Jangan meminta maaf, jika akan mengulang kesalahan yang sama.
☁ ☁ ☁
Suara decit pintu terdengar lantang di ruang yang senyap, membuat Cessa melihat ke sumber suara. Calvin bersama ketiga sahabatnya, tak lupa Gheisya dan Dara berjalan ke arah brankar Stella. Tanpa sadar, Cessa mendesah pelan saat melihat Dara ikut ke sini.
Fabian yang bertugas membawa parsel buah yang sempat mereka beli di jalan, meletakkan parsel itu ke atas nakas. "Gimana keadaan nyokap lo?" tanya Fabian sembari melirik Cessa.
Cessa menghela napas berat. "Belum ada perubahan," balasnya.
Fabian mengangguk. "Berdoa aja, semoga tante cepet sembuh," ujarnya yang dibalas Cessa dengan senyum tipis.
"Lo udah makan?" tanya Calvin yang mana membuat Cessa mengalihkan pandangannya pada laki-laki itu. Namun, bukannya terfokus pada wajah Calvin, netranya justru salah fokus pada cekalan tangan Dara pada lengan kokoh Calvin.
"Hm, udah," Cessa beralih menatap teman-temannya, "Ayo, duduk dulu," ujarnya sembari menunjuk kursi yang memang berada dalam ruangan.
Mereka kompam mengangguk, lantas mulai berpencar untuk mencari tempat duduk. Namun, berbeda dengan Calvin yang masih setia berdiri di dekat Cessa.
"Kenapa nggak duduk, Kak?" tanya gadis itu bingung.
Calvin menggeleng. "Nggak apa-apa."
Cessa mengangkat bahunya tak acuh, membiarkan Calvin bersikap semaunya. Ia mendudukkan bokong di kursi samping brankar Stella. Dengan pelan, ia mengusap surai Stella yang membuat wanita itu semakin nyenyak dalam tidur.
Menit demi menit mereka lalui sambil mendengarkan guyonan yang dilontarkan Fabian dan Kino. Cessa tersenyum, di masa-masa seperti ini, ia benar-benar membutuhkan hiburan seperti ini.
Namun, suasana mendadak hening saat Dara memanggil nama Calvin dengan lantang. Gadis itu berdiri, lantas menghampiri Calvin yang berada di dekat Cessa. Dan hal itu tidak lepas dari pandangan ketiga sahabat Calvin dan Gheisya.
"Kenapa, Dar?" tanya Calvin.
Dara melirik jam yang melingkar pas di pergelangan tangannya. "Kita pulang, ya," ujarnya.
"Dar, kita belom lama di sini."
"Kepala aku pusing, Vin. Kalo kamu nggak mau pulang, biar aku aja," ujar Dara sambil sesekali memegang pelipisnya.
Calvin menghela napas berat, ia berbalik lalu menatap Cessa yang tersenyum. Rasanya berat untuk meninggalkan gadis itu, mereka baru saja berbaikan dan sekarang Calvin harus meninggalkannya, lagi.
"Gue pulang, ya," ujarnya pada Cessa yang langsung dibalas anggukan singkat oleh gadis itu.
"Hati-hati, Kak."
Calvin mengacak rambut Cessa pelan. "Hm. Jangan lupa makan, terus istirahat," ujarnya, sebelum akhirnya tubuhnya dan Dara hilang di balik daun pintu.
Cessa beralih menatap teman-temannya yang juga tengah menatapnya. Ia terkekeh, tahu betul apa yang sedang mereka pikirkan. "Hei, ayolah! Aku baik-baik aja," ucapnya sembari tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALVINO [✔️]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Awalnya Cessa tak terlalu mengenal Calvin, laki-laki yang menjabat sebagai kapten basket di sekolahnya. Namun akibat insiden di belakang sekolah, hidupnya berubah, pun dengan pandangannya terhadap laki-laki itu. Karena ada...