🌺 33 🌺

345 23 31
                                    

Alvin menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Jujur saja sebenarnya ia enggan untuk pulang. Ia melirik jam di dinding. Sudah hampir tengah malam.

Namun Alvin tetap nekat. Ia beranjak mengambil kunci mobilnya, dan segera menuju ke rumah sakit. Memastikan Kinan tidur dengan nyenyak.

Tidak butuh waktu lama untuk tiba disana, Alvin melangkah perlahan menuju kamar rawat Kinan. Ia membuka pintu perlahan, namun langkahnya terhenti ketika melihat Ray sedang tertidur di kursi samping tempat tidur Kinan.

Rahangnya mengeras. Tapi ia tidak mau egois. Ia tinggalkan kembali ruangan itu.

"Tidak.. Aku harus tenang!" gumam Alvin di depan mobilnya. Alvin mengangguk sendiri. "Akan ku selesaikan semuanya besok."

Pagi ini, Alvin akan mengurus pencabutan gelarnya. Sebentar lagi ia akan terbebas dari Sarah. Ia akan menebus semua kesalahannya pada Kinan.

Alvin sudah berdiri di depan ruangan Ibu Siska.

"Permisi."

Siska menoleh ke arah pintu. "Oh Alvin masuklah."

Siska memberi beberapa berkas untuk Alvin tanda tangan. Dengan ini, sudah resmi Alvin mencabut gelar pangerannya. Alvin tersenyum lega.

Siang ini ia bergegas menuju ke rumah sakit. Ibunya Kinan menghubunginya untuk menemani Kinan. Tentu saja dengan senang hati Alvin menerimanya.

"Alvin." Panggil Sarah yang melihat Alvin dari kejauhan.

Alvin menghentikan langkahnya. "Mau apa?"

"Aku minta maaf untuk masalah kemarin, biar aku jelaskan dulu."

"Aku tidak peduli," jawab Alvin cepat. Ia menghembuskan napas kasar. "Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi jangan ganggu aku. Satu lagi, kalau kau tidak mau ada masalah denganku, lebih baik kau diam!" Jawab Alvin tegas. Ia meninggalkan Sarah begitu saja.

🌺🌺🌺🌺🌺

Baru sehari saja Kinan sudah merasa bosan. Ibunya sudah meninggalkannya ke butik. Sementara Ray sudah pulang dari pagi.

Kinan menoleh saat pintu terbuka. Alvin datang. Kinan tersenyum senang. Setidaknya ia tidak terlalu bosan.

"Bagaimana? Lebih baik?" Tanya Alvin yang sudah duduk di kursi.

"Sangat. Ibuku yang menghubungimu ya?"

Alvin mengangguk. "Ah ya, aku mau memberitahu sesuatu. Aku sudah mencabut gelar prince ku hari ini."

Kinan menatapnya heran. "Kenapa?"

"Aku ingin fokus denganmu." Alvin menatap mata Kinan dalam-dalam. "Aku ingin menebus semua kesalahanku padamu dulu."

Kinan menatapnya sayu. "Memangnya kau salah apa? Sudah lupakan saja."

Alvin menggenggam tangan Kinan. "Aku terlalu egois. Aku terlalu memikirkan diriku sendiri. Aku mengatakan padamu, tidak ingin ada hubungan lagi denganmu bahkan satu detik pun. Aku masih ingat Kinan."

Kinan hanya terdiam menatapnya. Ia tidak berkomentar apapun. Membuat Alvin sedikit gelisah.

"Dulu aku tidak pernah bermaksud memainkan perasaanmu, pergi dengan wanita sana sini. Aku hanya stres karena kau yang selalu mencurigaiku. Aku tidak pernah berniat menduakanmu. Emosi ku terlalu terpancing sehingga mengeluarkan kalimat menyakitkan itu. Aku minta maaf membuatmu trauma."

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang