Chapter 12 | Dia Yang Pernah Singgah

73.5K 6K 987
                                    

Sebelum membaca, pastikan dulu kamu sudah menekan bintang di pojok kiri dan setelah membaca jangan lupa tinggalkan jejak berupa komentar ya, sayangg...

☁ ☁ ☁

Kenangan dan segala tentangmu sudah menjelma menjadi masa lalu, lantas mengapa hatiku masih saja tertuju padamu?

☁ ☁ ☁

Surai pirang yang panjangnya sebatas punggung itu beterbangan tatkala angin berembus sedang. Si gadis celingukan dengan pandangan yang beredar. Kakinya menghentak kesal sembari netranya beralih menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan, lalu beralih pada layar ponsel yang masih menyala. Gurat lelah bercampur kesal menghiasi wajah cantiknya.

Lalu tubuhnya berputar sembilan puluh derajat seiring dengan embusan napas yang terdengar berat. Pandangannya beredar, kembali meneliti tiap-tiap sudut bandara barangkali seseorang yang tengah ia cari diam-diam bersembunyi di sana. Hingga netranya berhenti pada satu titik, di mana sosok laki-laki jangkung berdiri membelakangi. Gurat kesal di wajahnya telah berganti. Sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan tipis terlebih ketika sosok laki-laki itu berbalik, kemudian mendengkus, lalu menyeret langkah ke arahnya.

Belum genap empat langkah, laki-laki itu mendadak berhenti ketika netranya terpaku pada sosok yang masih membatu. Lalu ia bergeming dan suasana mendadak hening, sebelum akhirnya gadis itu berlari kecil menghampirinya dan memeluk erat.

"Aku kangen sama kamu, Vin."

Calvin masih bergeming. Kedua tangannya masih berada di sisi tubuh dengan netra yang lurus ke depan.

Satu menit. Satu menit hingga akhirnya gadis itu menguraikan pelukan tanpa balasan. Ia mendongak, memperlihatkan dengan jelas bahwa netra kecoklatan itu dilapisi kaca bening yang siap pecah jika ia mengerjap sekali saja.

"Kamu lupa sama aku, Vin?"

Calvin memungkiri dalam hati. Hendak menyuarakan isi hati, tapi mulutnya masih terus terkunci. Ia bahkan tidak sadar, jika gadis yang sedari tadi menemani, menatap bingung tanpa arti.

"Dara ...."

Satu nama itu berhasil lolos dari mulut Calvin yang telah lama terkunci. Ia menunduk, menatap netra kecoklatan Dara yang berpendar. Lalu, senyum tipis kembali terbit di bibir gadis bersurai pirang itu.

"Iya, ini aku, Vin," Masih dengan senyum yang terpatri, Dara merentangkan kedua tangan, "Kamu nggak kangen sama aku? Udah lama lho, Vin kita nggak ketemu."

Melihat Calvin yang masih bergeming, Dara berinisiatif memangkas jarak yang terbentang di antara mereka tanpa tersisa. Kedua tangan gadis itu melingkar di pundak Calvin. Lalu selang beberapa detik, Calvin membalas pelukan Dara.

Dara berbisik lembut, "Are you okay?"

Dalam pelukan itu, Calvin mengangguk lemah. Sedang Cessa yang berdiri di belakang laki-laki itu masih membatu. Ada perasaan aneh yang menyusup paksa ke dalam hatinya tatkala netranya menyaksikan aksi peluk kedua remaja di hadapannya. Sesuatu dalam raganya mendidih ketika sosok gadis di hadapannya kembali membuka suara.

"Aku kangen banget sama kamu." Dara terisak, dengan kepala yang bersandar di dada bidang Calvin.

"Ssst ...." Calvin mengelus punggung Dara lembut. Lalu, detik berikutnya ia menguraikan pelukan mereka. Kedua tangan Calvin mendarat sempurna di pundak Dara, "Sekarang lo udah ada di sini, nggak usah nangis lagi."

CALVINO [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang