Saat ini Sava sedang mengerjakan tugas fisika yang menurutnya sangat sulit. Ia mencoba untuk mengerjakannya walaupun tanpa Arin. Jika tetap terasa sulit ia akan melihat jawaban Arin."Temen lo yang waktu itu nginep di sini namanya siapa?." Ucap seseorang tengah bersandar di pintu kamar Sava.
"Temen Sava ada tiga, yang mana?." Jawab Sava.
"Yang lo suruh ambil cemilan."
"Oh itu Jani, dia udah lama tuh naksir sama bang Ilyas. Bang Ilyas naksir juga?."
"Gak! Aneh orang nya."
"Loh aneh gimana."
"Kemarin gue cium pipi dia di dapur, gue kira dia bakal jingkrak-jingkrak kesenengan. Eh dia malah lari kayak abis liat setan, emang kadar ke tampanan muka gue udah turun banget jadi nyeremin gitu?."
"BANG ILYAS CIUM JANI?!." Tanya Sava menggebrak meja belajar nya.
"Hm, kenapa?."
Sava tidak habis pikir dengan sepupunya ini, habis khilaf nyium anak orang bukannya merasa bersalah atau gimana malah tanya 'kenapa'.
"Pokoknya Abang harus tanggung jawab. Sava yakin pasti Jani makin baper sama Abang. Lagian kenapa pake cium anak orang sembarangan sih bang."
"Kalo gak karna dia yang ngarep gue cium. Gak bakal gue cium, yaa walaupun gue sedikit gemes sama dia."
"WHAT?!."
....
Ujian akhir sekolah tinggal menghitung hari, Sava akan melaksanakan belajar bersama dengan Arin, Tiwi, dan Jani di rumahnya, dengan Arin yang menjadi guru dadakan.
Saat ini mereka sedang menghabiskan waktu istirahat di kantin, Sava melihat segerombolan kakak kelas cogan sedang bersenda gurau, sesekali mereka menggoda perempuan di sana. Tatapannya jatuh kepada Fathur. si 'pacar kita semua'. Setidaknya itu lah julukkan yang di beri oleh para perempuan di sekolah ini. Sava mengakui ia tampan. Tetapi sayang nya ia playboy. Kalau tidak playboy, Sava pastikan Fathur akan menjadi lelaki incarannya.
Sosok yang di tatap, menatap balik Sava membuat gadis itu membuang muka.
Tiba-tiba ada seorang kakak kelas perempuan yang menghampiri Sava.
"Hai, lo Sava?." Tanya gadis itu ramah. Tertera nama Triva di nametag seragamnya.
"Iya." Jawab Sava tersenyum.
"Hm boleh gue gabung?."
"Silahkan kak."
"Oke, gue Triva, anak kelas 12 IPA 4. Langsung aja ya, disini gue mau minta tolong sama lo, sebelumnya boleh gak? Kalo gak juga gak papa sih."
"Tolong apa, selagi gue bisa, gue bantu." Ujar Sava ramah.
"Gue mau ngundang lo ke podcast gue, sebagai perempuan idaman di sekolah ini, kontennya biasa aja sih cuma membahas percintaan remaja. gimana?, Mau ya please." Ucap Triva memohon.
Sava menatap teman-temannya meminta pendapat. Kemudian dibalas anggukan dan senyuman dari mereka.
"Bisa kak. Kapan?."
"Pulang sekolah, di rumah gue. Bisa kan?."
"Oke."
"Sip, ah ya!, Lo bawa kendaraan?."
"Enggak, gue naik angkot ke sekolah."
"Oke nanti tunggu di parkiran."
Sepergiannya Triva dari tempat mereka, Arin masih menatap kakak kelas itu dengan penuh kecurigaan. Triva merupakan mantan gebetan Dafa-kekasihnya. Arin sangat mengetahui bahwa Triva bukan gadis baik. Hubungannya dengan Dafa sempat tidak baik-baik saja karena Triva. Lantas mengapa sekarang ia mengajak Sava untuk membuat podcast bersama. Toh masih banyak gadis cantik yang cukup populer di sekolah nya.
Tiwi menepuk kedua tangannya di depan wajah Arin. "Rin biasa aja ngeliatin nya."
"Kalian inget kan dulu, gue sama Dafa sempet berantem gara-gara dia."
"Tapi kak Triva orangnya friendly kok, sampe kepikiran ngajakin gue buat podcast." Ujar Sava.
"Va perasaan gue gak enak."
"Hah? Gak enak kenapa?."
"Negatif thinking mulu lo mah Rin."
....

KAMU SEDANG MEMBACA
BINGUNG
Novela JuvenilKetika banyak pria tampan yang menyukainya, bukan hanya sekedar suka, mereka menyayangi mencintai dan sangat menjaganya. Tetapi ia hanya memilih satu, ya!. Hanya satu pria yang di izinkannya untuk mendobrak pintu hatinya. Kenalin, aku Alsava Tribua...