Hari ini tiba dimana hari ulang tahun Anneth dan perayaan akan segera di mulai. Deven dan mamanya sudah bersiap-siap sejak tadi dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju cafe tersebut.
Style Deven begitu rapih. Dia menggunakan jeans putih, lalu kemaja putih yang dimasukkan, dibalur rompi berwarna cream yang sengaja tidak dia kancingkan, di tambah dasi kupu-kupu berwarna cream menghiasi lehernya, kemejanya yang di lipat sampai siku, rambutnya yang disisir rapih, sepatu kets hitam.
Turun dari mobil, Deven menggandeng mamanya sambil memegang kadonya juga. Di depan sana ada tumpukan kado-kado yang lain, Deven dan mamanya pun menyimpannya di sana.
Masuk ke cafe, di sambut kedua orang tua Anneth. Deven pamit pada mamanya untuk bergabung dengan teman-temannya yang juga beberapa sudah ada di dalam.
"Wihh Depen malam ini ganteng banget," seru Friden. Ya, Friden datang karena kebetulan di kotanya serang tidak ada kegiatan apapun. Mereka bertos ria, di susul Gogo. Sayangnya, laki-laki yang hadir hanya mereka bertiga yang bisa.
"Si Joa belom dateng?" Tanya Deven melihat teman-temannya seperti ada yang kurang.
"Lagi di jalan katanya kejebak macet," jawab Gogo.
"Gue mau gorok dia kan belum jadi kemarin," ujar Deven. Membuat mereka semua tertawa.
Tak lama yang dibicarakan datang. Tentunya mereka menepati menggunakan DC baju berwarna putih.
"Nah tuh, Joa baru sampe," ucap Mirai yang langsung menatap Deven.
"Apaan? Kalian nungguin gue? Kangen ya?" Sahut Joa dengan santai padahal di sana ada yang menatapnya tajam.
"Gue kan mau gorok lo Jo, belum jadi. Jadi sekarang aja mau?" Sontak Joa melotot, ia mendegungkan kepala Deven.
"Sakit bego!" Keluh Deven.
Setelah cafe itu mulai penuh oleh tamu undangan, acarapun di buka oleh kedua orang tua Anneth dan di sana juga berdiri Anneth dengan Alvaro. Di depan mereka ada tim Anneth yang mendokumentasikan acara tersebut.
Di depan sana ada panggung kecil yang sedang digunakan untuk membuka acara. Beberapa Annetherz Jakarta juga diundang. Cukup seru. Setelah pembukaan, semua yang di sana menyanyikan lagu untuknya.
Selanjutnya pemotongan kue. Dan eh tunggu-ada yang muncul dibalik panggung kecil itu. Deven dari tadi menonton saja yang ada di atas panggung. Ternyata, Kak Aldy datang membawa hadiah besar, ia menghampiri Anneth yang terkejut.
Semua yang ada di sana bersorak senang, beda halnya dengan Deven yang hanya tersenyum tipis saja. Mereka duet di atas panggung sana. Okey adegan romantis.
"Abang jangan nangis ya bangg," Lifia menepuk-nepuk bahu Deven.
"Ngapain nangis sih? Dasar kamu ini aneh-aneh aja," Deven mengelus kepala Lifia.
"Gue tau lo cemburu liat yang di depan kan? Gue juga tau kok perasaan lo masih sama ke Anneth," bisik Joa di sebelahnya. Deven langsung menyentil lengan Joa yang ada di dekatnya.
"Lo nanti nyumbang nanyi ya kedepan," saran Joa.
"Ngapain? Ogah lo aja. Gue sih mendingan makan," jawab Deven ogah.
Adegan romantis itu sudah berakhir tadi dengan menyuapkan kue pada kedua orang tua Anneth dan Aldy juga.
Tiba-tiba Anneth memanggil mereka yang tengah asik mengobrol. Alumni IIJ ini langsung maju kedepan. Deven asalnya menolak tapi karena di tarik oleh Ucha dan Joa jadilah dia ikut ke atas panggung dengan wajah yang masih sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH KISAH #2 [COMPLETED]
Teen Fiction~ Kisah dua hati yang berasal dari dunia musik ~ Ceritanya masih berlanjut ya, ke K.I.T.A see u❣️ Thank u gaes for support this story 🤗