Dua Puluh Satu

1.7K 109 20
                                    

"Hahaha stttt gue lagi ngerjain dia. Gue bilang kalau dia mau ikut ngga boleh deket-deket ngobrol dan sebagainya atau ngga gue marah sama dia dua minggu," ucap Anneth lebih pelan agar Deven tidak mendengarnya.

"Gilaa paraah loo," Joa yang pertama kali merespon dan mendorong bahu Anneth. Sementara Anneth terkekeh saja.

"Pantesann hahaha tau rasa tuh puasa deket sama doi," ujar Nashwa yang melirik Deven sebentar.

Terlihat Deven mendekat ke arah mereka, buru-buru mereka mengambil topik obrolan yang lain.

"Mau lanjut lagi?" Tanya Deven yang kini berdiri di depan mereka.

"Lanjut dong, yuk histeria tadi penuh siapa tau sekarang udah mendingan antriannya," semangat Ucha yang lang langsung berdiri dan membenarkan rambutnya.

Mereka sekarang lanjut lagi mencoba wahana yang belum mereka naiki. Jam terus berjalan sekarang sudah jam 2 siang dan mereka mau naik tornado untuk kedua kalinya. Deven menolak ikut. Dia bukan takut, tapi setelah naik poci-poci tadi ia merasa kepalanya sedikit pusing, entahlah mungkin masuk angin.

"Ah masa ngga ikut sih, Pen cemen deh," tutu Joa saat mendengar penolakan dari Deven.

"Aelah bukan gitu, udah sono kalian aja gue tunggu sini," ucap Deven dengan senyum. Nashwa melihat bibir Deven sedikit pucat jadi dia tidak terlalu memaksakan.

"Yaudah yukkk langsung ajaa," ajak Nahswa.

Kali ini mereka mengantri lagi. Sambil mengantri mereka sibuk mengobrol dan bermain handphone untuk upload status di media sosial masing-masing.

"Neth, si Depen sakit kali liat ngga tadi bibirnya dikit pucet," ujar Nashwa setelah melihat ke arah Deven yang tengah duduk sambil memerhatikan sekitarnya orang-orang berlalulalang.

"Masa sih? Orang dari tadi semangat dia," sahut Joa yang mendengar percakapan mereka.

"Kurang minum kali, Wa," tambah Ucha.

"Iya bisa jadi tuh kata Ucha," timpal Anneth.

"Eh si kambing, gue yakin sih dia puyeng dikit nanti lo tanyain. Ntar kalo kenapa-napa gimana? Berabe masa kita berempat gendong dia sampe keluar," cerewet Nashwa.

"Nanti rencana gue gagal dong?" Dengan polosnya Anneth bertanya seperti itu.

"Kembaran gue lolanya kambuh!" Joa mendorong dahi Anneth.

"Mending gagal dari pada dia pingsan ntar lo mewek kita yang ribet," omel Joa pada Anneth.

"Salah lagiiii... Anet selalu salah," cemberut Anneth yang dibuat-buat.

"Ehh maju-maju tuh jangan gosip mulu. Tar lagi ngomongin doi si Annethnya," Ucha mendorong Joa yang ada di depannya untuk maju, otomatis Anneth dan Nashwa juga terdorong untung saja tidak jatuh.

Selesai menaiki wahana tornado, mereka menghampiri dimana Deven duduk tadi. Mereka tertawa mengingat tadi teriakan-teriakan mereka saat menaiki wahana tornado. Setelah dekat dengan jarak dimana Deven duduk, teman-temen Anneth menyenggol lengan Anneth untuk menghampiri Deven duluan. Anneth mengangguk lalu berdiri di depan Deven yang tadi asik bermain handphone, lalu sadar ada orang yang berdiri di depannya.

SEBUAH KISAH #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang