"Selamat pagi semua, sebelum kita memulai olahraga, saya absen terlebih dahulu." Ucap seorang guru tampan hendak memulai olahraga.Semua mata terutama para kaum hawa, langsung tertuju ke arah pak Ardi, sorot mata penuh kagum kepada sosok pak Ardi membuat Sava muak.
"Adisya Maharani."
"Hadir pak." Ucapnya penuh semangat dengan senyum manis menghiasi bibirnya.
Sebenarnya percuma memasang senyum semanis-manisnya. Bahkan pak Ardi pun tidak akan melihat mereka. Matanya hanya fokus ke buku absen yang di pegang nya.
"Aldi Kusuma."
"Hadir pak."
"Alsava Tribuana."
"Saya."
Dan, hanya Sava yang di lirik oleh guru muda nan tampan tersebut.
"Arina Dwiyanti."
"Saya pak."
"Lo selalu jadi cewek paling beruntung setiap hari Kamis Va, gue bangga." Ujar Arin terkekeh.
Sava memutar kedua bola mata malas.
Hanya Arin yang mengetahui hal ini. Tentang usaha pak Ardi mendekati Sava. Dari mulai menawarkan Sava pulang bersama tanpa sepengetahuan murid yang lain, mengirim pesan setiap malam, dan masih banyak lagi. Tetapi di luar sekolah, bahasa yang digunakan pak Ardi kepada Sava tidak seformal di sekolah. Ia menggunakan panggilan lo-gue kepada Sava. Sedangkan Sava memanggil pak Ardi dengan panggilan kakak, itu pun pak Ardi yang meminta karena tidak ingin di panggil bapak olehnya.
Setelah selesai absen, dan memulai pemanasan. Pengambilan nilai bola voli dimulai.
"Yang namanya saya sebut, silahkan memulai, kalian hanya perlu saling passing, dan saya akan menilai."
"Aldi, Sava, Mira, Reza."
Sava berdecak sebal.
"Lepas jam tangan kamu, passing ga segampang yang kamu kira, apalagi kamu izin pelajaran saya Minggu lalu." Ujar pak Ardi kepada Sava yang tidak diketahui siapapun.
"Dia pikir gue bodoh."
"Ga usah protes, bisa?."
Sava melongo, ia bergidik ngeri, rupanya pak Ardi bisa membaca pikiran.
....
"Arghh, gue nyesel nge-iya in bu Atiq buat nemenin dia makan dikantin. Gue juga nyesel ngerekomendasiin ketoprak mba Titin." Ocehannya membuat Sava terlihat seperti orang gila.Saat jam pulang sekolah, Sava bertemu Bu Atiq di kantin, ia memanggil Sava. Kata beliau, 'neng Sava, makanan paling enak di kantin sini apa ya?, ibu belum makan laper banget.'
'ayok Bu, ibu harus nyobain ketoprak mba Titin.' ujar Sava dengan semangat.
Jadilah sampai saat ini ia harus pulang sore hari, mana Bu Atiq minta nambah tadi.
Sekolah sudah sangat sepi, hanya tersisa beberapa murid dan guru.
"Angkot jam segini udah jarang, cepet naik." Ujar seseorang dari arah samping, ia menggunakan motor gede yang pastinya sulit di taiki.
Sava menoleh. Ternyata Ardi.
"Duluan aja kak, Sava masih mau nunggu angkot atau bus mungkin." Ujarnya lemas.
"Lo mau di godain orang-orang itu?." Ujar Ardi menatap ke arah sekumpulan orang dengan penampilan menyeramkan seperti preman di warung kopi pinggir jalan.
Sava menoleh. Ia meneguk Saliva nya.
"Tapi dari tadi Sava aman kok ga di apa-apain juga."
"Jadi lo nunggu di apa-apain dulu?."
"Ga gitu."
"Terus?."
"Kakak bawa motornya pake paket modus sih, Sava ga suka."
Ardi terkekeh.
"Gue pastiin lo aman sampe rumah, tanpa modusan gue." Ujarnya meyakinkan.
Sava melirik jam tangannya, dan mengedarkan pandangan mencari-cari angkot untuk terakhir kalinya.
"Janji ya."
"Iya bawel, cepetan."
"Sava gimana naiknya, rok Sava nanti ke angkat kaaa." Sava merengek.
Ardi melepas jaketnya dan memberikan kepada Sava.
Ketika Sava sudah berada di atas motor, "Siap?." Tanya Ardi
"Sia-."
Ardi sudah memutar gas dengan cara menyebalkan bagi Sava. Ia berteriak untuk memarahi Ardi.
"KAKA GA NEPATIN JANJI."
Ardi tertawa.
....
Bingung Sava mau di jodohin sama siapa wkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
BINGUNG
Teen FictionKetika banyak pria tampan yang menyukainya, bukan hanya sekedar suka, mereka menyayangi mencintai dan sangat menjaganya. Tetapi ia hanya memilih satu, ya!. Hanya satu pria yang di izinkannya untuk mendobrak pintu hatinya. Kenalin, aku Alsava Tribua...