🌺 30 🌺

364 21 4
                                    

Hari perhelatan akbar telah tiba. Perayaan megah ini dihadiri banyak tamu undangan. Terutama orang tua dari pada mahasiswa. Semua orang berpakaian rapi. Beberapa media sudah datang untuk meliput acara ini.

Kinan sudah siap di ruang make up khusus tim ballet. Kostum yang Kinan kenakan berbeda dengan yang lain, mengingat Kinan adalah si pemeran utama. Kemben berwarna biru bercampur dengan ungu muda, ditambah dengan bahan bulu-bulu dibagian rok tutunya. Kostumnya berkilauan jika terkena cahaya. Rambutnya pun sudah disanggul keatas.

"Kau benar-benar perfect Kinan!" Metha memujinya tidak berhenti.

"Kau juga sangat cantik hari ini Metha. Pasti Bara akan makin tergila-gila padamu," ujar Kinan sambil mengedipkan sebelah mata. Sementara Metha hanya menggidikkan bahu.

"Kinan, ibuku mengabarkan kalau sudah bertemu dengan ibumu di dalam teater." Naya menghampiri Kinan sambil mengutak-atik ponselnya.

"Syukurlah, ibuku tidak kesepian."

Metha kemudian pamit kepada teman-temannya untuk menyaksikan mereka dari kursi penonton di teater, bergabung dengan Bara dan teman-teman di kursi paling depan.

Kinan mendengar dari balik panggung, Alvin dan Sarah sedang menjadi pemandu acara di atas panggung untuk membuka acara. Kinan merasa gugup karena acara segera dimulai.

"Ladies 10 menit lagi kalian akan tampil. Harap bersiap di posisi kalian masing-masing." Tania sudah menginstruksikan anak asuhnya.

Kinan merasa gugup. Tangannya terasa dingin. Ini bukan kali pertama ia mengadakan pertunjukkan ballet. Tapi entah mengapa kali ini benar-benar membuatnya tidak percaya diri. Apakah karena Alvin menontonnya?

"Lima menit lagi!" Seru salah seorang dari petugas panggung. Kinan sudah dalam posisinya di balik panggung.

Musik dimulai. Layar besar pun diangkat. Satu persatu penari mulai memasuki panggung. Lampu sorot sudah mengarah ke arah mereka. Kinan berlari ke tengah panggung, lalu terdengar gemuruh tepuk tangan penonton.

Alvin memperhatikan Kinan dari samping panggung. Alvin sangat terpesona dengan penampilan Kinan. Sangat anggun dan berkelas. Bahkan Kinan bercerita dalam tariannya. Membuat semua penonton tersihir dengan penampilannya. Kinan seperti seorang putri.

Penampilan pun berakhir. Tepuk tangan penonton tidak berhenti sampai Kinan dan anggota lainnya memberi hormat. Pers mulai memuji si pemeran utama. Semua orang tua dari anggota ballet itu sangat bangga dengan penampilan anak mereka. Terutama ibunya Kinan. Bahkan ia menangis terharu.

Kinan sudah kembali di ruang ganti anggota ballet. Kini ia diantarkan untuk pindah ke ruang pribadinya dan berganti kostum. Di sana sudah ada beberapa orang yang akan mendandaninya. Sebentar lagi ia akan bernyanyi untuk acara selanjutnya.

Pintu ruangan diketuk perlahan. Salah seorang petugas membuka pintu. Ternyata Naya, Winda dan Shana yang kini sudah berganti pakaian yang cantik.

"Kita bertiga akan ada di bangku penonton paling depan. Berikan penampilan yang terbaik." Naya memberinya semangat.

"Terima kasih. Sampai bertemu lagi nanti," kata Kinan sambil tersenyum.

Naya, Winda dan Shana sudah meninggalkan Kinan yang sedang dirias. Rambutnya dibiarkan tergerai. Ia hanya memakai jepit rambut berwarna kuning keemasan. Makeup stylist pilihan Kinan, memang sangat mengerti bagaimana cara membuat Kinan anggun layaknya seorang putri.

Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan. Membuat Kinan mematung di kursinya.

"Aku ingin berbicara berdua dengan Kinan sebentar saja. Bisa tolong keluar sebentar? Hanya 10 menit." Alvin meminta tolong kepada  kepala petugas dengan ramah.

"Baiklah. Katakan saja jika sudah selesai." Petugas itu segera memerintahkan semua orang untuk keluar dari ruang pribadinya Kinan.

Kinan menatapnya heran. "Kalau ingin bicara berdua denganku, kenapa harus mengusir semua orang?"

"Sebentar saja Kinan. Aku ingin bicara berdua denganmu," kata Alvin sambil tersenyum.

"Ada perlu apa?" Tanya Kinan dingin.

"Jangan marah seperti itu. Kau sudah sangat cantik dengan gaun ini."

Kinan tidak ingin memandang Alvin sama sekali. Ia membuang pandangannya ke segala arah. Terlebih karena jantungnya berdegup tak karuan.

"Aku hanya ingin memberimu semangat," kata Alvin pelan dan meraih kedua tangan Kinan.

"Hmm. Terima kasih," gumam Kinan pelan.

"Lagu yang akan kau bawakan adalah lagu yang mengharukan. Aku ingin saat kau menyanyikannya nanti, kau mengingat hal ini." Alvin selangkah mendekati Kinan.

Kinan terpaku saat bibir Alvin mencium lembut keningnya. Alvin mengusap pipinya sesaat, lalu kemudian meninggalkannya. Ia tidak menyangka apa yang baru saja Alvin lakukan. Kinan tersenyum bahagia.

Para petugas kini sudah memasuki ruangan kembali. Mengisyaratkan Kinan untuk segera bersiap-siap ke belakang panggung karena ia akan tampil beberapa menit lagi.

Di belakang panggung, Kinan benar-benar gugup. Sementara pengiring orkestranya sudah bersiap duduk di atas panggung, menunggu tirai besar di buka.

Lampu di seluruh teater pun padam. Hanya menyisakan lampu sorot yang mengarah ke atas panggung. Tirai yang menyembunyikan para pemain orkestra pun dibuka. Lalu Kinan melangkah ke atas panggung. Semua penonton hening. Sehingga bunyi dari sepatu Kinan terdengar.

Kinan sudah duduk di depan piano. Sepuluh jemarinya sudah berada di atas tuts-tuts piano. Ia memejamkan mata. Mengingat saat Alvin mencium keningnya tadi. Mengingat semua memori indah bersama Alvin. Kini terdengar sebuah intro lagu dari permainan pianonya. Ia mulai bernyanyi. Suara yang ia keluarkan benar-benar indah. Membuat semua penonton jatuh dalam pesonanya. Hingga dipertengahan lagu, para pemain orkestra mulai mengiringinya.

Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt, suddenly goes away somehow

One step closer

I have died everyday, waiting for you
Darling, don't be afraid, I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more

Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything, take away
What's standing in front of me
Every breath, every hour has come to this

One step closer

I have died everyday, waiting for you
Darling, don't be afraid, I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more

And all along I believed, I would find you
Time has brought your heart to me, I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more

A Thousand Years - Christina Perri


Penampilan Kinan sudah berakhir. Semua penonton pun berdiri. Gemuruh tepuk tangan terdengar sangat meriah. Gedung teater itu seolah meledak karena penampilannya. Semua orang terharu. Bahkan sahabat-sahabatnya menitikkan air mata. Kinan berhasil membawakan lagu itu. Ia menyanyi dengan penuh rasa. Di dalam lubuk hatinya, ia sangat berterima kasih kepada Alvin, karena sudah memberikan kehangatan ditengah kegugupannya.

------------------------- 🌺🌺🌺🌺🌺 -----------------------

Part ini agak sedikit mohon maaf ya guyssss..
Silahkan dibaca part selanjutnya

Jangan lupa dibaca, vote dan comment yaaa
Ditungguuuu

Luv ❤️

Memory Of First Love [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang