Chapter 31 | Berusaha Mengerti

71.7K 5.6K 503
                                    

Terlalu sibuk dengan mimpi, sampai lupa bahwa semuanya halusinasi.

☁ ☁ ☁

Cessa menyusuri koridor kelas dengan langkah gontai. Sekolah masih sepi karena mang masih terbilang pagi, yang terlihat baru segelintir orang dan bapak penjaga sekolah yang berkeliling membuka tiap-tiap kelas.

Angin pagi berhembus, membuat Cessa merapatkan cardigan pink yang ia kenakan. Sesekali ia menggosok kedua telapak tangan guna memberikan kehangatan.

Hari-hari yang Cessa lalui tanpa Stella membuat Cessa malas melakukan segalanya. Hari ini tepat tiga hari Stella dirawat di rumah sakit. Namun, kondisi Stella tak kunjung membaik. Wanita itu selalu menghabiskan waktunya untuk melamun, jika diajak berbicara pun ia selalu diam dengan pandangan kosong.

Tangan Cessa tiba-tiba dicekal dari belakang, membuat ia terpaksa berhenti. Ia berbalik dan langsung bertemu pandang dengan Calvin.

"Kenapa?" tanyanya malas.

"Lo ngehindarin gue?" tuding Calvin dengan satu tangan yang masih mencekal tangan Cessa.

"Aku lagi males, Kak. Jangan ganggu aku dulu, ya," ujar Cessa. Ia sungguh-sungguh dalam hal ini. Untuk saat ini tidak ada yang lebih penting dari kondisi Stella.

"Lo ada masalah? Cerita sama gue."

Cessa tertawa dalam hati. Di saat ia benar-benar membutuhkan seseorang sebagai teman, Calvin malah tidak pernah menghampirinya. Namun, mengapa di saat ia hampir menyerah karena keadaan, laki-laki itu baru menampakkan diri?

Cessa menggeleng lemah sembari melepaskan cekalan tangan Calvin. " Aku nggak apa-apa."

Mendengar jawaban Cessa barusan, Calvin merasa tidak puas sama sekali. Dengan gerakan pelan, ia mengusap pipi mulus Cessa. "Lo nggak usah bohong, pasti ada sesuatu yang lo sembunyiin."

"Nggak ada, Kak, aku nggak nyembunyiin apa-apa." Cessa berusaha menurunkan tangan Calvin dari pipinya. Namun laki-laki itu seperri enggan menjauhkannya.

"Kalo orang nanya itu, jawab jujur."

Cessa menghela napas berat. Ia mendongak, menatap tubuh jangkung Calvin yang berdiri di hadapannya. "Aku nggak apa-apa, cuma kepikiran mama aja."

"Lho, tante Stella kenapa?" tanya Calvin sembari mengernyit dalam.

"Mama sakit."

"Kok lo nggak ngasih tau gue?"

"Nggak ngasih tau gimana? Bukannya kak Zevan udah ngomong sama kamu kemaren?" Kini giliran Cessa yang dibuat mengernyit akibat pertanyaan yang dilontarkan Calvin. Jelas-jelas ia ingat sekali ucapan Gheisya perihal Zevan yang telah menyampaikan pesannya.

Calvin terdiam sejenak. Berusaha mengingat-ingat kejadian kemarin. Namun sekeras apapun ia berusaha, ingatan tentang Zevan yang memberitahunya perihal kondisi Stella tak kunjung muncul di ingatannya.

"Maaf, mungkin gue lupa."

Cessa terkekeh sinis. Gadis itu mengangguk-angguk pelan. "Lupa? Kali ini alasan apalagi? Dara atau ... yang lain mungkin?"

Calvin menghela napas berat. "Bukan gitu, gue--"

Cessa mengibaskan satu tangannya ke udara. "Udahlah. Terserah deh, capek ngadepin kamu. Aku emang nggak ada apa-apanya dibanding Dara."

CALVINO [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang