Siap untuk membaca?
Vote and comen jangan lupa.
☁ ☁ ☁
Keluarga ... sederhana, tapi berarti bagi siapa pun yang memilikinya.
☁ ☁ ☁
Teman-teman Calvin dan Cessa sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu. Sekarang di ruang persegi itu hanya tersisa Calvin, kedua orang tuanya dan juga orang tua Cessa. Ruangan itu hening, kelima orang yang berada di sana seakan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Calvin duduk di kursi samping brankar Cessa, tangannya tak kunjung lepas menggenggam tangan gadia. Sesekali, tangannya berpindah mengelus dahi dan rambut Cessa.
Saat terdengar decitan pintu yang dibuka, kelima orang yang berada di ruangan itu kompak mengalihkan pandangan ke sumber suara. Suasana bertambah hening saat mereka mengetahui siapa yang kini berdiri di ambang pintu.
"Dara ...."
Calvin beranjak dari duduk, kemudian dengan langkah lebar ia berjalan ke ambang pintu. Tatapannya menajam kala netranya menangkap sosok Raka yang berjalan di belakang Dara.
"Mama ...." Dara berlari menghampiri Dinda yang berdiri di samping Bima. Kemudian gadis dengan penampilan kacau itu sujud di hadapan kedua orang tuanya, "Maafin Dara, Ma, Pa .... Ini semua gara-gara aku. Kalo sendainya aku nggak nyuruh Cessa datang ke taman itu, kejadiannya pasti nggak akan kayak gini. Tolong jangan benci Dara ...."
Dinda berjongkok lantas memaksa Dara untuk berdiri. "Sayang, udah ini bukan salah kamu. Mama lega kamu pulang dengan selamat, jangan menyalahkan diri seperti ini."
Dara sesenggukan. "T-tapi Cessa gimana, Ma?"
"Dia baik-baik aja, semoga ...."
"Jadi lo bohongin Cessa, Dar? Bukannya lo bilang mobil kalo lo nggak bisa nyala, terus kenapa pas Cessa ke sana lo nggak ada? Lo sengaja?"
Dara menggeleng lemah. "Aku nggak ngelakuin itu, Ma," lirihnya.
"Dan buat lo! Lo pasti sengaja nyembunyiin Dara, 'kan?" Calvin beralih menatap Raka lantas menarik kerah baju laki-laki itu, "Jawab! Lo nggak bisu!"
"Vin, udah! Jangan buat kesimpulan sendiri, dengerin dulu penjelasan mereka," ujar Bram menengahi.
Dengan kasar, Calvin melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Raka. Tak lama, pandangannya beralih pada Dara yang masih setia menundukkan kepala.
"Dara, mobil kamu beneran nggak bisa nyala?" tanya Bima berusaha tenang.
Dara mengangguk. "Beneran, Pa, Dara nggak bohong."
"Terus kenapa kamu bisa sama dia?" tanya Bima sembari beralih menatap Raka.
"A-aku ... a-aku ...."
Raka berdehem pelan. "Biar saya yang jelaskan, Om. Dara sepertinya masih shock," Raka menjeda ucapannya sebentar, "Malam itu, saya yang nolongin Dara dan yah, mobilnya emang mogok."
Raka melirik Dara sekilas lantas mengimbuhkan. "Pas saya temuin dia, Dara cuma diem aja. Dia juga nggak keluar dari dalam mobil, wajahnya kayak ketakutan. Dan pas saya tanya kenapa , dia jawab kalo ada beberapa preman yang mau melecehkan dia, makanya Dara nggak berani lagi keluar mobil."
![](https://img.wattpad.com/cover/217019923-288-k953146.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CALVINO [✔️]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Awalnya Cessa tak terlalu mengenal Calvin, laki-laki yang menjabat sebagai kapten basket di sekolahnya. Namun akibat insiden di belakang sekolah, hidupnya berubah, pun dengan pandangannya terhadap laki-laki itu. Karena ada...