🌺 37 🌺

381 21 16
                                    

Kinan terpaku melihat Alvin berpakaian rapi dengan kaus putih yang ditutup jas berwarna hitam dan celana jeans berwarna gelap. Ia membawa buket bunga mawar putih yang besar. Alvin tersenyum menghampirinya.

"Sudah siap? Kau cantik hari ini dengan poni barumu." Tanyanya lembut sambil memainkan poni Kinan perlahan.

Kinan mengerjap beberapa kali. Berusaha menyadarkan dirinya, siapa tahu ia bermimpi. Ia menepuk-nepuk pipinya perlahan.

"Aku tidak bermimpi kan?" Tanya Kinan polos. Membuat Alvin tertawa pelan.

Alvin mengelus lembut pipinya. "Tentu saja tidak. Ini bunga untukmu."

Kinan meraih buket bunganya yang cukup besar itu. Mawar putih kesukaannya. Bahkan Alvin mengingatnya.

"Jalan sekarang? Barangmu sudah dibawa semua?"

"Sudah. Ini aku sudah membawa tas." Kinan menunjukkan tas yang menggantung di pundaknya.

Alvin membukakan pintu mobil untuknya. Setelah Kinan terduduk rapi dibangkunya, barulah Alvin menutup pintunya dan segera bergegas masuk di bagian kemudi.

Mobil sudah melaju perlahan meninggalkan perumahan. Kinan mencium beberapa kali buket bunga yang sekarang ia letakkan di pangkuannya.

"Kau bahkan masih mengingat jelas bunga kesukaanku Alvin."

"Tentu saja, aku masih ingat kau cemberut karena aku berikan mawar merah, padahal kau meminta yang putih."

Kinan mengingat sesuatu yang janggal terjadi hari ini. Tentang teman-temannya dan ibunya.

"Kau tidak mungkin tiba-tiba muncul di rumahku. Pasti ada sesuatu." Kinan mulai curiga.

"Memangnya kau pikir, teman-temanmu yang ingin sekali pulang, dan tiba-tiba ibumu mengatakan akan dinner dengan klien, bukan sebuah dari rencana? Ini rencana mereka Kinan," jawab Alvin terkekeh.

"Pantas saja ada yang aneh dengan mereka."

"Maaf aku bersikap dingin padamu kemarin-kemarin. Awalnya aku menunggu sampai kau menghubungiku duluan. Tapi kau tidak menghubungiku juga, jadi ya sudah kulanjutkan saja sampai hari ini," jelas Alvin enteng.

Kinan memukul lengannya, "aku juga menunggumu! Lagipula aku wanita. Mana mungkin aku menghubungimu duluan. Enak saja. Lagipula kenapa kau bersikap dingin saat itu?"

"Ada suatu alasan. Kapan-kapan saja ku beritahu."

Mereka kini sudah tiba di sebuah gedung pusat kota. Mereka akan pergi ke restoran di gedung itu yang berada di paling atas.

Alvin sudah memesan meja untuk malam ini. Khusus ia pesan jauh-jauh hari agar bisa mendapatkan keindahan kota yang gemerlap dari atas. Sungguh romantis.

Kini mereka duduk disalah satu meja yang menghadap ke dinding kaca memperlihatkan pemandangan diluar.

"Alvin yang kemarin dingin sekali sekarang menjadi romantis."

"Bukankah kau senang? Ini yang kau harapkan dariku bukan?" Tanya Alvin sambil menaik turunkan alisnya. Kinan mendengus pelan.

Mereka menghabiskan makanan yang telah mereka pesan. Lalu kemudian seorang pelayan membawakan gelas dan sebotol wine untuk mereka nikmati bersama dengan hidangan penutup.

"Kinan." Panggil Alvin lembut.

"Hmm?" Kinan menoleh ke arahnya.

Alvin mengeluarkan sebuah kotak dari saku jasnya. "Hadiah untukmu bukalah."

Kinan menerima kotak itu dan membukanya. Ia terkejut melihat sebuah kalung di dalam sana. Kalung dengan bandulan kecil bermata berlian.

"Cantik sekali Ya Tuhan." Kinan terharu dengan hadiahnya. Tidak sadar ia menitikkan air mata.

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang