Chapter 9 | Siang Itu, di Rumah Makan

83.4K 6.5K 199
                                    

Kalo benci bisa berubah menjadi cinta, lalu apakah cinta juga bisa berubah menjadi benci?
-Kino Putra Pramudya

☁ ☁ ☁

082357xxxxxx
Tambah | Blokir

[kak Jepan!!]

[lagi ngapain?]

[udah makan?]

[udah mandi?]

[udah-udah nanya melulu]

[kacang mahal hiks ...]

[balas napa]

[jangan diread aja, entar kena azab]

Zevan menghela napas lelah. Walau hanya sekali lihat, ia sudah hapal betul siapa pemilik nomor itu. Beberapa hari belakangan ini, nomor ini selalu menerornya, membuat Zevan pusing tujuh keliling.

082357xxxxxx
Tambah | Blokir

[gak usah spam]

[cie baru dibales]
[makanya bales biar gak dispam]

[gak penting, gue sibuk]

[ralat, nyibuk]
[oke deh semangat nyibuknya, Ay🧡]

Nggak waras, batin Zevan. Kemudian, laki-laki itu mengalihkan atensi pada Kino tanpa membalas pesan Chelsea terlebih dahulu.

"Kenapa lo, Sat?" Kino mengubah posisinya dari duduk di kursi menjadi duduk selonjoran di lantai. Netranya menyorot Zevan dengan pandangan bertanya.

Zevan menggeleng. "Nggak apa-apa."

"Oh ... ternyata lagi chatan sama Chelsea."

Zevan terlonjak kaget ketika ponsel yang berada di tangannya sudah berpindah ke tangan Fabian. Saat Zevan hendak merebut ponselnya kembali, Fabian dengan gesit melemparkan ponsel itu ke arah Kino yang langsung ditangkap dengan baik.

"Oh ... sekarang udah pake lope-lopean, ya." Kino mengangguk-angguk pelan dengan netra yang tak lepas dari layar ponsel Zevan.

"Kin, balikin nggak?!"

Fabian mengambil tempat duduk di samping Kino, netranya menatap lurus ke layar ponsel, "Anjing! Pangilannya udah pake Ay-Ay segala. Ayang nih, maksudnya?" Fabian mengambil tempat duduk di samping Kino

"Yan, mending lo nggak usah ikut-ikutan!"

Kino menggeleng prihatin. "Ternyata Chelsea perhatian juga sama tembok."

"Kin, awas lo ya!"

Kino beringsut dari duduk, lalu kakinya melangkah menghampiri Zevan. Melihat raut Zevan yang tampak kesal, Kino nyaris menyemburkan tawa.

"Sante dong, Sat. Tuh mata udah kayak mau copot aja." Kino melemparkan ponsel Zevan ke pemiliknya ketika jarak sudah lumayan dekat.

"Chelsea temennya Cessa?" Calvin yang awalnya masih menyimak, kini angkat bicara. Netra gelapnya menatap Kino dan Zevan bergantian.

"Giliran udah berhubungan sama Cessa baru buka suara," cibir Fabian lalu meminum air putih yang berada di atas meja.

"Iye, Bos. Chelsea yang waktu itu ngasih selamat buat Zevan karena menang basket, tapi malah tuh bocah abaikan," ujar Kino sembari menunjuk Zevan menggunakan dagu, sedang yang ditunjuk hanya menampilkan raut datar.

CALVINO [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang