Empat

2.1K 118 25
                                    

Deven hanya bisa melihat dari jarak dekat dan tidak berani mengelus pundaknya atau menenangkannya untuk tidak menangis lagi.

"Annethh..." Tiba-tiba ada yang memanggil gadis itu. Deven melihat siaapa yang memanggilnya, ternyata Kak Aldy.

Nashwa dan yang lainnya buru-buru mengatakan pada Anneth kalau ada Aldy dan menyuruhnya berhenti untuk menangis. Deven melihatnya, Anneth mengusap air matanya lalu tersenyum pada Kak Aldy. Kak Aldy langsung menggandeng lengan Anneth, lalu ia menusap sisa air mata gadis itu. Deven hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Kenapa?" Tanya Kak Aldy membuat Deven menatap mereka berdua.

"Gapapa, aku terharu karena bisa kumpul sama mereka kok. Kamu nyari aku?" Suara lembut Anneth yang dulu bisa didengar Deven setiap hari kini beralih ke orang lain.

"Tadi di cari sama Papi, jadi aku cari kamu. Eh ternyata lagi kumpul sama temen-temen kamu." Anneth tersenyum dan mengangguk.

"Gaes gue ke belakang dulu yaa," semuanya mengangguk.

"Ehh ada yang mau ikut gue ngga nyanyi di panggung itu?" Ujar Ucha setelah Anneth dan Kak Aldy berlalu.

"Gaaaa kita mau makannn," jawab mereka serempak membuat Ucha mendengus kesal.

"Ah, Pon ayo dong Pon iringin guee yaa pake gitar. Kan lo jagoo..." Rengek Ucha pada Deven.

"Kan lo juga bisa main gitar sambil nyanyi bahkan sambil salto juga lo bisa, Cha," Deven mendapatkan sentilan di dahinya dari Ucha.

Ucha menarik Deven sampai ke belakang panggung, dan ia mengajukan diri pada host di sana yang merupakan salah satu Annetherz.

"Mau nyanyi apaan? Tau aja ngga gue," omel Deven.

"Pura Pura Lupa-Mahen," jawab Ucha.

Panggung sudah kosong host memanggil sama Ucha dan Deven. Mereka segera naik ke atas panggung mini. Deven mengambil gitar di pinggir lalu mengalungkan talinya.

"Lo juga ikut nyanyi," bisik Ucha sebelun memulai. Deven hanya mengangguk pasrah, di depan mereka berdua teman-temannya berdiri bersorak.

"Cek... Ehem. Ya di sini gue bakal ngiring Ucha nanyi, semoga kalian seneng. Selamat mendengarkan Mahen-Pura Pura Lupa,"

Setelah Deven berbicara, tepuk tangan memenuhi ruangan. Deven mulai memainkan jarinya di senar gitar.

Bagian pertama Ucha yang akan bernyanyi, di susul Deven dan di reff mereka bernyanyi bersama. Ucha dan Deven saling pandang. Mereka menghayati setiap bait lagunya.

Di akhir lagu mereka membuat semua terkagum. Dan banyak yang meminta lagi.

"Sekian ya, tampilan kita berdua. Di lanjutin Deven bakalan nyanyi lagi di sini yang terakhir," Deven kaget. Heh? Kapan dia bilang dan Deven menyetujuinya? Ah dasar Ucha. Mau tidak mau Deven melanjutkannya. Sedikit berfikir akan membawakan lagu apa.

Deven kini membawakan lagu New Empire-A Little Braver. Suaranya yang sudah lebih membaik setelah mengalami pubertas. Deven menyanyi penuh penghayatan sesekali ia memejamkan matanya lalu kembali menatap ke depan. Sungguh itu lagu yang galau.

Selesai bernyanyi lagu terakhir itu, Deven turun dari panggung. Di sana ada mamanya yang langsung mengusap wajah Deven dan merapihkan ramputnya.

"Ma, aku mau ke depan lagi sama temen-temen ya?"

"Bentar, kata Mami Anneth foto dulu bareng sama kita," Deven mengehela napas. Lagi? Dan kini keluarga mereka berdua.

Mami dan Papi Anneth datang di susul Anneth dengan Alvaro. Di sanalah mereka akan berfoto layaknya keluarga. Alvaro mendekati Deven. Alvaro begitu tampan, ia menggunakan style seperti Deven yang menggunakan rompi hanya saja berwarna hitam.

SEBUAH KISAH #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang