Chapter 7 | Pengakuan Chelsea

99.6K 7.6K 265
                                    

Perihal kecewa, sering terjadi karena kita terlalu menaruh harap kepada manusia.

☁ ☁ ☁

Upacara baru saja dibubarkan hingga menyisakan peluh yang bertetesan. Matahari sudah menyingsing ketika Hary menyampaikan pengumuman di depan kelas. Lalu ketika laki-laki jangkung itu mengakhiri kata, suasana yang awalnya senyap kini berubah riuh.

Hary mendecak ketika netranya beredar, "Walaupun Bu Rina nggak masuk, tetep ada tugas yang harus dikerjakan. Bel pergantian pelajaran tugasnya harus dikumpul!" teriak laki-laki itu.

"Yah ...."

"Yah, kok masih ngasih tugas sih ...."

"Aaa ... baru aja selesai upacara, udah dikasih tugas aja."

Keluhan demi keluhan keluar serentak seiring dengan mimik wajah yang berubah murung. Helaan napas juga terdengar berat di sela-sela angin yang lewat. Getaran bahagia yang sempat singgah, kini lenyap entah ke mana.

"Udah jangan banyak bacot, kerjain aja!" Netra laki-laki itu kembali beredar, "Eh, Mela! Kerjain tugasnya, make up-nya nggak usah ditebelin lagi!" teriaknya dari depan kelas

"Gisel, simpan lipstick lo! Sekolah buat belajar bukan buat pamer merk lipstick!"

"Moly, lo mau bikin satu kelas mabok gara-gara minyak wangi lo itu?!" Hary menatap perempuan yang sedang menyemprotkan minyak wangi itu ke seluruh tubuhnya, lalu berlanjut menyemprotkan ke sekitar ruangan.

"Woy, Jeki! Gue nyuruh ngerjain tugas Matematika, kenapa lo malah ngerjain si Tika?!" Hary dibuat menggeleng melihat Jeki---anak laki-laki di kelasnya---sedang memasukkan bongkahan batu ke dalam tas Tika tanpa sepengetahuan gadis itu.

"Gaya-gayaan mau nge-live instagram, penonton aja nggak ada!"

Lalu, ketika Hary lengah, beberapa siswa yang namanya sempat disebut, kompak berseru, "IRI? BILANG SAHABAT!"

Hary mendengkus kesal, lalu berjalan ke arah bangkunya. Biarlah suasana kelas seperti ini, yang terpenting, ia telah melaksanakan perintah yang diamanatkan untuknya.

"Lo ngapain senyum-senyum?" Gheisya memandang Chelsea heran, lalu mengimbuhkan, "Bahagia dapet tugas gini?"

Chelsea yang masih menghadap ke belakang, refleks menggeleng, membuat rambutnya bergerak kesana-sini, "Iiih nggak banget."

"Lah, terus apa yang buat kamu senyum-senyum sendiri?" Cessa mengalihkan tatapan dari buku tulis. Tangannya yang semula mencorat-coret buku catatan, beralih memutar-mutar pulpen dengan tatapan tertuju ke arah Chelsea.

Puluhan detik terlewati tanpa kata yang terlontar dari mulut Chelsea. Sebelum akhirnya, gadis bermata sipit itu membuka suara dengan memanggil nama Gheisya.

"Apa?" balas Gheisya galak. Ia sedang menyalin tugas Cessa yang akan dikumpul pada jam pelajaran selanjutnya.

"Gege ...," Chelsea menyikut lengan Gheisya pelan. Ia memanyunkan bibir bawahnya saat tidak mendapat respon dari Gheisya, "Gege iiih ...."

Berdecak. Sebelum akhirnya memusatkan atensinya pada Chelsea yang saat menatapnya berbinar, "Apasih lo, sumpah gue nggak ngerti ama kode lo."

CALVINO [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang