🌺 4 🌺

707 87 19
                                    

Hari ini, Kinan akan mendaftarkan dirinya di sebuah Universitas swasta ternama di Indonesia. Tentu saja karena ada Kanaya yang memang menjalankan studi disana. Kinan begitu semangat, membuat Ibunya harus menanyakan keperluan yang harus dibawa untuk persyaratan pendaftaran.

"Foto? Surat keterangan dari kampusmu di Paris? Sertifikat balletmu? Apa lagi ya, Ibu lupa," Tanya Ibunya sambil menggarukkan kepala, berusaha mengingat.

"Ibu, sudah lengkap semuanya. Tanya saja ke Naya, dia tadi yang memeriksa berkasku Bu," Jawab Kinan sambil mengunyah pancakenya.

"Benar Tante Ratih. Jangan khawatir, aku pastikan pendaftaran Kinan akan selesai hari ini. Asalkan, uangnya jangan lupa ya," Sahut Naya sambil tertawa pelan, dan kembali mengunyah pancake yang masih ada dipiringnya.

🌺🌺🌺

"Wah kampus ini besar sekali. Seumur-umur aku tinggal disini, aku belum pernah menginjakkan kaki disini. Pantas saja kampus ini sangat terkenal," Ujar Kinan sambil mendongakkan kepalanya, melihat ke kanan dan ke kiri, seperti tidak ada yang ingin terlewatkan dari pandangannya.

"Dan, diluar dari mata kuliah, kau bisa satu unit kegiatan denganku. Kau tau?" Naya merangkul Kinan sambil tersenyum dan menaikkan alisnya.

"Memangnya kegiatan apa yang kau ikuti?"

"Kau ini adalah cahaya kekuatan untuk kegiatan ballet di kampus ini!!!" Naya melompat kegirangan sambil bertepuk tangan.

Kinan memiringkan kepalanya dengan mulut sedikit terbuka, berusaha menerka kata perkata yang Naya lontarkan padanya.

"Maksudmu, kau ini mengikuti kegiatan ballet? Sungguh?"

Naya menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan. Lalu ia menarik napas panjang dan melanjutkan pembicaraannya.

"Akan ku kenalkan dengan dua orang sahabatku. Mereka anak ballet juga. Dan kau akan masuk di dalam persahabatan kami."

"Lalu dimana mereka?" Tanya Kinan.

"Mereka 1 jurusan. Ekonomi manajemen keuangan. Dan hari ini mereka tidak ada mata kuliah. Jadi mereka libur."

"Lalu kau sendiri? Tidak ada mata kuliah?"

"Ada, tapi nanti agak siang. Sekarang waktuku lengang. Jadi aku bisa menemanimu," Jawab Naya sambil tersenyum.

Kinan melanjutkan semua prosedur pendaftaran ditemani oleh Naya. Semua berjalan lancar tidak ada hambatan. Jadi mulai lusa, Kinan sudah bisa memulai studinya di universitas ini.

"Hai Nay." Terdengar suara seorang pria dari belakang tubuh mereka. Pria itu menghampiri mereka dengan senyum tersungging yang menampilkan deretan giginya yang bersih dan rapih.

"Dimas. Aku kira siapa. Tumben sekali baru jam segini kau sudah datang," Sahut Naya.

Kinan memperhatikan pria ini. Sangat tampan. Wajah khas Indonesia sekali. Kulit sawo matang, dada yang bidang, tubuh yang tegap dan tinggi. Dengan setelan kaus putih ditutupi kemeja biru gelap yang tidak dikancing, dan sepatu yang tentunya merek terkenal. Membuat Kinan secara tidak sadar benar-benar memperhatikan pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Ini siapa?" Tanya Dimas sambil menunjuk ke arah Kinan.

"Sahabatku, anak baru disini. Kinan kenalkan ini Dimas. Teman sekelasku. Dimas, ini Kinan sahabatku dari kecil," Kata Naya sambil memperkenalkan mereka masing-masing.

Kinan menjabat tangan pria itu sambil tersenyum kecil.

"Ah iya, Nay urusanku sudah selesai. Aku langsung pulang saja ya. Setidaknya aku perlu berbelanja kebutuhan untuk kuliah. Kalau kau mau main, nanti datang saja ke rumah," Kata Kinan sambil membereskan sisa berkasnya yang berantakan di meja.

"Oke. Nanti aku hubungi ya. Hati-hati diperjalanan."

"Thanks Nay. Bye Dimas. Sampai bertemu lagi."

Kinan meninggalkan sahabatnya dengan pria yang bernama Dimas itu. Kinan tersenyum kecil setelah melihat sahabatnya berada di dekat pria itu. Kinan merasa mereka sangatlah cocok jika dijadikan pasangan. Kanaya yang berkulit putih, anggun, tampilan rambut dark chocolate, paras yang cantik dengan mata bulatnya, sangat cocok disandingkan dengan Dimas. 'Pasangan yang sempurna.' pikir Kinan.

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang