🌺 21 🌺

452 44 15
                                    

Kinan dan Ray berpamitan kepada teman-teman mereka. Ray meminta Kinan untuk menemaninya membeli beberapa barang yang dibutuhkan untuk kuliahnya. Tentu saja dengan senang hati Kinan menerimanya.

"Kami pamit ya. Setidaknya aku harus menemaninya membeli barang-barang keperluannya," Ujar Kinan sambil tersenyum. Lalu ia menoleh ke arah Naya. "Nay, kau yakin tidak mau ikut?"

"Tidak. Aku masih ingin disini dengan mereka. Kau duluan saja," Jawab Naya.

"Oke baiklah. Sampai besok semuanya. Jangan lupa besok latihan ballet ya," Pamit Kinan. Ray hanya menundukkan kepala sambil tersenyum, pertanda ia pamit kepada teman-teman barunya.

Saat Kinan dan Ray sudah agak menjauh, mereka berempat langsung bergosip.

"Nay, kau yakin tidak ada apa-apa diantara mereka?" Tanya Winda penasaran.

Shana mengangguk tanda setuju dengan Winda. Lalu berkata, "Kalian lihat kan tadi? Bahkan mereka berpelukan sangat lama! Dihitung-hitung belum dua bulan mereka tidak bertemu. Tapi rasanya seperti tidak bertemu bertahun-tahun!"

"Ada perasaan yang tidak biasa antara Kinan dan Ray." Setelah mengatakan itu, Metha termenung. Tidak lama ia tersadar dari lamunannya. "Astaga wajah Ray terbayang-bayang dipikiranku."

Naya menjitak pelan kepala Metha karena kepolosannya.  "Kau ini memang terlalu polos Metha."

Metha memberengutkan wajahnya. Sementara Winda dan Shana tertawa melihat kelakuan mereka.

"Dari awal aku mengenal Ray saat Kinan masih di Paris, Ray itu sangat perhatian pada Kinan. Walaupun aku melihatnya hanya dari video call, tapi aku bisa mengetahuinya," Kata Naya sambil menatap satu persatu teman-temannya.

"Contohnya?" Tanya Winda penasaran. Kini ia sudah sedikit membusungkan badannya ke arah Naya, karena rasa penasarannya yang tinggi.

Naya berpikir sebentar, lalu berkata, "Contoh kecil. Waktu itu Kinan sedang bercerita padaku, tiba-tiba ia terbatuk-batuk, entahlah mungkin tenggorokannya gatal. Lalu Ray datang membawakan air untuknya. Aku yang melihatnya saja waktu itu sangat luluh."

Sekarang asumsi mereka semua sama. Ada sesuatu antara Kinan dan Ray. Hanya saja mungkin antara Kinan maupun Ray tidak ada yang menyadarinya.

🌺🌺🌺🌺🌺


"Kau bawa kendaraan?" Tanya Kinan.

Ray menggelengkan kepala. "Tidak. Tadi aku diantar James."

"Kalau begitu pakai mobilku," Gumam Kinan sambil merogoh tasnya mencari kunci mobil. Setelah menemukannya, ia memberinya pada Ray. "Ini kuncinya kau pegang saja."

"Disini ada kopi yang enak tidak? Aku ingin minum kopi dulu," Tanya Ray tiba-tiba setelah menerima kunci mobil Kinan.

"Oh. Ada di seberang kampus. Kita kesana naik mobil saja. Jadi tidak perlu kembali lagi ke kampus," Jawab Kinan dengan mata berbinar-binar.

Mereka sudah tiba di dalam mobil. Ray mengajukan diri untuk menyetir, dan Kinan menerimanya dengan senang hati. Tidak butuh waktu lama untuk berada di kafe kopi sekarang. Mereka pun turun dan berbegas masuk ke dalam.

"Kau mau apa?" Tanya Ray pada Kinan.

"Seperti biasa," Jawab Kinan sambil tersenyum.

"Iced americano dan iced caramel macchiato. Atas nama Ray," Pesan Ray kepada pelayan kasir. Ia memang sudah sangat mengetahui minuman favorit Kinan.

"Totalnya jadi ****** ."

"Aku saja yang bayar." Kinan menawarkan diri.

"Tidak apa-apa aku saja," Kata Ray sambil tersenyum.

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang