"Alvin lepas! Tanganku sakit!!" Sarah meronta-ronta karena cengkraman ditangannya.
Alvin benar-benar kalut saat ini. Ia tetap menarik Sarah tanpa menggubris teriakannya, mengundang pandangan orang-orang di sekitar mereka. Kini mereka sudah berada di ruangan pimpinan universitas.
"Mau apa kau kesini?" Tanya Sarah dengan tatapan tajam.
"Mencabut gelar Prince ku di depanmu!" Jawab Alvin tegas, lalu ia mengetuk pintu itu, dan ada jawaban dari dalam.
"Masuk." Terdengar suara seorang wanita dari dalam.
Alvin dan Sarah memasuki ruangan. Kini wajah Sarah berubah menjadi gugup. Bagaimana jika pengunduran diri Alvin di terima? Bahkan Sarah tidak mau memikirkan hal itu.
"Selamat siang Bu Siska. Aku ada perlu dengan Ibu," kata Alvin yang masih berdiri di depan pintu.
"Duduklah Alvin," kata Siska mempersilahkan mereka untuk masuk. Ia melanjutkan, "ada perlu apa kalian berdua datang kemari?" Tanya Siska sambil menatap Alvin dan Sarah, lalu ikut duduk di sofa bersama mereka.
"Aku ingin mencabut gelar Prince ini Bu."
Siska menatapnya heran. Sementara Sarah meremas bajunya, antara gugup dan kesal.
"Memangnya ada masalah apa?" tanya Siska yang masih bersikap tenang.
"Sarah selalu menyalahgunakan gelar Princess yang ia dapatkan Bu. Untuk menindas mahasiswi lain, dan aku tidak tahan," jawab Alvin. Ia melirik sinis ke arah Sarah.
"Maaf saja Alvin. Tapi tidak bisa. Kau tahu kan sebentar lagi ada acara ulang tahun universitas kita? Ini diliput media. Sudah pasti kau dan Sarah akan tampil dimuka umum. Tidak mudah mencari penggantimu dalam waktu kurang dari satu bulan."
Alvin memejamkan matanya dan menghembuskan kasar napasnya. Sementara Sarah tersenyum menang. Sungguh ia ingin terbebas dari Sarah.
"Lalu kau Sarah. Bisakah kau bersikap manis layaknya seorang putri? Jangan kau menyalahgunakan statusmu untuk menindas orang." Kini tatapan Siska ke arah Sarah sangat tajam.
Senyum Sarah memudar, lalu ia membuka suara. "Aku hanya tidak suka ada orang lain yang merebut Alvin dariku Bu!"
"Aku tidak peduli dengan kehidupan pribadi kalian. Dari awal kalian yang memutuskan untuk bersikap harmonis demi mempertahankan gelar yang kalian punya," ujar Siska dengan santai.
"Jadi bagaimana Bu? Apa benar tidak bisa?" Tanya Alvin sekali lagi.
"Oke. Aku akan mengabulkan. Sampai acara ulang tahun universitas bulan depan. Setelah itu aku akan mencabut gelarmu. Dengan resiko, mungkin saja kau tidak terpilih lagi sebagai kandidat."
Sarah mebelalakkan matanya. "Lalu aku bagaimana Bu?"
Siska melipat tangannya di dada. "Otomatis gelarmu akan dicabut juga. Ini hukuman untukmu. Seharusnya masa waktu jabatan kalian masih ada enam bulan lagi. Tapi kalian akan mencabut gelar, jadi aku akan menyiapkan kandidat penerus untuk menggantikan kalian. Sudah paham? Gunakan waktu terakhir kalian sebagai prince and princess dengan sebaik-baiknya."
Alvin mengangguk. "Terima kasih Bu atas waktunya. Kami pamit." Alvin beranjak dari duduknya. Ia menarik Sarah dan segera keluar dari ruangan Siska.
Mereka menuju ke arah rooftop untuk berdebat tanpa orang lain harus mendengar. Karena disana sangat sepi. Sesampainya disana, Alvin menghempaskan tangan Sarah dengan kasar.
"Kau dengar tadi kan? Bulan depan kita sudah tidak mempunyai gelar ini. Aku muak Sarah!!"
"Apa salah kalau aku mencintaimu Alvin? Apa aku salah dengan perasaan ini?! Dua tahun Alvin!! Dua tahun kita sudah bersama. Tidak adakah sedikit rasa untukku?!!" Tangis Sarah pun pecah. Ia menangis sesenggukan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory Of First Love [Completed] ✓
RomanceIni adalah kisah cinta pertama yang telah terjadi dan memiliki akhir yang gelap. Semua masa lalu yang sudah dikubur dengan susah payah, kini kembali dikehidupannya. Kinanty Alyana. Setelah bertahun-tahun "melarikan diri" akhirnya ia kembali. Kini ia...