🌺 34 🌺

368 24 24
                                    

Setelah satu minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya Kinan sudah diperbolehkan pulang. Ray datang untuk membantu Kinan dan ibunya membereskan barang-barang yang perlu dibawa.

"Terima kasih, kau sudah repot-repot membantuku dan ibuku," Kata Kinan.

"Tidak masalah. Ke depannya aku akan membantumu terus," jawab Ray sambil tersenyum.

Sesampainya di rumah, Kinan mengajak Ray berbicara sebentar di taman yang ada di rumahnya.

"Ray, kenapa kau tidak pernah jujur dengan perasaanmu?"

Ray menoleh ke arahnya. "Maksudmu?"

Kinan mengangguk. "Aku sudah mengetahuinya Ray, tentang perasaanmu."

"Bukan tanpa alasan aku tidak pernah jujur padamu. Persahabatan kita sudah terjalin tiga tahun. Aku tidak mau semuanya rusak, hanya karena kau menolakku," gumam Ray pelan.

Kinan terkejut dengan yang Ray ucapkan saat ini. "Ray, kau itu segalanya untukku. Kau tahu itu kan?"

"Kau sahabatku Ray. Kau keluargaku. Kau sudah seperti kakakku sendiri. Aku tidak mau terikat sesuatu denganmu. Aku takut tidak akan berhasil dan akhirnya kita berjauhan. Aku tidak mau hal itu."

Ray menggenggam tangan Kinan. "Aku tahu. Maka dari itu aku tidak pernah bicara apapun padamu."

Ray memang paling mengerti akan dirinya. Kinan merasa sangat beruntung. Haruskah ia membuka hatinya untuk memulai dengan Ray? Entahlah. Kinan pun tidak menemukan jawabannya.

🌺🌺🌺🌺🌺

Hari ini Kinan sudah mulai masuk kuliah kembali. Ia sudah sehat seperti sedia kala. Sesaat setelah kelas selesai, Kinan menghampiri Naya ke kelasnya. Hari ini jadwal mereka berlatih ballet.

"Kau yakin sudah mau latihan lagi? Kau ini belum boleh terlalu lelah." Tanya Naya.

"Tidak masalah. Ah iya, temani aku sebentar menemui Ibu Siska," ajak Kinan dan dibalas dengan anggukan Naya.

"Permisi Bu Siska." Kinan membuka perlahan pintu ruangan Siska.

Siska yang sedang berdiri dengan beberapa berkas di mejanya, menoleh ke arah pintu melihat siapa yang masuk.

"Oh. Kinan. Ayo masuklah."

Kinan dan Naya kini sudah duduk di sofa ruangan Siska.

"Kinan, kau tentu tahu perhelatan akbar kemarin sangat sukses besar kan? Banyak orang yang melirikmu. Ini bacalah."

Kinan menerima sebuah berkas yang diberikan Siska padanya. Ia membukanya, dan Naya pun ikut membaca. Keduanya terkejut bersamaan.

"Haaah! Ini be.. benar? Bu Siska ini?" Tanya Kinan terbata-bata.

"Ya benar. Kau berkesempatan untuk mendapat beasiswa di salah sekolah ternama itu. Kesempatan untuk meraih cita-citamu Kinan."

"Royal Academy of Music, Inggris dan jurusan Tari University of The Arts, Philadelphia di Amerika Serikat... Astaga Kinan!!!!!" Naya tidak percaya yang ia baca. Ia merinding di sekujur tubuhnya.

"Bu, bahkan aku baru saja kuliah disini. Ini. Aku bahkan tidak percaya kalau aku mampu."

"Kinan, rahasia Tuhan tidak ada yang tahu, sekarang terserah padamu, mau kau ambil atau tidak. Itu tidak masalah. Jika memang kau menyetujui, kau akan berangkat tahun depan."

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang