🌺 10 🌺

593 72 30
                                    

Saat ini Alvin sama sekali tidak fokus dengan mata kuliah pengantar bisnis modern. Ya. Alvin mengambil jurusan Ekonomi Bisnis. Semua itu ia lakukan karena ia memang bertekad untuk meneruskan perusahaan ayahnya. Karena ia adalah anak tunggal.

Alvin mengacak-acak rambutnya karena gelisah memikirkan yang tadi dilihatnya. Kinan. Gadis itu muncul lagi. Gadis yang dulu ia tinggalkan. Gadis yang dulu menangis untuknya. Gadis yang dulu sangat mencintainya.

Timbul perasaan bersalah pada dirinya. Ia teringat saat pertama kali mereka memutuskan untuk berpacaran. Pikirannya kembali ke masa lalu.

Hari libur yang cerah ini membuat Alvin dan teman-teman sekelasnya memutuskan untuk pergi ke taman hiburan. Kemarin mereka baru saja menyelesaikan ujian akhir untuk kenaikan kelas dua menengah atas. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dari Kinan.

"Alvin, kau mau tidak pergi bersama denganku dan Naya?"

Senyum tersungging diwajahnya. Ia sangat senang. Memang Kinan ini adalah gadis yang disukainya semenjak pertama kali mereka menjadi teman sekelas. Kinan gadis yang ceria. Banyak sekali pria dari kelas lain, bahkan kakak kelas pun yang menyukainya. Alvin lebih memilih menjadi sahabatnya daripada mengejar Kinan, karena takut akan ditolak.

"Oke Kinan. Aku akan menjemputmu ke rumah. Aku belum boleh mengemudi kendaraan, kita kesana naik bus kan?"

"Iya kita naik bus saja. Nanti kalau pulang baru naik taksi. Naya sebentar lagi ke rumahku. Kau cepat kesini ya!"

"Satu jam lagi aku sampai."

Kinan tidak lagi membalas pesannya. Mungkin sedang bersiap-siap pikirnya. Alvin segera bergegas membersihkan dirinya.

Sesampainya di taman hiburan, mereka semua menaiki setidaknya beberapa wahana, karena ternyata di dalam sangat ramai pengunjung mengingat ini adalah hari libur. Hari ini ditutup dengan menaiki bianglala sangat besar. Beruntung wahana itu sudah sepi pengunjungnya.

Alvin menaiki wahana itu dengan Kinan. Berdua saja. Karena teman-temannya dengan sengaja tidak mau naik bersama mereka. Jantung Alvin berdegup tak karuan. Ia menjadi salah tingkah. Tidak ada satupun bahasa yang keluar dari mulut mereka berdua. Hanya ada angin yang berhembus dan pemandangan laut beserta sunset yang indah.

"Kinan." Alvin memberanikan diri membuka suara.

"Hm.. ya kenapa?" Tanya Kinan tanpa menoleh ke arahnya. Tetap memandangi indahnya laut.

"Aku menyukaimu."

Kinan sepertinya terkejut mendengar ucapannya. Dilihat dari wajahnya yang tiba-tiba memandanginya dengan mata yang membulat sempurna. Kinan masih terdiam.

"Kau mau berpacaran denganku?" Alvin semakin memberanikan diri dengan menggenggam tangan Kinan yang ternyata sangat dingin. Apakah gadis itu gugup?

"Ku kira, hanya aku yang menyukaimu. Terima kasih sudah mengambil hatiku Vin. Aku mau jadi pacarmu."

Memory indah itu kembali terbesit dalam pikirannya. Sudah sekian lama ia berusaha menguburkan rasa bersalahnya. Dan sekarang gadis itu ada dihadapannya. Benarkah ia kuliah disini? Apakah Naya memberitahunya? Entahlah. Ia ingin sekali menemui Naya dan ingin memberikan banyak pertanyaan untuknya.

Kelas pun telah berakhir. Alvin bergegas untuk menemui Naya di gedung fakultasnya, jurusan perhotelan. Namun naas, saat dia melewati taman besar di kampus itu, ternyata banyak sekali wanita yang berkerumun mendekatinya. Ada yang minta untuk berfoto bersama, atau mengajaknya berkencan sehari. Sungguh memuakkan!

"Aduuhh kalian semua minggir. Kalau begini kalian akan membuat orang mati karena kehabisan napas." Suara Sarah terdengar ditengah kerumunan orang-orang ini. Entahlah Alvin harus berterima kasih atau tidak dengan Sarah, karena ia juga muak dengan wanita itu. Tapi setidaknya Alvin bisa terbebas dari orang-orang ini.

Kerumunan akhirnya terbuka. Memperlihatkan seorang gadis cantik yang berdiri tak jauh dari sana. Kinanty. Ia bertatap mata dengan gadis itu. Alvin berdiri mematung tanpa melepaskan pandangannya sampai akhirnya ia tersadar ada sesuatu yang memeluk lengannya. Sarah. Wanita sialan itu memeluk lengannya. Di depan Kinan. Entah kenapa ada perasaan di dalam diri Alvin untuk menjaga perasaan gadis itu.

"Kau mau kemana? Aku ikut ya? Setidaknya untuk menjagamu dari para wanita genit ini," Tanya Sarah dengan nada angkuh sambil melihat para wanita itu.

"Bukan urusanmu. Kita ini hanya berpura-pura. Jadi jangan terlalu mencampuri urusan pribadiku. Aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkanku. Tapi kali ini tolong biarkan aku mempunyai privasiku sendiri," Jawab Alvin dengan membisikkan itu ditelinga Sarah.

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang