Bukan tentang perasaan yang kian padam
tapi tentang perasaan yang tidak dimengerti oleh orang-orang awam
tentang perasaan yang berpendar di cahaya temaram
juga tentang perasaan yang mati bersama raga yang menghilang dari alam.
☁ ☁ ☁
Tatapan memuja dari kaum lelaki mengiringi langkah Dara yang terkesan angkuh. Gadis itu tersenyum tipis, dagunya kian terangkat tinggi ketika para siswi berbisik sembari menatapnya iri. Dan kedatangannya sebagai murid baru di SMA Nusantara sukses menjadikan dirinya sebagai trending topic pada pagi ini.
Dan dari banyaknya siswi yang berbisik itu, Chelsea termasuk di dalamnya. Netranya menatap lurus pada sosok Dara yang berjalan di depan mereka, sedang sikutnya menyenggol lengan Cessa, "Ca, murid baru itu punya hubungan apa sama kak Calvin? Kok mereka berangkat bareng?"
Cessa berdecak pelan, "Mending kamu ikutan mereka, deh," Netra Cessa beralih menatap beberapa siswi yang berkerumun di koridor, "Terus bikin grup buat gosip."
"Gue serius ya, Cessa."
"Lagian lo repot amat." Gheisya merotasikan bola mata.
"Semuanya nggak bakal repot kalo Cessa langsung jawab."
Cessa melirik Chelsea sekilas, "Mantannya. Puas?!"
Chelsea terkekeh pelan, lalu mendaratkan satu tangan di pundak Cessa, "Puas dong. Btw, muka lo biasa aja ya, Ca. Cemburunya keliatan amat. Udah naksir ya, sama kak Calvin?"
Cessa menjauhkan tangan Chelsea dari pundaknya, lalu netranya menangkap punggung Dara yang kian menjauh, menaiki anak tangga menuju lantai tiga. Sedang ketiga remaja itu berhenti di dekat pintu kelas mereka.
"Ngapain cemburu. Mantan doang, Ce."
"Ekhem. Secara nggak langsung lo mengakui kalo lo udah naksir sama kak Calvin. Jadi bener, nih?"
"Nggak penting, Ce."
Chelsea terkekeh, "Iya nggak penting. Yang penting itu, cuma perasaan gue buat kak Zevan," Lalu tatapan gadis itu jatuh pada anak tangga yang menghubungkan ke lantai tiga, "Padahal ya, Ca, mantan itu punya peluang lebih besar daripada orang baru."
Gheisya mengernyitkan dahi, "Peluang apaan maksud lo?"
"Ya, peluang buat meragukan perasaan seseoranglah," Pandangan Chelsea beralih pada sosok Cessa, "Harusnya Cessa cemburu. Cewek itu bisa aja bikin kak Calvin ragu dan bingung sama perasaannya sendiri."
Gheisya menggeleng pelan, "Menurut gue ya, tergantung sama cowoknya. Kalo perasaan cowoknya udah bener-bener mati sama si cewek, ya, nggak bakal kejadian."
☁ ☁ ☁
Derap langkah Dara bergema beriringan dengan ketukan heels seorang guru wanita yang berjalan di depan. Koridor telah sepi, tiap-tiap pintu terbuka menampakkan isi, bukti bahwa pelajaran pertama telah berlangsung tepat ketika bel berbunyi.
Dara mempercepat langkah ketika guru wanita itu berhenti di dekat pintu yang di atasnya tergantung papan bertuliskan 'kelas XII. IPA 1'. Lalu guru wanita itu mengetuk pintu bertepatan ketika Dara berhasil menjejak di samping wanita itu. Dan suara ketukan pintu yang mengudara berhasil menyedot perhatian penghuni kelas. Puluhan pasang mata menatap penuh tanya, sebelum akhirnya Bu Ara selaku guru yang sedang mengajar membuka suara---memerintahkan Dara agar segera masuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/217019923-288-k953146.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CALVINO [✔️]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Awalnya Cessa tak terlalu mengenal Calvin, laki-laki yang menjabat sebagai kapten basket di sekolahnya. Namun akibat insiden di belakang sekolah, hidupnya berubah, pun dengan pandangannya terhadap laki-laki itu. Karena ada...