14- •Ikhlas?•

20 7 0
                                        


Sembari menunggu packing selesai, Sava menunggu di sofa yang di sediakan di fairy tones, ia masih tidak habis pikir dengan mantannya, oh bukan-bukan. Bintang masih menyandang gelar kekasih. Sejahat itu Bintang tidak mengakui dirinya. Sepulang dari sini Sava akan menceritakan nya kepada Angga. Ya! Angga harus tahu.

Bunyi lonceng pintu terdengar, Sava menolehkan pandangan ke arah pintu utama. Di sana Adam muncul dengan menggunakan kaos hitam dan celana levis panjang. Tidak seperti dirinya yang masih mengenakan seragam sekolah. Sava sedikit terkejut. Ternyata selama ini Bintang berteman dengan Adam.

Adam masih belum menyadari keberadaan dirinya. Terlihat di matanya Adam menghampiri Bintang dan satu temannya lagi yang Sava tidak tahu namanya. Setelah itu barulah Adam melihat Sava.

"Va Lo disini?, Nyari barang apa?." Tanya Adam kemudian.

"Kompas."

"Loh Dam, lo kenal cewek itu?." Sahut bintang yang datang menghampiri.

"Ini cewek yang sering gue ceritain tang."

Bintang mengernyit heran.

"Mata lo kayak habis nangis, kenapa?." Tanya Adam kepada Sava.

Sava menggeleng, ia tidak ingin memberi tahu Adam. Biarkan saja lelaki tersebut tahu sendiri.

"Dam ikut gue sebentar," Ujar Bintang lalu mereka meninggalkan Sava sendiri.

"Itu cewek yang lo ceritain selama ini? Kok aneh banget sih, yaa cantik sih, tapi tadi dia nangis-nangis ke gue, katanya gue ini pacarnya yang udah ngilang entah kemana. Lo tau gak, tadi dia kayak orang yang kesurupan jin banget, sampe kasian gue lihatnya." Penjelasan dari Binta membuat Adam diam sejenak. Sepertinya ia memahami sesuatu di sini.

"Yaudah lo lanjutin kerjaan lo, gue susulin Sava dulu."

Adam menghampir, ia mendudukkan diri di samping Sava. Memang sih, saat ini Sava terlihat murung.

"Jadi ada hubungan apa lo sama Bintang Va?." Tanya Adam perlahan.

Sava menoleh, rupanya Adam sudah tahu. Setelah itu Sava menjelaskan dari awal pertemuannya dengan Bintang hingga Bintang pergi dari kehidupan nya. Sava kembali menangis, ia tidak tahan menahan perasaan rindunya dengan Bintang. Mendengar itu Adam seperti di tusuk ribuan belati, mengapa harus Bintang yang notabenenya adalah sahabat nya.

"Va, sejak tahun lalu. Ingatan Bintang hilang."

"Amnesia maksud lo?." Tanya Sava cepat.

Adam mengangguk.

"Bintang juga kehilangan keluarganya. Dia sama sekali gak ingat apa-apa tentang keluarganya, makanya dia bekerja di sini. Ini toko antik punya om gue. Gue yang nyuruh dia tinggal di sini."

Sava terkejut, betapa mengenaskan nya hidup Bintang yang dahulu selalu bisa mendapatkan apa yang lelaki itu inginkan. Sekarang harus bekerja untuk menopang kebutuhannya. Jika saja Sava tahu alamat keluarga Bintang, sudah pasti ia akan menolong nya. Namu sebuah kenyataan pahit membuat ia tidak bisa bertindak lebih. Dulu, keluarga bintang sangat menentang hubungan mereka. Kedua orang tua Bintang tidak menyetujui nya yang akhirnya membuat Bintang kabur dari rumah dan kecelakaan itu terjadi.

Sava kembali meneteskan air matanya. Mungkin ini merupakan takdir semesta yang mengharuskan Sava tidak memiliki hubungan lagi dengan Bintang. Tapi tidak semudah itu. Ini terlalu menyakitkan. Ia bahkan tidak siap menerima takdir Semesta. Bintang merupakan alasan Sava untuk menjadi gadis yang baik dan tidak sombong akan hartanya. Bintang merupakan alasan Sava menyukai bintang di langit. Bintang merupakan orang yang mengenalkannya kepada ciptaan Tuhan di angakasa, mengajarkan Sava arti betapa pentingnya ia harus bersyukur dengan segala yang ia punya. Dan Bintang yang mengajarkannya arti kehilangan.

Bintang merupakan alasan dari segala alasan yang Sava genggam sampai saat ini.

"Dam boleh tolong panggil dia?."

Sejenak Adam terdiam, hatinya kembali berdenyut saat Sava tidak bisa melepaskan Bintang dari hidupnya. Sebegitu berpengaruhnya Bintang bagi kehidupan Sava.

Adam mengabulkan permintaan Sava. Ia memanggil Bintang dan membiarkan mereka menggunakan waktu untuk melepas rindu. Yah setidaknya... walaupun tidak ada perasaan rindu di diri Bintang.

Bintang menduduki tempat Adam setelahnya.

"Siapapun lo di masa lalu gue, maaf gue gak mampu mengingat itu." Ujar Bintang pelan.

Sava tersenyum, senyum yang menyiratkan akan rindu yang amat membuncah. Sava tidak bisa menahannya. Ia segera memeluk Bintang erat, seperti tidak ada hari esok setelah hari ini.

Bintang menerima, ia tidak menolak sama sekali. Ia membiarkan Sava memeluknya.

"Walaupun mungkin kita gak bisa sama-sama lagi, boleh kita berteman?." Sava bertanya setelah melepaskan pelukannya dari Bintang.

Bintang mengangguk dan tersenyum, "Kita teman." Putusnya kemudian.

Mungkin sudah saat nya ia merelakan Bintang. Ya! perasaan cinta nya harus bisa ia enyahkan secara perlahan.

....

BINGUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang