🌺 22 🌺

428 33 7
                                    

Terdengar bunyi hujan deras pagi ini, membuat Kinan enggan membuka matanya. Ia meringkuk, kembali menarik selimutnya dan menutupi seluruh badannya. Masih teringat jelas kejadian kemarin.

Dekapan Alvin yang hanya sekian detik, memenuhi pikirannya semalaman. Harum tubuhnya, hangat tubuhnya..

Kinan menyibakkan selimutnya. Ia pun duduk dan mengacak-acak rambutnya. 'Ya Tuhan, aku rindu.' Begitulah isi pikirannya.

Ia melirik jam kecil yang berada di meja sebelah tempat tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Ia harus bersiap-siap karena ada kelas pagi ini.

Satu jam pun berlalu. Kini ia sudah rapi dengan pakaian kuliahnya. Sekarang ia duduk dengan ibunya di ruang makan. Setidaknya ia harus sarapan sedikit.

"Nak, kau hanya makan sereal saja?" Tanya ibunya saat melihat Kinan menuangkan susu dan beberapa sendok sereal ke mangkuknya.

"Aku tidak terlalu lapar bu. Aku sarapan hanya karena takut pingsan kalau perutku kosong," Kata Kinan dengan suara yang lemas.

"Ingat, kau ini ada penyakit lambung. Jangan sampai telat makan dan jangan sampai terlalu lapar," Jelas ibunya memberi nasihat.

Kinan hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil terus mengunyah sarapannya. Ibunya sadar ada yang tidak beres dengan anaknya, langsung bertanya.

"Kau ada masalah apa?"

Kinan menoleh ibunya sesaat kemudian kembali menatap sarapannya. "Aku malu mengatakannya bu."

"Dari kemarin saat Ray mengantarmu pulang, memang ada yang tidak beres denganmu. Karena Alvin?"

"Aku dilema."

Ibunya tersenyum dengan jawaban anaknya saat ini. "Ikuti apapun kata hatimu. Jangan ditahan."

Kinan menatap ibunya dengan tatapan bingung. Baru akan membuka mulutnya untuk bertanya, ibunya berkata, "Kau akan mengerti nanti."

Kinan tidak menjawab apa-apa. Ia segera menghabiskan serealnya, lalu berpamitan dengan ibunya. Hari ini Naya tidak ikut berangkat bersama, karena jadwal kuliahnya dimulai agak siang. Ia langsung menuju garasi mobilnya, dan mengendarakan mobilnya di tengah hujan.

🌺🌺🌺🌺🌺


Kinan kini sudah memarkirkan mobilnya. Ia mencari payung yang biasa ia bawa di bawah kursi penumpang di depan. Panik. Payungnya tidak ada.

Ia berusaha ke kursi penumpang di belakang dengan susah payah, berharap menemukan payungnya. Panik. Tetap tidak ada.

Kinan kembali ke kursi kemudi, dan mencoba menghubungi Metha. Tapi sayangnya, sudah berkali-kali dihubungi, Metha pun tidak menjawab panggilannya. Naya dan Ray pasti belum berangkat karena jadwal kelasnya masih nanti siang. Begitupun dengan Winda dan Shana.

Kinan menyenderkan kepalanya di setir mobil. Ia benar-benar bingung sementara hujan masih deras mengguyur. Jarak antara parkiran dengan gedung kampusnya lumayan jauh. Tidak. Tidak mungkin ia nekat. Percuma saja ia pasti akan basah kuyup.

Tidak lama ada yang mengetuk kaca mobilnya. Kinan menoleh, dan samar-samar terlihat seseorang memanggilnya dibawah payung. Alvin!

Kinan menurunkan sedikit kacanya agar bisa mendengar suara Alvin.

"Kau tidak turun?" Tanya Alvin dari luar.

"Aku tidak membawa payung. Aku sudah menghubungi temanku tapi tidak dijawab," Jawab Kinan pasrah.

"Ayo turun, kau bisa satu payung denganku."

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang