🌺 26 🌺

322 26 6
                                    

Alvin dan Kinan kini tengah menyantap makan malam mereka di sebuah restoran yang terletak di pinggir pantai, tidak jauh dari tempat mereka melihat sunset.

"Sudah lama aku tidak makan disini. Tempatnya benar-benar menyenangkan," ujar Kinan sambil mengunyah makanannya.

"Kalau kau mau kemari lagi, bilang saja padaku, akan aku antarkan," gumam Alvin tanpa menoleh ke arah Kinan. Ia sedang berkonsentrasi dengan makanannya.

"Ya. Tapi aku tidak mau menaiki motormu itu. Menyusahkan. Aku tidak masalah kalau menaiki motor. Tapi jangan motormu yang itu," gerutu Kinan.

Alvin tertawa kecil mendengar Kinan menggerutu. "Bukankah terlihat romantis? Kau memelukku dari belakang."

Kinan memukul pundak Alvin. Tawa Alvin semakin pecah. Ia sangat bahagia dengan situasi ini.

Setelah mereka menghabiskan makanan, sekarang waktunya mereka untuk pulang. Sesampainya di parkiran, mereka langsung menaiki motor dan bergegas pulang. Kinan kembali memeluk Alvin dari belakang. Ya mau tidak mau karena kalau tidak mungkin ia akan jatuh ke belakang.

Mereka telah tiba di depan rumah Kinan. Alvin menengadah memperhatikan rumah itu. Sudah lama Alvin tidak berkunjung.

"Kau mau masuk dulu menyapa ibuku?" Tanya Kinan sambil melepas helmnya.

"Boleh saja. Mungkin tidak lama," jawab Alvin sambil menganggukkan kepala.

Kinan mempersilahkan Alvin masuk ke dalam rumahnya. Alvin menduduki sofa di ruang tamu sementara Kinan memanggil ibunya.

"Ibuuu. Ada Alvin," teriak Kinan dari bawah tangga. Lalu ia menghampiri Bibi Surti yang berada di dapur untuk menyiapkan minuman.

"Bi, tolong buatkan secangkir kopi hitam panas ya." Kinan sudah mengetahui kebiasaan Alvin yang harus minum kopi setiap hari.

Ibunya Kinan kini sudah berada di ruang tamu. Menghampiri Alvin yang kini tengah duduk disana. Seulas senyum tersungging di wajahnya.

"Hai Alvin apa kabar?"

Alvin menghampiri Ibunya Kinan dan memberi salam. "Sangat baik Tante Ratih. Maaf aku mengantarkan Kinan agak larut."

"Tidak apa-apa, ini belum malam. Duduklah," kata Ibunya mempersilahkan Alvin duduk kembali. Lalu ibunya memanggil Kinan, "Kinan. Sudah siapkan minuman?"

"Ya bu, sebentar lagi jadi. Ini sedang dibuatkan kopi," teriak Kinan dari arah dapur.

Alvin sebenarnya gugup bertemu dengan ibunya Kinan lagi. Ia tidak tahu harus memulai pembicaraan darimana.

"Bagaimana kuliahmu Alvin? Orang tuamu masih di Australia?" Tanya ibunya Kinan memecah keheningan antara mereka. Ibunya Kinan sudah mengetahui sedari dulu jika Alvin memang sering ditinggal orang tuanya ke Australia.

"Kuliahku sangat baik. Orang tuaku masih menetap di Australia. Hanya pulang sesekali," jawab Alvin sambil tersenyum.

"Kalau kau kesepian di rumah, sering-sering saja main kesini."

Alvin sangat senang mendengar penuturan ibunya Kinan. Tidak lama Kinan datang bersama dengan Bibi Surti dan membawa beberapa camilan untuk Alvin. Bibi Surti pun mengenal Alvin. Ia kembali menuju ke dapur setelah menyapa Alvin.

"Minumlah. Kopinya sangat enak, camilannya juga. Aku bawa dari Paris kemarin," kata Kinan.

Mereka bertiga ---Kinan, ibunya, dan Alvin--- bercengkrama panjang lebar. Tiba-tiba petir terdengar sangat kencang disertai hujan.

"Hujannya deras. Bagaimana kau pulang Alvin?" Tanya Kinan sambil melihat ke arah jendela.

"Aku pulang menunggu hujan reda saja," kata Alvin meyakinkan.

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang