Chapter 35 | Titik Terendah

90.6K 6.5K 839
                                    

Ketika otak dan hati tak lagi sejalan, raga tak sanggup lagi untuk bertahan, maka jalan satu-satunya adalah melepaskan.

☁ ☁ ☁

"Ge, kok kamu bisa cepet gitu jadian sama kak Iyan?" Gadis dengan rambut yang dikucir satu itu bertanya sembari menyeruput es jeruknya. Namun, netranya terfokus pada gadis yang kini duduk di sampingnya.

Mereka baru saja selesai melakukan olahraga dan sekarang melarikan diri ke kantin untuk mencari minum. Jam pelajaran Olahraga di kelas mereka berlangsung selama tiga jam sebelum jam istirahat. Jadi, mereka diperbolehkan ke kantin jika sudah melakukan olahraga walaupun bel istirahat belum berbunyi.

Mendapat pertanyaan yang sedemikian rupa, membuat Gheisya mengangkat bahunya tak acuh.

"Aku aja yang udah pake segala cara buat dapetin hati kak Zevan, masih aja nggak bisa," keluh Chelsea dengan raut lesunya, "Ternyata lo diam-diam menghanyutkan juga, ya."

Dengan sisa-sisa kekuatan, Gheisya memukul bahu Chelsea. "Mulut lo!" serunya.

Tidak menampakkan raut kesakitan, Chelsea malah menunjukkan cengiran kuda. "Bagi dong, Ge, rahasianya."

"Rahasia apaan sih?!" tanya Gheisya masih dengan kekesalan yang belum juga reda.

"Pelet, misalnya."

Gheisya tersedak minumannya akibat ucapan Chelsea barusan. Dengan cepat, ia memberikan cubitan bertubi-tubi pada lengan Chelsea. "Sekali lagi lo ngomong gitu, lo yang gur pelet," desisnya tajam.

"Udah dong, jangan berantem. Aku mau cerita, nih," ucap Cessa menengahi. Ia menatap kedua sahabatnya satu per satu yang mana membuat mereka ikut menatap Cessa bingung.

"Aku udah putus sama kak Calvin."

Reaksi yang diberikan Gheisya dan Chelsea berbanding terbalik. Gheisya yang tampak biasa saja bersanding dengan Chelsea yang sebentar lagi histeris di tempatnya.

"Ca, lo seriusan mutusin cogan kayak dia?!" tanya Chelsea.

Gheisya menoyor kepala Chelsea kuat. "Apaan sih, lebay amat lo," cibirnya.

"Emang bener cogan, kok," ucap Chelsea mencari pembelaan.

"Percuma cogan kalo bisanya cuma nyakitin cewek," balas Gheisya. Sedetik kemudian, ia beralih menatap Cessa yang duduk di hadapannya, "Gimana perasaan lo?"

Cessa menarik napas perlahan. "Kalo dibilang sedih, sih, sedih, tapi aku nggak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Berusaha buat ngelupain, walaupun nggak semudah yang dibayangin," ujarnya sembari mengangkat bahu tak acuh.

"Iya, Ca, lo harus move on dari kak Calvin. Gue banyak kok kenalan cowok kalo lo mau," Chelsea kembali menyeruput es jeruknya, kemudian dengan sekali tenggak ia menghabiskan es itu, "Gue dukung seratus persen!" serunya menggebu-gebu.

Gheisya menatap Chelsea dengan kening berkerut. Plin-plan, pikirnya.

Cessa terkekeh, lalu menggeleng pelan. "Nggak ah, lagi nggak mau mikirin itu."

"Kalo butuh cogan, hubungin gue," ujar Chelsea yang mana langsung mendapat cibiran oleh Gheisya.

"Dasar pemangsa cogan."

CALVINO [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang