15- •Siapa Zara?•

27 9 0
                                    


"Yaudah sekarang tugas lo relain dia, dia udah gak bisa sama-sama sama lo lagi." Ujar Angga. Saat ini Sava tengah berada di kamar Angga menceritakan pertemuannya dengan Bintang di fairy tones.

"Gak semudah itu." Ucap Sava yang merebahkan dirinya di ranjang milik Angga.

"Gue bantu."

"Gue gak yakin."

"Kenapa gak yakin?."

"Gue bingung."

"Sini pegangan."

"Ngapain?."

"Katanya bingung, sini pegang tangan gue."

"Dengan pegangan tangan, bisa ngilangin ke bingungan gue?."

"Coba aja." Ujar Angga menghampiri Sava, ia merebahkan tubuhnya di samping tubuh Sava.

"Mana tangan lo."

Sava mengangkat tangannya ke arah langit-langit kamar Angga. Dan Angga menyatukan tangan mereka.

Sava menolehkan wajah nya ke samping kanan. Dan hidungnya langsung bersentuhan dengan hidung mancung Angga yang saat ini tengah menatapnya.

"Thanks for everything." Ucap Sava tersenyum.

"Wanna dance with me?."

Sava beranjak bangun dan menerima uluran tangan Angga. Lagu milik James Arthur berjudul say you won't lett go mengisi setiap penjuru ruangan. Angga tidak bisa membiarkan Sava berlarut-larut dalam kesedihannya. Ini merupakan salah satu cara ampuh yang biasa ia lakukan jika Sava tengah bersedih.

Mereka berdua lalu berdansa, dengan tangan Angga yang di letakkan di pinggang Sava. Sedangkan tangan Sava diletakkan di pundak Angga. Menari bersama. Membiarkan semua barang di kamar Angga menjadi saksi bisu kegiatan mereka. Senyum Sava kembali terbit. Untuk kesekian kalinya Angga berhasil.

"Sava.."

Sava mendongak, "Hm?."

"Say you won't lett go."

"Sejak kapan Lo lebay gini."

"Sejak gue punya elo."

Sava terkekeh, mana mungkin ia meninggalkan Angga. Ada-ada saja Angga ini.

Angga tersenyum. Menikmati waktu nya dengan Sava malam ini.

"ANGGA ADA TEMEN LO DI BAWAH." Teriakkan dari luar kamarnya menyudahi kegiatan mereka. Angga berdecak sebal, saat moment indah seperti ini, ada saja yang mengganggunya.

"BILANG AJA GUE NYA TIDUR KAK." Sava mencubit perut Angga. "Temuin dulu temen lo, gak sopan banget sih."

"Kayaknya sih tamu gak penting." Ucap Angga santai.

"Lo yakin gak mau nemuin temen lo yang sekarang lagi bantu-bantu mamah bikin kue?." Ucap seorang wanita dengan pakaian santai sedang bersandar di pintu kamar Angga. Ia adalah Lani-kakak Angga.

"Haisshh." Angga mengacak rambut frustasi. Ia beranjak keluar kamar menemui sosok itu. Sedangkan Sava merebahkan kembali dirinya.

"Hai kak, kakak harus nyobain kue buatan aku ya nanti." Ujar seorang gadis yang saat ini terlihat mengenakan apron dengan banyak noda tepung.

Angga memutar kedua bola mata malas.

"Siapa sih yang nyuruh lo dateng ke sini."

Gadis itu terlihat murung seketika, "Aku mau belajar bikin kue kesukaan kakak, ga boleh ya?."

Tak lama Sava menuruni anak tangga. Ia terkejut melihat gadis yang di maksud 'teman' oleh kak Lani. Dan gadis itu pun sama terkejutnya.

"Kamu anak SMA Pelita kan?."

"Ha? Bu-kan. Aku sekolah di SMA Bina Harapan." Jawabnya terbata.

"Hei, aku sekolah di situ tau, tapi kok aku asing sama wajah kamu." Jeda beberapa saat, Sava mencoba mengingat nama gadis itu."Kalo gak salah, nama kamu Za..ra? Yah! Nama kamu Zara, adik kelas Adam, iya kan?."

"Va lo kenal?." Tanya Angga.

"Gue pernah ketemu dia waktu turnamen futsal di SMA Pelita."

"Terus Adam siapa?."

"Temen gue, nah Zara ini waktu itu ngasih minuman ke Adam waktu selesai tanding futsal, terus lo kenapa bisa kenal sama Zara?."

Zara hanya diam mendengarkan perbincangan mereka, gigi nya gemerlatuk pertanda ia marah. Waktu itu kedekatannya dengan Adam membuatnya kesal. Dan sekarang sedang apa perempuan itu di rumah Angga. Membuatnya makin kesal saja.

Sava manggut-manggut paham setelah di ceritakan Angga pertemuannya dengan Zara.

Sepertinya ada satu rencana buruk yang sedang di siapkan si gadis yang tengah mengaduk adonan kue itu

....

BINGUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang