10- •JaniIlyas•

42 13 1
                                        


Saat ini, Arin dan dua orang temannya sedang bermain di rumah Sava. Mereka adalah temen dekat Sava selain Arin. Jani dan Tiwi. Niat nya mereka ingin menginap di rumah Sava dan menghabiskan waktu ala ciwi-ciwi.

"Kalian tahu anak ekskul English club yang ini gak?." Tanya Tiwi sambil mengarahkan ponselnya.

"Ah itu namanya Raka." Sahut Arin yang sedang memoles kutek di kukunya.

"Kemarin, gue gak sengaja nabrak dia di kantin. Demi apapun dia malah masang senyum manis ke gue. Kirain gue, dia bakal marah." Celoteh Tiwi.

"Lo gak tau aja dia anaknya gimana" Ucap Jani memutar kedua bola mata malas.

"Gimana-gimana?." Tanya Tiwi penasaran.

"Dia sedikit begini." Ucap Arin dengan membengkokkan pergelangan tangannya.

"Begini gimana?." Tiwi memang anaknya polos-polos bodoh.

"Methong." Ucap Jani dengan santainya.

Mereka semua menahan tawa, kecuali Tiwi yang memasang wajah cengo.

Tiba-tiba..

GEDUBRAKKK

Suara dentuman di lantai bawah membuat mereka keluar dari kamar Sava dan menuruni anak tangga.

"BANG ILYAS JALANNYA PAKE MATA DONG AH." Seru Sava setengah teriak.

Yang di marahi hanya memutar kedua bola mata malas.

"Sejak kapan galon tempatnya di depan pintu masuk?." Jawab nya datar.

Kakak sepupunya yang satu ini memang sangat menyebalkan menurut Sava. Ia memang akan menginap di sini. Katanya, ia sangat stress dengan tugas kuliah yang menumpuk. Dengan berpindah tempat dan berganti suasana ia akan merasa lebih mudah mengerjakan tugas.

"Sana ah rusuh banget dateng-dateng." Ucap Sava mengusir Ilyas dari pandangannya.

"Hai kak." Sapa Jani saat Ilyas melewati nya.

Ilyas tidak menanggapi. Ia berlalu melewati mereka ke kamar yang biasa ia pakai.

"Balik-balik." Ujar Sava menggiring teman-temannya kembali ke kamar.

Haduu kak ilyas makin kece banget sih, dingin-dingin kiyowo. Minta di pacarin banget lagi muka nya. -Jani

....

"Rin, ambil cemilan gih di kulkas, banyak banget tuh nanti di embat bang Ilyas." Ujar Sava sedang mengutak-utik laptopnya.

"Kutek gue belum kering nih, Tiwi lo-."

"Gue aja!." Ucap Jani cepat. Ia beranjak dari tempat tidur Sava dan keluar kamar. Saat sibuk mengambil beberapa cemilan di kulkas, Jani tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya di meja bar mini.

"Lo mau maling cemilan?." Suara berat dari arah belakang Jani membuatnya memutar badan. Ia memasang cengiran.

"Gak kok, aku di suruh Sava tadi, katanya takut di embat kak Ilyas."

"Itu semua gue yang beli, wajar dong gua abisin?."

"Ah masa?."

Ilyas berjalan menghampiri nya, saat sampai di depan nya, ia mengulurkan satu tangan dengan posisi mengurung tubuh nya yang hanya setinggi dagu pria itu. Gerak-gerik pria di depannya ini membuat Jani gugup setengah mati. Pasalnya jarak mereka hanya tinggal beberapa centi. Ia memejamkan kedua matanya menantikan kejadian berikutnya.

"Buka mata lo!, Gak usah GR, gue mau buka kulkas. Minggir!." Hembusan nafas yang menerpa wajahnya membuat Jani membuka mata dan menahan malu. Ternyata benar kata Sava, Ilyas ini dingin-dingin nyebelin.

"Eh..i-yaa." ucap nya menundukkan kepala menahan malu.

Lu ngarep apa Jan, bego!

Saat Jani hendak pergi, Ilyas menahan lengannya dan menarik Jani ke posisi semula. Ia menundukkan kepalanya dan..

Cup

"Buat Lo yang udah ngarep gue cium." Ilyas mengecup pipi kanan Jani cepat.

Setelah itu, Jani berlari terbirit-birit meninggalkan pria itu.

Ilyas mengernyit heran.

....

BINGUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang