Chapter 19 | Pahit

76.4K 6.3K 1K
                                    

Sangat sulit mencintai orang yang hatinya masih tertinggal di masa lalu.

Pahit.

☁ ☁ ☁

Sepanjang perjalanan menuju kelas, Dara tak henti-hentinya menampilkan senyum bahagia akibat terngiang-ngiang ucapan Calvin semalam. Ia melangkah gontai menuju kursinya lalu mendudukkan bokongnya di situ.

"Siapa nih yang kemaren ngeremehin gue?"

Lisa yang duduk di samping Dara sontak menoleh. "Eh, gimana-gimana maksudnya?" tanyanya antusias.

Mela dan Cika yang duduk di depan mereka pun ikut menoleh saat mendengar suara heboh Lisa. Mereka menatap Dara, menunggu gadis itu untuk melanjutkan ucapannya.

"Intinya Calvin nggak bener-bener cinta sama si Cessa itu. Semalem gue ngobrol banyak sama dia, and then dia ngakuin perasaannya ke gue."

Cika berdecak pelan. "Nggak nyangka gue Calvin sebrengsek itu. Tampangnya emang cakep, tapi kelakuannya ... waaah," ujarnya sembari menggeleng pelan, "Harusnya kalo dia emang nggak suka sama si Cessa, mending putusin aja. Kasian juga ngeliat ceweknya."

"Ya, lagian si Cessa harus sadar diri juga, sih."

"Udah-udah," ucap Mela melerai. "Eh, gue penasaran nih, emang sejauh apa sih hubungan lo sama Calvin dulu?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan Mela barusan, membuat Dara mendongak menatap langit-langit kelas. Mengingat hubungan mereka berdua dulu, membuat sudut bibirnya tanpa sadar terangkat.

"Pokoknya udah jauh banget, keluarga kita juga udah deket. Tapi ya, gitu ... gue ninggalin dia," ucap Dara sendu. "Tapi nggak apa-apa, yang penting sekarang gue lebih selangkah dari Cessa," lanjutnya sembari tersenyum.

Keempat gadis itu mengalihkan perhatian mereka saat mendengar gelak tawa yang berasal dari koridor kelas. Tak lama setelah itu, Calvin bersama ketiga sahabatnya memasuki kelas dengan posisi Calvin dan Zevan yanh berjalan di depan kemudian diikuti Kino dan Fabian.

"Selamat pagi Sinyo," sapa Kino sembari membungkukkan badannya seperti seorang prajurit pada tuan putrinya.

"Pepet terooos," komentar Fabian.

Tak menghiraukan komentar Fabian, Kino kembali melanjutkan aksinya. "Sinyo, kalo aku ajak ke kuburan kamu mau nggak?" tanyanya dengan merubah panggilan 'lo-gue' menjadi 'aku-kamu'.

Gadis bertubuh gempal itu menyelipkan sehelai rambutnya ke belakang telinga, kemudian menjawab malu-malu. "Nggak lah. Emang mau ngapain?"

"Mau gali kuburan buat kamu." Kino menjawab spontan yang mana mengundang gelak tawa bagi siapa pun yang mendengarnya.

"Sembarangan!" balas Sinyo yang kini sudah menampakkan taringnya.

"Becanda Sinyo. Lagi kamu sih jadi orang kok baperan." Kino menatap Sinyo. " Eh tapi, kalo diajak ke KUA mau nggak? Mau dong," ucapnya sembari menaik-turunkan alisnya.

"KUA mulu pikiran lo!" semprot Zevan.

"Kebelet nikah nih bocah. Ayo yang minat, buruan nikahin Kino woy!"

CALVINO [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang