22 - •Possessive•

10 2 0
                                        


"Adam udah." Ujar Sava setengah teriak sambil menarik-narik lengan Adam yang sedang mencengkram kerah seragam Fathur.

Fathur yang sedang di maki-maki oleh Adam hanya memasang senyum miring yang terlihat menyebalkan bagi Adam. "jaga batasan lo, muka ganteng lo malah terlihat seperti banci saat lo rebut punya orang."

Setelah itu Adam melepaskan dan mendorong Fathur membuat lelaki itu terhuyung ke belakang. Tidak ada perlawanan dari Fathur. Sepertinya cowok itu senang memainkan emosi Adam di depan Sava. Sava tidak menyangka bahwa Adam akan menjadi semenyeramkan ini. Ia melihat sisi berbeda dari seorang Adam.

"Buat lo semua yang naksir sama cewek gue, mending gak usah banyak tingkah karena dia udah punya gue!." Setelah memberi pengumuman singkat di kantin, Adam beranjak pergi tanpa mempedulikan panggilan Sava.

....

Sudah sejak beberapa menit yang lalu Sava mencari-cari Adam. Ia merelakan waktu istirahat nya hanya untuk mencari sosok itu. Saat ini Sava mulai mengerti dengan sifat Adam yang posesif.


Ia sudah berkeliling sekolah, mulai dari kantin belakang, perpustakaan, basecamp ekskul pun ia cek satu persatu. Tetapi tetap nihil. Ia memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah di hamparan rumput belakang sekolah. Sejuk damai sepi dan tenang, salah satu tempat favorit Sava di sekolah. Pandangannya jatuh ke arah seseorang yang tengah membaringkan tubuhnya dengan beralaskan tangan sebagai bantalannya. Saat ia berjalan mendekat Sava bernapas lega, akhirnya ia menemukan sosok yang sedari tadi ia cari. Sava mengambil posisi duduk di samping lelaki itu.

"Maaf." Belum sempat Sava mebuka suara, Adam sudah lebih dulu berucap.

"Kenapa lo malah ninggalin gue tadi? Kan gue panggil-panggil." Sava pura-pura merajuk untuk mengembalikan suasana.

"Gue malu nunjukin muka di depan lo." Ucap Adam dengan masih berbaring dan mata terpejam.

Sava mendengus mendengar itu. Ia menarik satu lengan Adam untuk di rentangkan lalu ia ikut membaringkan tubuhnya dengan lengan Adam sebagai bantalan.

Jantung Adam bergerak dua kali lebih cepat.

"Maafin gue juga ya, tadi udah respon chat kak Fathur."

"Hmm."

"Kok hmm doang?."

"Terus apa?."

"Apa kek gitu jangan hmm doang." Sava menggerutu.

"Iya sayang."

"Geli ih."

"Apa dong."

"Terserah, pokoknya jangan panggil itu kalo di sekolah." Ujar Sava

Adam menoleh, "Kenapa? Lo malu punya pacar kayak gue?."

Sava terkekeh, "Gue termasuk cewek paling beruntung tau!, ya kali gue malu."

Adam bergumam pelan, "Hmm love u."

Hening sejenak, hanya suara angin yang menerpa mereka.

"Jangan deket-deket cowok lain, gue gak suka." Adam berucap.

Sava menoleh, "Ayah sama bang Ilyas termasuk?."

"Mereka pengecualian. Jangan terlalu dekat juga sama Angga."

"Angga teman kecil gue."

"Dia suka sama lo."

Sava tertegun. "Sok tau lo."

"Gue cowok dan gue paham Va, dia suka sama lo." Ujar Adam meyakinkan kalimatnya.

"Tapi gue gak suka. Gua udah anggep dia Abang sendiri, kaya bang Ilyas."

Adam tersenyum. "Mana hp lo?."

"Buat?."

"Mau cek ada berapa kontak cowo yang chat lo, sini mana."

Setelah Sava memberi ponselnya, Adam segera membuka aplikasi chatting. Dan banyak sekali nomor asing yang mengirim nya pesan yang tidak terbalaskan. Cowok itu menghapus beberapa kontak cowok yang tersimpan di ponsel Sava. Membuat Sava menggeram kesal.

"Mereka temen gue semua Adam ih jangan di hapus."

"Lah ini siapa nih pak Ardi? Mesra banget."

Sava panik, memang di room chat nya dengan Ardi berisi gombalan dan rayuan yang tidak pernah di balas oleh Sava. 

"Dia guru olahraga kelas IPA."

"Kenapa kurang ajar banget chatnya, kayak bukan sama murid."

"Yang penting gue gak balesin kan."

"Apa nih pake gue-lo segala lagi!."

"Guru muda, dia banyak di sukain di sekolah ini. Pokoknya lo jangan pikir macem-macem deh!."

"Yang mana sih orangnya?."

"Nanti juga lo tau."

"Awas aja nih ya, lo ketauan selingkuh dari gue, atau Lo ketauan deket-deket sama cowok lain. Abis lo sama gue." Ujar Adam dengan memasang wajah menyeramkan dan delikkan mata tajam.

Sava mengabaikan nya.

"Bentar lagi bel masuk, ayo balik." Sava sudah lebih dulu bangun.

"Males."

"Yaudah gue tinggal." Sava berjalan menjauh.

"Tunggu woi."

....

BINGUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang