Saat hendak keluar dari toilet. Arin mengurungkan niatnya ketika ia mendengar nama Sava di sebut oleh seseorang yang sedang berbicara lewat ponsel. Ia harus bersembunyi di balik salah satu bilik toilet untuk mengetahui sesuatu yang menurutnya janggal.
"Nama orangnya Sava kan?, dia cukup terkenal di sini."
(...)
"Lo tenang aja, urusan Sava beres."
(...)
"Harusnya sih dia dateng sendiri. Oke nanti gue urus."
(...)
"Lo santai aja Zara, gue pastiin si Sava dateng sendiri."
(...)
"Oke, persiapin semua nya."
Arin terkejut, itu suara triva. Dari pembicaraan nya Sava akan berada dalam bahaya. Setelah di pastikan sepi, baru lah Arin keluar dari bilik toilet dan segera menghubungi Sava.
"Va, batalin record podcast nya!"
(...)
"Lo denger kata gue deh kali ini. Batalin record podcast nya."
(...)
Sambungan telepon terputus secara sepihak oleh Sava. Arin menggeram gemas dengan sifat Sava yang selalu tidak enakan itu menolak permintaan seseorang. Ia bingung harus melakukan apa. Berbanding terbalik dengan Sava, Arin selalu berpikiran negatif, bahkan sekarang ia sedang membayangkan kejadian-kejadian di film psyco yang sering ia tonton. Sebab itu ia tidak berani menolong Sava sendirian.
Telepon Adam!
Yah!, Kali ini ia harus memberi laporan kepada Adam bahwa Sava sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Dam, lo harus ikutin Sava."
(...)
"Duhh nanti lo tau sendiri, bakal panjang kalo di ceritain."
(...)
"Sava masih di parkiran sekolah. Lo cepetan bawa motornya! nanti mereka keburu pergi."
Sambungan telepon terputus.
Saat Arin hendak keluar dan berjalan menuju parkiran Sava sudah memasuki mobil bersama Triva. Dan baru saja ia memanggil-manggil Sava, mobil itu sudah melesat pergi.
"Shitt Adam lama banget." Umpatnya.
Suara klakson motor membuyarkan pikiran Arin sejak tadi. Lelaki itu tidak datang sendirian, ia membawa Juna untuk membantu jika terjadi apa-apa.
Tanpa berlama-lama Arin segera menaiki motor Adam dan mengikuti mobil itu yang masih dalam pandangannya.
"Rin ada apa?." Tanya Adam di balik helmnya.
"Triva bawa Sava dengan embel-embel record podcast."
Meski Adam tidak mengerti dan tidak mengenal Triva yang di sebutkan oleh sepupunya itu, Adam tetap mengikuti mobil yang di tunjuk Arin.
Ketika mereka sampai di sebuah rumah megah. Mereka mengintainya dari jauh, terlihat mereka memasuki rumah bersama. Rumah itu terlihat tidak berpenghuni. Hanya ada mereka yang menempati saat ini.
Di dalam, Sava di tuntun untuk memasuki sebuah ruangan khusus dan sudah ada tiga orang teman Triva yang menunggu. Sava menuruti hingga ia merasa ada sepasang tangan yang mendorong Sava hingga ia tersungkur ke lantai. Sava meringis kesakitan, kepala nya terbentur meja yang ada di ruangan. Betapa terkejutnya saat mengetahui pelakunya adalah Zara. Sedang apa Zara di rumah ini, apa Triva dan Zara saling kenal?.
"Zara lo?.."
"Kenapa?! Kaget lo gue disini?." Ucap Zara dengan nada membentak.
"Kak Triv-"
"Maaf Sava podcast itu cuma alibi gue buat bawa lo ke sini. Za, nih gue serahin ke Lo."
"Kalian ber tiga, bantu gue!."
Saat mereka hendak melakukan sesuatu yang bersifat jahat kepada Sava. Sebuah suara menghentikan kegiatan mereka.
"Lo mau ngapain Sava?."
Suara datar dan dingin itu membuat mereka menoleh. Zara terkejut bukan main. Mengapa Adam ada di sini?!.
"Rin bawa Sava ke sini."
Setelah Arin menuntun Sava, baru lah Adam berjalan menghampiri Zara dengan tatapan mata membunuh hingga gadis itu ketakutan setengah mati. Teman-temannya hanya memperhatikan.
Hingga Zara terpojok di sudut ruangan.
"Maksud lo apa?."
"Gak kak, aku cuma mau-."
"Lo mau gue seret ke kantor polisi?."
"Plis kak jangan." Ucap Zara memohon.
"Kalo sampe lo nyakitin Sava lagi, gue sendiri yang bakal ngabisin lo."
Adam berjalan menjauh, sesaat ia menghentikan langkahnya.
"Gak nyangka gue Za." Ucap Adam. Lalu ia mengajak Sava pergi dari ruangan itu.
"Jun tolong anterin Arin pulang."
....
KAMU SEDANG MEMBACA
BINGUNG
JugendliteraturKetika banyak pria tampan yang menyukainya, bukan hanya sekedar suka, mereka menyayangi mencintai dan sangat menjaganya. Tetapi ia hanya memilih satu, ya!. Hanya satu pria yang di izinkannya untuk mendobrak pintu hatinya. Kenalin, aku Alsava Tribua...
