09- •Tuan Putri•

43 9 0
                                    


"Rin balik aja yuk, sumpah gue males banget." Ujar Sava merengek.

"Acaranya belum mulai Va, ah gimana kalo gue kenalin sekarang ke sepupu gue, kali aja Lo betah ga minta pulang terus, gue telfon dulu deh anaknya." Ujar Arin.

"Hallo, lo dimana?."

"...."

"Oke."

"Yuk." Arin menyeret Sava untuk mengikuti nya.

"Astagaaa." Sava menggeram.

Sejak 10 menit yang lalu mereka tiba di SMA Pelita, tidak hanya mereka pastinya, para suporter dari SMA Bina Harapan pun datang untuk menyemangati.

Keadaan SMA Pelita saat ini sangat ramai, pasalnya turnamen futsal sangat jarang sekali di adakan. Acara ini mendatangkan murid-murid dari berbagai sekolah di Jakarta.

"Nah itu dia." Ucap Arin sambil menunjuk seseorang yang sedang berkumpul dengan teman-teman nya.

"Woi." Panggil Arin sambil menepuk bahu orang tersebut.

Saat orang tersebut berbalik badan.

"ADAM!." Ujar Sava terkejut.

Sungguh Sava terkejut. Ia tahu Adam bersekolah di SMA Pelita, tetapi ia tidak menyangka bahwa Adam merupakan sepupu Arin.

Tentunya Adam tidak terkejut.Ia sudah mengetahui bahwa Sava adalah sahabat Arin. Bahkan ia yang meminta bantuan Arin untuk mengajak Sava.

Adama mengisyaratkan kepada Arin untuk meninggalkan mereka berdua.

"Duh cowok gue udah nelfonin terus nih, gue duluan deh. Have fun kalian." Ucap Arin beranjak pergi.

"Siapa tuh Dam." Tanya seseorang di belakang Adam. Ternyata sedari tadi, teman-teman Adam memperhatikan interaksi mereka.

"Calon pacar gue." Sahut Adam dengan bangganya.

Sava mencubit lengan Adam.

"Ahh sakit yang."

"Dam please." Sava merengek, ia sangat tak nyaman dengan kondisi saat ini.

....

Sedari tadi Sava menonton pertandingan dengan tidak minat. Tetapi tatapan nya hanya terpaku pada sosok Adam yang sangat lincah dan pandai membuat lawan kualahan menghadapi nya. Sava sangat malas berteriak untuk menyemangati Adam seperti perintah Adam saat itu. Berbanding terbalik dengan Arin yang sangat heboh meneriaki Dafa-kekasihnya.

Para suporter SMA Pelita khususnya kaum hawa berteriak untuk menyemangati Adam. Dengan tatapan penuh kagum mereka, Sava yakin Adam sangat terkenal di sekolah ini.

Sava mengakui bahwa Adam terlihat sangat tampan dan mempesona di sana, dengan keringat yang membasahi wajah tampannya. Sava memalingkan wajahnya saat tatapannya bertabrakan dengan Adam yang saat ini tengah melihatnya.

Pertandingan usai dengan SMA Pelita yang memenangi pertandingan.

Saat Sava hendak memberikan minuman untuk Adam, dari arah samping datang seorang gadis yang lebih dulu memberi minuman untuk Adam. Sava menoleh dan ia mendapati gadis cantik tengah tersenyum manis untuk Adam yang sudah tiba di depan mereka. Melihat itu Sava mengurungkan niatnya dan membiarkan saja gadis di sampingnya.

"Kak Adam selamat ya, tadi Zara liat kakak keren banget."

Adam terkekeh mendengarnya. Ia mengacak rambut Zara dengan gemas. Lalu obrolan-obrolan kecil mereka, membuat Sava merasa tidak di anggap kehadirannya. Entah apa yang Sava rasakan hingga membuatnya ingin segera pulang saja. Setelah gadis tersebut pergi baru lah Adam melihatnya.

"Cemburu lo?." Tanya Adam dengan percaya dirinya. Ia mengambil minuman yang sedari tadi Sava pegang dan meneguknya hingga tak tersisa.

Sava mendengus mendengar nya.

"Udah selesai kan kalo gitu gue pulang deh." Ucap Sava hendak pergi.

"Yang tadi namanya Zara, dia cuma adik kelas gue." Ucap Adam yang membuat Sava mengurungkan niatnya untuk pergi.

Sava menaikkan sebelah alisnya, "Lo beneran berpikir gue cemburu?."

Adam terkekeh mendengarnya, "Dari muka lo aja, anak kecil juga tau kalo lo lagi cemburu."

"Terserah." Ucap Sava hendak pergi tetapi Adam menahan lengannya.

"Gue anter pulang ya, tuan putri?."

Tawaran Adam barusan membuat kedua pipi Sava merona seketika.

....

BINGUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang