutar tubuhnya, benar dugaan-dugaan nya selama beberapa saat yang lalu. Lelaki itu disini. Lelaki yang selama ini selalu menari-nari di pikiran Sava. Lelaki yang menorehkan luka yang bahkan sampai detik ini belum mengering. Terlalu perih untuk sekedar melihat wajahnya. Sava meneteskan air mata.
"Bintang..." Ucap Sava lirih.
Orang yang dipanggil dengan nama 'Bintang' itu mengernyitkan dahi. Ia bingung dan heran. Mengapa gadis yang seumuran dengannya ini menangis? Apakah kalimat yang di ucapkan terlalu menusuk? Atau apakah ia pernah mengenal gadis ini sebelumnya? Rasanya tidak. Ini kali pertama ia bertemu dengan gadis itu.
Sejurus kemudian Bintang panik, pasalnya gadis ini menangis bertambah kencang. Bukannya apa, ia takut di kira yang ngapa-ngapain gadis itu.
"Eh ehh lo kenapa makin nangis?, Duh stop stop, nanti gue dikira macem-macemin elo." Bintang mencoba untuk menenangkan.
"Lo gak kenal gue?, atau lo pura-pura lupa?, Sifat jahat lo emang gak pernah hilang ya! Keterlaluan lo." Ucap Sava memarahinya.
"Sebentar, gue bingung. Sekarang gue lagi ngomong sama siapa?." Ujar Bintang.
"Ini gue Sava!. Sampai saat ini belum ada kata putus di antara kita. Dua tahun lalu lo ngilang gitu aja. Lo kemana selama ini?." Oke saat ini Sava sudah bisa menenangkan dirinya sendiri.
Bintang semakin dibuat bingung. Apakah gadis ini sedang menipu nya? atau gadis ini sedang kesurupan jin penjaga Fairy tones? Memikirkannya saja membuat Bintang bergidik ngeri di tempat.
"Maaf sebelumnya, maaf banget gue gak kenal sama lo, bukannya pura-pura gak kenal. Tapi emang kenyataannya gue gak kenal anjir, ini pertama kali kita berbincang bukan?." Ujar Bintang.
Oke Sava menyimpulkan sesuatu disini. Bintang sudah tidak menginginkan dirinya. Dengan alibi 'gue gak kenal sama lo' cukup membuat Sava mengerti pada akhirnya. Seseorang yang ia tunggu-tunggu kepulangannya selama ini ternyata sudah berubah.
Sava menghapus sisa air matanya, ia juga berdehem untuk menormalkan suaranya agar tidak sesenggukan.
"Gue mau beli ini, jadi berapa harganya?."
"Sudah gue bilang, itu harganya ga akan bisa di jangkau sama remaja yang duit jajannya masih minta ke orang tua." Ujar Bintang.
Sava mengangkat satu alisnya, dan bertanya, "Lo kerja di sini?."
Bintang mengangguk.
"Lo harus belajar lebih menghargai pembeli, tanpa pandang status sosial apapun." Ucap Sava dengan suara tegas, berbanding terbalik dengan sebelumnya.
Yang di tegur hanya memasang muka tidak peduli.
"Disini bisa via ATM?." Tanya Sava.
Bintang mengangguk, "Yang lo pegang harganya tiga juta, uang segitu lo ada?."
"Packing serapih mungkin." Ujar Sava menyerahkan kompas tersebut dan kartu ATM nya bersamaan.
Bintang melongo. Di dalam pikirannya, gadis yang bernama 'Sava' ini penampilannya sangat sederhana, tidak menunjukkan ke mewahan yang ia kira. Tetapi ia mampu membeli kompas mahal itu.
"Dido, nih lo packing dulu punya cewek ini, gue ada telepon dari Adam."
Sava terkejut. Bintang berteman dengan Adam?. Tetapi Adam yang mana? Apakah Adam yang kemarin tertangkap polisi?.
....

KAMU SEDANG MEMBACA
BINGUNG
Teen FictionKetika banyak pria tampan yang menyukainya, bukan hanya sekedar suka, mereka menyayangi mencintai dan sangat menjaganya. Tetapi ia hanya memilih satu, ya!. Hanya satu pria yang di izinkannya untuk mendobrak pintu hatinya. Kenalin, aku Alsava Tribua...