"Buku file, pulpen, alat tulis yang lain, oke sudah juga. Baiklah sudah siap tidak ada yang tertinggal." Kinan berbicara sendiri, memeriksa perlengkapan sebelum ia masukkan ke dalam tas ransel kecilnya. Ia begitu bersemangat di hari pertamanya meneruskan studi di kampus barunya.
Dengan memperhatikan penampilannya hari ini di depan kaca Kinan sudah merasa cukup puas. Mengenakan dress berkerah dengan panjang mencapai sedikit di bawah lututnya. Kinan mempunyai porsi tubuh yang tidak tinggi atau pendek. Tapi cukup langsing mengingat dia adalah seorang ballerina.
Baju berwarna pink nude itu memang sangat cocok untuknya yang berkulit putih bersih. Rambut hitam panjang sedikit bergelombang dibiarkannya terurai dengan sedikit pemanis dibagian kepala kiri dekat telinganya. Jepit rambut yang tidak besar berbentuk sederhana dan berwarna kuning keemasan, serta riasan wajah yang tidak berlebihan.
Pipinya yang sedikit tembam, hidung yg mancung, bibir yang imut, dan mata yang berukuran standart saja, justru membuat para pria sangat gemas kepadanya karena wajahnya benar-benar seperti boneka. Pantas banyak yang menyukainya. Tapi hanya ada satu pria yang melekat dihatinya. Sampai ia berusaha untuk melupakannya. Kinan berharap tidak lagi bertemu dengan orang itu. Ya. Jangan sampai.
"Kinan, sarapan dulu sebelum kuliah. Cepat turun. Kau masuk pagi kan hari ini?" Kinan membuyarkan lamunannya setelah mendengar teriakan Ibunya dari ruang makan.
"Sebentar Bu. Sebentar lagi aku akan turun." Kinan langsung terburu-buru kebawah setelah mengenakan sepatunya.
Ya rumah yang ditempati Kinan memang sangat besar. Ia hanya tinggal dengan Ibunya, para asisten rumah tangga, supir, tukang kebun dan satpam. Kinan adalah anak tunggal. Setelah Ibunya memutuskan untuk bercerai dengan ayahnya sewaktu Kinan duduk di sekolah menengah pertama (karena ayahnya selingkuh dengan wanita lain), Ibunya berjuang habis-habisan untuk menghidupi Kinan, sampai sekarang Kinan sudah berumur 20 tahun. Berkat bakat Ibunya yang memang seorang designer baju dan sepatu, Ibunya bisa memiliki butik super besar, mewah dan sangat terkenal di pusat kota. Kakek dan Nenek yang sudah meninggal dari pihak Ibunya (karena Ibunya adalah anak tunggal), maka ibunya mendapatkan semua harta warisan hingga akhirnya sesukses sekarang ini. Ayahnya Kinan memang masih ada. Hidup bahagia dengan istri barunya. Tapi Kinan tidak pernah mencarinya atau khusus bertemu dengan Ayahnya. Karena untuk Kinan dan Ibunya bertukar kabar sesekali saja rasanya sudah cukup.
"Hmmmm harum sekali. Fettucini carbonara. Benar kan?" Tanya Kinan sesampainya di ruang makan.
"Benar sekali. Kesukaanmu," Kata Ibunya lalu menyiapkan sepiring untuk anaknya.
"Ibu tumben sekali sudah rapih. Ibu mau ke butik?" Tanya Kinan pada ibunya setelah melihat ibunya sudah berpakaian rapih.
"Ya. Ada yang mau mengukur badan hari ini. Orangnya ingin bertemu langsung dengan Ibu. Untuk pernikahan 3 bulan lagi. Ibu sudah merekomendasikan design baju pengantin yang pernah kau buat. Kliennya suka jadi kita sudah deal dengan pakaian itu."
"Ibu, aku ini masih pemula. Aku saja baru meneruskan studiku Bu. Bagaimana klien itu bisa menyukainya?"
"Ibu juga menyukai designmu. Ini awal untukmu Kinan. Kau yang akan meneruskan usaha Ibu nanti."
"Bu. Setelah Ibu bercerai dengan Ayah. Ibu banting tulang untukku. Bisa membawaku sekolah di luar negeri, hidup yang enak, dan segalanya. Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikan Ibu." Kinan tersenyum sambil memandangi wajah Ibunya.
"Jadilah wanita yang bahagia dan sukses. Itu cukup untuk Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory Of First Love [Completed] ✓
RomansaIni adalah kisah cinta pertama yang telah terjadi dan memiliki akhir yang gelap. Semua masa lalu yang sudah dikubur dengan susah payah, kini kembali dikehidupannya. Kinanty Alyana. Setelah bertahun-tahun "melarikan diri" akhirnya ia kembali. Kini ia...