Jani POV
Malam ini gak tahu kenapa orang rumah ngeselin semua. Gak mamah gue, papah gue, adik gue, argh pokoknya semua yang ada di rumah ngeselin semua. Kesalahan gue bahkan gak besar seperti membunuh manusia, menjual organ manusia, atau maling keju di kulkas. Eh..ya pokoknya itu lah. Cuma karena gue telat cuci piring semua-muanya ngomel. Apalagi papah gue. Padahal gue juga gak akan ninggalin tugas rumah seenaknya. Pasti kok gue kerjain walaupun nanti-nanti.
Akhirnya gue memutuskan keluar rumah dengan motor metic gue. Gak tau kemana yang penting gue bisa tenang. Pasalnya gue sangat sensitif akan semua hal yang menyebalkan. Jam di pergelangan tangan masih menunjukkan pukul 07.30 masih sore lah ya untuk sekedar jalan-jalan.
Entah apa yang gue pikirin dari tadi, tiba-tiba ban motor gue menuju ke sebuah kafe dengan interior kekinian. Oke deh untuk menghibur diri sendiri juga kan, apa salahnya?. Sambil menunggu pesanan, gue mengambil earphone di saku hoody yang gue pakai. Pelanggan di kafe ini cukup ramai, apalagi dengan anak seusia gue. Tapi bedanya mereka semua kebanyakan berpasang-pasangan. Gak seperti gue yang terlihat sekali jomblonya.
Minuman pesanan gue datang dan gue tersenyum ramah ke arah mba-mba pelayan. Gue mengabaikan live music di depan, padahal kelihatannya semua orang cukup tertarik dengan suara dan pembawaan si penyanyi.
Sekitar satu jam gue menghabiskan waktu di sini. Padahal gue hanya scroll scroll sosmed.
Oke..ini mulai membosankan.
Gue mematikan lagu di ponsel, dan berdiri hendak membayar pesanan. Tetapi sebuah tangan menahan lengan gue hingga gue memutar badan.
"Maaf ada apa ya?." Gue bertanya dengan lelaki yang kira-kira berusia dua atau tiga tahun di atas gue tengah tersenyum.
"Ikut gue ke situ, ada yang mau ngobrol sama lo." Ucapnya sambil menunjuk sebuah meja dengan dua orang pemuda di sana. Mereka tidak terlihat jelas dari sini. Gue mengernyit heran.
"Maaf kak, jangan tersinggung. Sebelumnya kita pernah kenal?." Tanya gue lagi yang malah membuat dia melebarkan senyumannya.
"Gue Zidan. Lo akan kenal sama orang yang di sana."
Oke..tetap lah berpikiran positif!. Siapa tahu mereka membutuhkan pertolongan atau apapun itu. Lagipula disini ramai jadi gue tidak khawatir. Akhirnya gue mengangguk dan mengikuti dia dari belakang.
Setibanya di meja itu, dia mempersilahkan gue untuk duduk.
DAMN IT!
Kak Ilyas?, Sedang apa ia disini? Oke mungkin pertanyaan gue terdengar bodoh. Gue memasang wajah super duper bingung ke arah Zidan yang ada di samping gue meminta penjelasan.
"Ilyas yang mau ngobrol sama lo." Ucap Zidan sambil menatap Ilyas yang saat ini posisi nya ada di sebrang gue. Gue melihat lelaki itu tidak merespon apapun.
Tiba-tiba gue mengingat kejadian terakhir kali di rumah Sava. Pipi gue langsung memanas dan gue yakin pasti terlihat merona sekarang.
Gue berdehem menetralkan degup jantung dan suara gue, "Ada yang mau di omongin, kak?."
Wajah Ilyas kini menatap gue lebih dalam.
Entah atmosfer apa yang gue rasakan saat ini. Rasanya gue pengin pulang aja dan meminta maaf ke orang rumah. Dari pada harus di sini bersama manusia datar itu. Jujur gue suka dia, dan gue udah naksir sama dia dari kapan tahu. Tapi gue rada gak srek sama sifatnya yang datar itu.Teman-temannya sudah meninggalkan kami berdua. Gue gugup di tempat, gak tahu harus berbuat apa.
"Kalo gak ada apa-apa, aku pulang ya." Ucap gue hendak berdiri. Gue gak ngerti dengan manusia robot di depan ini.
"Temenin gue dulu sebentar." Ucapnya sambil menyeruput kopi pesanannya.
Gue terkejut. Apakah dia sudah membalas perasaan gue? Dengan meminta ditemani seperti ini, siapa yang tidak gede rasa? Apalagi orang nya sangat tampan. Iya! Sampai cewek-cewek melihatnya seperti hendak memakan.
"O..oke."
"Lo sendiri kesini?."
"Iya kak." Jujur gue mulai gak nyaman sekarang.
"Gue minta maaf karena udah cium lo waktu itu." Oh good. Kenapa dia mengatakan itu dengan sangat frontal dan santai, seperti itu merupakan hal biasa. Pipi gue kembali memanas.
"Lupain kak."
"Lo marah?."
"Gak kok."
"Terus kenapa nunduk?, mau gue cium lagi?."
Gue melotot, dan dia terkekeh pelan.
"Udah malam, aku duluan ya kak, permisi." Ujar gue berdiri dan beranjak pergi.
Saat gue sampai motor, entah apa yang terjadi tiba-tiba ban motor gue sudah seperti abis ngelindes paku. Ban gue bocor, padahal sebelumnya masih oke.
Gue bingung harus apa sedangkan bengkel cukup jauh dari sini.Terlintas di benak gue untuk masuk kembali ke kafe dan meminta bantuan ke kak Ilyas. Tapi apa di mau?.
Oke gue harus mencobanya!.
Saat hendak membuka pintu masuk, dia sudah lebih dulu keluar.
"Kenapa?."
"Anu.. ban motor ku bocor kak. Aku gak tahu harus ngapain." Ujar gue dengan nada gak enak. Gue takut di tolak duluan.
Dia melihat sebentar keadaan motor gue. Lalu menghampiri gue kembali.
"Tinggal aja motor lo disini, besok di ambil, gue titip sama yang punya kafe, tenang gue kenal orangnya."
"Terus aku pulang nya gimana?." Tanya gue polos.
"Sama gue." Ucap nya sambil berjalan ke arah mobil nya, gue bengong. Canggung untuk menerima.
"Pulang sama gue atau mau jalan aja?."
"I..iya tunggu." Ujar gue berlari kecil menghampiri.
....

KAMU SEDANG MEMBACA
BINGUNG
Novela JuvenilKetika banyak pria tampan yang menyukainya, bukan hanya sekedar suka, mereka menyayangi mencintai dan sangat menjaganya. Tetapi ia hanya memilih satu, ya!. Hanya satu pria yang di izinkannya untuk mendobrak pintu hatinya. Kenalin, aku Alsava Tribua...