Aku denganmu bagaikan candu, aku tanpamu rasanya rindu. Dan obat rindu yang paling ampuh adalah bertemu.
☁ ☁ ☁
"KAK ZEVAN!"
Cessa dan Gheisya sontak menutup telinga mereka tatkala indra pendengaran mereka menangkap suara melengking Chelsea. Pun dengan beberapa murid yang masih berada di koridor kelas. Tatapan tak suka mereka layangkan pada sosok gadis berambut pendek yang berlari kecil menghampiri empat sosok laki-laki yang berjalan di depan.
Calvin berjalan memimpin diikuti Zevan, sedang Fabian dan Kino menyusul di posisi belakang. Keempat laki-laki itu menghentikan langkah, lalu kompak berbalik menatap Chelsea dengan kening berkerut.
"Kak Zevan, selamat pagi!" sapa Chelsea dengan senyum lebar, berbanding dengan raut wajah Zevan.
"Ngapain lo?" tanya Zevan sinis sembari menyandarkan punggung ke pilar. Netranya menatap Chelsea dengan raut datar.
Melupakan tatapan dan nada sinis dari Zevan, Chelsea menepuk dahi pelan, "Eh, iya, hampir lupa."
Lalu gadis itu membuka resleting tas merah jambunya. Sebelum akhirnya kotak bekal bewarna merah jambu dengan gambar Hello Kitty di bagian atasnya tersodor di hadapan Zevan, "Nih."
"Ngapain repot-repot? Gue masih mampu beli."
Chelsea berdecak kesal, "Terima aja sih, Kak." Lalu netranya beralih menatap Cessa ketika suara gadis itu mengudara.
"Buruan, Ce."
Chelsea mengerucutkan bibir kesal sembari menggoyangkan kotak bekal di tangan kanannya, "Bentar dulu Ca, gue mau ngasih ini dulu."
"Udah lah Ce, nggak bakal diterima sama Zevan." Gheisya melipat kedua tangan di bawah dada, sedang netra gelapnya menyorot Zevan kesal. Pasalnya, karena Chelsea memanggil sepupunya itu perjalanan mereka ke kelas jadi terhambat, padahal hari ini jadwal Gheisya piket kelas.
Calvin yang daritadi hanya memperhatikan, kini menyenggol lengan Zevan lalu berbisik, "Udah terima aja, Ze."
Lalu dari sebelah kiri, Kino ikutan berbisik, "Ambil Ze, urusan makan-memakan serahin sama gue."
Zevan menghela napas kasar, kemudian merebut kotak bekal yang berada di tangan Chelsea. Berbanding terbalik dengan raut wajah Zevan, Chelsea justru menampilkan senyum lebarnya.
"Makasih Kak Ze. Jangan lupa di makan, ya," ujarnya bersemangat.
Tidak ada tanggapan dari Zevan, laki-laki itu hanya diam dengan pandangan lurus ke depan. Sedang Kino yang berada di samping kiri Zevan, nyaris menyemburkan tawanya tatkala melihat ekspresi datar Zevan saat memegang kotak bekal pink itu.
Senyum lebar masih terpampang di wajah mulus Chelsea, lalu gadis itu mengimbuhkan, "Mukanya nggak usah tertekan gitu, Kak. Nggak apa-apa kok, nanti juga terbiasa."
Zevan mendengkus seiring dengan tatapan Calvin yang jatuh pada sosok Cessa. Langkah lebarnya memangkas jarak yang terbentang di antara mereka, lalu tanyanya mengudara, "Lo pergi bareng siapa?"
"Dianter sopir, Kak."
Calvin membulatkan mulut sembari mengangguk pelan, "Pulang nanti bareng gue aja, biar nggak repot minta jemput."
KAMU SEDANG MEMBACA
CALVINO [✔️]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Awalnya Cessa tak terlalu mengenal Calvin, laki-laki yang menjabat sebagai kapten basket di sekolahnya. Namun akibat insiden di belakang sekolah, hidupnya berubah, pun dengan pandangannya terhadap laki-laki itu. Karena ada...