Chapter 34 | Pilihan : Aku Atau Dia

90.4K 6.6K 1.1K
                                    

Di hidup ini banyak hal yang tak pasti, sebab mereka yang kau kira peduli nyatanya tak benar-benar menemani.

☁ ☁ ☁

Tangan Cessa terangkat, detik selanjutnya, sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Dara.

Plak.

"Cessa!" Bertepatan dengan itu, seruan yang berasal dari arah belakang menghantam indra pendengaran Cessa. Gadis itu berbalik hingga tatapannya beradu dengan manik Calvin yang memancarkan kilatan amarah. Laki-laki itu tidak sendiri, ia ditemani oleh ketiga sahabatnya yang juga menatap Cessa, tapi dengan tatapan yang berbeda.

Cessa tersenyum tipis, tahu betul apa yang akan terjadi selanjutnya. Sementara Dara memegang pipi kanannya yang terasa perih. Wajah yang tadinya seolah tak dialiri darah, kini berubah menjadi merah.

Dengan langkah cepat, Calvin menghampiri Cessa dan Dara. Tatapan laki-laki itu tak lepas sedikit pun dari Cessa. "Lo nampar Dara?" tanyanya saat sudah berhadapan dengan Cessa.

Cessa mengangguk singkat lantas menjawab tenang. "Iya, tapi dia yang mancing duluan."

"Tapi kenapa harus nampar dia? Lo tau, 'kan gimana kondisi fisiknya?!" Mata Calvin memerah, sedang punggung laki-laki itu naik-turun pertanda menahan amarah.

Cessa menatap Calvin, lalu meneliti penampilan laki-laki itu. Walau sudah mengenakan pakaian santai, tapi penampilan laki-laki itu tetap terlihat kacau. Rambut yang biasanya terlihat sedikit rapi, kini benar-benar berantakan. Entahlah, Cessa tidak tahu apa yang menyebabkan laki-laki itu bisa sekacau ini.

"Kamu salah paham," ujarnya sembari menatap Calvin dalam.

"Nggak, Vin! Cessa duluan yang mulai. Padahal aku ke sini niatnya baik-baik." Dara menyela cepat. Satu tangannya masih memegangi pipinya yang sedikit memerah.

"Kamu jangan suka memutar balikkan fakta! Kamu yang tiba-tiba ngehampirin aku terus ngungkit masalah keluargaku!" Tak ingin terlihat kalah, Cessa ikut meninggikan intonasi suaranya. Beruntung, supermarket sedang tidak ramai, jadi mereka tidak akan menjadi pusat perhatian. Posisi mereka pun berada di sudut ruangan hingga cukup sulit untuk ditemukan.

Dara menatap Cessa remeh. "Nggak usah nyari pembelaan. Sekarang waktunya lo jujur. Lo cemburu, 'kan gara-gara Calvin sering ngabisin waktunya buat gue?"

Cemburu? Mungkin iya. Memangnya, Gadis mana yang mau dinomorduakan oleh pacarnya sendiri? Sementara yang menjadi prioritas utama laki-laki itu adalah orang lain. Apalagi mengingat status 'orang lain' itu adalah mantan dari sang pacar.

"Lo cemburu?" Kini Calvin pun ikut menyerang Cessa dengan pertanyaan, "Lupa kalo gue nggak suka sama orang yang cemburuan? Dara itu sahabat gue, lo nggak perlulah cemburu-cemburuan gitu."

Dulu, Calvin pernah mengatakan bahwa ia tidak menyukai perempuan yang cemburuan dan Cessa tidak lupa sama sekali dengan hal itu. Bahkan, kalimat itu masih terekam jelas di otaknya.

"Bukan aku yang mulai duluan. Lagian, yakin cuma sahabat?"

"Jadi, maksud lo Dara yang mulai duluan, gitu? Bukannya lo yang udah nampar dia?" Cessa diam. Menjawab pun percuma, karena akhirnya akan sama saja. Calvin tidak akan mempercayainya.

Perihal ia yang menampar Dara, itu memang benar dan Cessa tidak akan mengelak. Calvin hanya melihat setengah dari kejadian yang sebenarnya. Tetapi, laki-laki itu malah menyudutkan tanpa tahu kebenarannya.

"Cessa, minta maaf sama Dara!" tegas Calvin.

"Nggak! Aku nggak mau!" Cessa menggeleng kuat. Kenapa justru dirinya yang harus meminta maaf? Sementara Dara-lah yang membawa masalah.

CALVINO [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang