Kelas 11 IPA 3 sedang diisi oleh pelajaran olahraga saat ini. Mereka sedang melakukan pemanasan kecil di lapangan. Dan entah sejak kapan Adam sudah berdiri dengan jarang tiga meter dari tempat Ardi berpijak.
"Oh jadi ini yang naksir sama anak murid nya sendiri?." Mungkin dengan melihat tampang Ardi yang masih muda dan seperti sepantaran dengannya membuat Adam berani mengatakan hal tersebut.
"Maksud kamu apa? Kembali ke kelas!."
"Kalo gue gak mau, gimana?."
Ardi menghela napas pelan melihat tingkah abege itu. "Jaga sopan santun lo!."
"Nah kan aslinya keluar." Adam tertawa di tempat melihat Ardi sudah mulai terpancing.
Sava menggeram kesal, ia berjalan menghampiri Adam dan menyeret cowok itu untuk pergi.
"Lo apa-apaan si?." Ujar Sava setelah menjauh dari lapangan.
Adam mencebikan bibir, "Kurang ajar banget tuh guru, dari tadi ngeliatin lo terus."
Sava menghela napas, "Iya gue paham lo kesel, tapi jangan gak sopan kayak tadi juga Adam."
"Noh liat dia nyamperin kita."
Sava membalikkan tubuh ke belakang, dan benar Ardi tengah berjalan menghampiri nya dan sekarang semua mata tertuju ke arahnya.
"Kamu kembali ke lapangan, biar dia saya yang urus."
"I-iya pak." Setelah Sava menjauh, kini mereka berdua beradu tatap dengan tatapan seperti ingin menghabisi satu sama lain.
"Gak usah sok asik lo. Muka boleh ganteng tapi kalo naksir sama murid sendiri kurang ajar banget namanya." Ujar Adam santai.
Ardi masih diam mendengarkan remaja itu berceloteh.
"Lagian kenapa harus Sava sih? Yang jauh lebih muda dari lo."
"Cuman beda tujuh tahun. Lo siapa ngatur-ngatur gue?." Kini Ardi berucap.
Adam memasang senyum miring dan mengulurkan tangan. "Kenalin, gue Adam, cowok nya Sava dari beberapa minggu yang lalu. Gue pindah sekolah karena gue mau tau siapa aja cowok yang selama ini ganggu cewek gue, ternyata guru nya sendiri termasuk."
Ardi mengabaikan uluran tangan Adam. Ia mendengus pelan. "Cuman pacar kan?, Kalo gue lamar cewek lo gimana?."
"Brengsek." Adam mendorong tubuh Ardi keras. Dengan tinggi tubuh mereka yang setara memudahkan aksi Adam tersebut.
Sava yang memperhatikan sedari tadi berlari dan membantu Ardi untuk bangun. "Adam lo udah keterlaluan."
Adam emosi melihat Sava yang malah membela Ardi. "Lo bela dia?."
"IYA, LO GAK BISA HORMATI ORANG YANG LEBIH TUA?."
Adam berdecih, "harusnya dia sadar karna udah tua jangan suka sama murid sendiri."
Sava menghela napas gusar, "Sekarang lo balik ke kelas."
Kini, mereka sudah dikelilingi banyak orang. Ardi meniupkan peluit untuk membubarkan mereka. Guru itu pun masih waras dengan tidak menjadikan Adam terkena surat peringatan hanya karena alasan mereka menyukai satu siswi yang sama. Cukup ini menjadi masalah pribadi nya dengan murid bengal itu.
Setelah sepi, Sava berucap "Maafin tingkah Adam tadi."
"Yang jelas sekarang dia jadi saingan gue buat dapetin lo, sana balik."
"Dia pacar Sava kak please."
"Ya terus?."
Sava menyugar rambut nya yang tergerai, ia lelah berada di posisi nya saat ini. Jika boleh memilih Sava ingin menjadi sayur-sayuran saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINGUNG
Подростковая литератураKetika banyak pria tampan yang menyukainya, bukan hanya sekedar suka, mereka menyayangi mencintai dan sangat menjaganya. Tetapi ia hanya memilih satu, ya!. Hanya satu pria yang di izinkannya untuk mendobrak pintu hatinya. Kenalin, aku Alsava Tribua...
