🌺 16 🌺

523 64 15
                                    

"Aku juga satu kampus dengan Alvin"

Ray mematung saat Kinan menyebutkan nama Alvin. Ray sudah tahu semua tentang masa lalunya gadis itu. Kinan sendiri yang bercerita. Jatuh dan sakit berkali-kali, membuat Ray bersumpah akan membuat Kinan bahagia. Ya. Walaupun hanya menjadi sahabatnya.

"Ray? Kau masih disitu?" Tanya Kinan dari ujung sana. Ray baru tersadar dari lamunannya.

"Masih. Lalu kau akan melakukan apa?"

"Aktifitas ku seperti biasa. Memangnya aku harus apa?"

Ray tersenyum setelah mendengar suara Kinan sedikit membaik.

"Baiklah. Aku harus menutup telepon ini dulu Kinan. Aku ada urusan. Sepertinya aku akan sibuk beberapa hari ke depan. Kau tidak masalah kan?"

"Tidak masalah. Hubungi aku lagi kalau kau sudah tidak sibuk. Bye Ray." Kinan pun mengakhiri panggilannya.

Ray menghempaskan tubuhnya ke sofa besar berwarna abu-abu di ruang tengah apartementnya. Tangannya langsung membuka layar ponselnya kembali. Mencari kontak dengan nama James Abellard.

"Tout est-il prêt?" Tanya Ray kepada James saat telepon itu diangkat. Menggunakan bahasa Perancis yang artinya, 'apakah semuanya sudah siap?'

"Ya, kau sudah bisa berangkat lusa. Kau benar-benar menyusahkan. Tiba-tiba ingin pulang," Jawab James dari ujung sana.

James adalah pria tampan berkebangsaan Perancis yang memiliki tubuh jangkung dan mata yang biru. Ia memang sudah menjadi kepercayaan keluarganya Ray untuk menemaninya selama tinggal di Paris. Ya seperti membantu Ray jika ia sedang mengalami suatu kesulitan. James sendiri sebenarnya menetap di Indonesia karena bekerja di perusahaan milik keluarganya Ray. Hanya sesekali pulang ke negaranya dalam satu tahun. Ia juga sudah sangat fasih berbahasa Indonesia. Tapi saat Ray memutuskan untuk pergi ke Paris lima tahun yang lalu, James diminta untuk menemani Ray selama disana.

Ray merebahkan tubuhnya di sofa. Tangannya naik ke atas keningnya dan ia memejamkan matanya. Lalu melanjutkan pembicaraan, "Bagaimana dengan kau? Apa kau ikut kembali ke Indonesia?"

"Tentu saja, Ayahmu yang meminta. Kalau tidak siapa yang akan membantu Ayahmu mengurus perusahaan? Kau juga pasti butuh teman sepertiku untuk bercerita bukan?" Jawab James dengan ringan. James baru berumur 30an. Ia memang sangat dekat dengan Ray. Dan Ray sendiri sudah menganggapnya sebagai seorang kakak dan sahabat.

"Ya sudah baiklah. Setidaknya sebentar lagi aku akan bertemu gadis itu," Gumam Ray datar, lalu membuka matanya.

"Aku sudah menyadari sebenarnya kau menyukainya. Kenapa kau selalu menyangkalnya. Lagipula aku rindu dengan Kinan, padahal baru satu bulan sejak dia kembali," Jawab James sambil terkekeh.

"Dia sahabatku, jangan berasumsi macam-macam. Dan satu lagi. Jangan sembarangan rindu padanya. Huh," Gerutu Ray. Alisnya berkerut dan wajahnya ditekuk. Tapi ia tidak benar-benar marah pada James.

"Hahahah. Baru begini saja kau sudah cemburu Ray. Kinan memang sangat cantik, tapi tenang saja dia bukan tipeku. Lagipula aku tidak akan merebut orang yang disukai oleh anaknya atasanku." James tertawa setelah mendengar apa yang Ray katakan. Ini memang salah satu hobinya James. Meledek Ray hingga ia kesal.

"Aku tidak cemburu. Sudah aku katakan dia hanya sahabatku. Berbicara lama-lama denganmu membuatku frustasi."

"Haha oke baiklah maafkan aku. Ada lagi yang mau kau tanyakan?"

"Tidak ada. Besok kau datang agak lebih pagi. Bantu aku membereskan barang-barangku. Lusa kita sudah berangkat. Kau menginap di apartementku saja."

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang