Sore hari Anneth dan Deven baru tiba di lokasi syuting. Di sana masih sangat ramai oleh mereka yang masih sibuk syuting apalagi yang harus lembur sampai malam karena ada adegan yang memang harus di lakukan ketika malam hari.
Kali ini mereka syuting di Cibubur salah salah satu rumah yang digunakan syuting untuk beberapa adegan sisanya adegan di jalan raya.
Baru saja duduk beberapa menit, Anneth kini beranjak dari duduknya tapi sebelumnya ditahan oleh Deven.
"Mau kemana yang?" Deven menahan lengan Anneth.
"Mau mandi gerah, Pen, mumpung masih lama take-nya," jawab Anneth.
"Ngga mandi tetep wangi kok," senyum Deven jahil.
"Iya tau tapi ini gerah Depenn... Mau mandi duluu lepasin," Anneth memelotot, tapi itu tidak membuat Deven takut.
"Makin cantik deh kalau gituu," goda Deven sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Jangan mulai dehh atau aku marah sama kamu," ancam Anneth. Kalau sudah begini Deven pasrah ia melepaskan Anneth membiarkannya mandi.
Sementara Deven juga merasa gerah, ia juga mandi untung saja kamar mandi disana tidak hanya satu jadi ia tidak harus menunggu.
Sebelum masuk kamar mandi Deven mengobrol dulu dengan Keisha karena mencegatnya dan menanyakan beberapa hal barulah ia bergegas mandi. Selesai mandi Deven kembali ke sofa dimana tadi dirinya duduk dengan Deven. Di sofa itu sudah ada Kak Mawar bersama Anneth yang tengah menyisir rambutnya. Sambil mengeringkan rambut dengan handuknya Deven membawa kursi dan duduk di depan mereka.
"Hallo Kak Melati. Udah selesai syutingnya?" Tanya Deven yang baru saja datang sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecilnya.
"Belom lah bambang kan nanti ada adegan sama lo, kan adik gue," jawab Kak Mawar melirik Deven sinis karena masih saja memanggilnya Melati.
"Oh iya bener ya kok aku lupa ya?" Kak Mawar hanya mengangkat bahunya acuh.
"Neth udah belum nyisirnya?" Tanya Deven yang kini beralih mentap Anneth.
"Udah, nih.." Anneth tahu maksudnya mau meminjam sisirnya, tapi nyatanya salah Deven malah menundukkan kepalanya dan mendekatkan ke arah Anneth.
"Apaa?" Bingung Anneth.
"Wuuuuu manjaa dasarrr," sorak Kak Mawar sambil mendorong bahu Deven.
"Kakak ngga boleh ganggu Adeknya lagi bucin syuuutttt," Deven mendongkak sebentar sambil menekan telunjuknya ke bibir supaya Kak Mawar diam tidak mengganggu.
"Jangan mau Nethh," Kak Mawar menarik lengan Anneth supaya duduknya lebih merapat dengannya.
"Kak Melati ngga boleh mengkompori yang tidak baik, komporilah dengan mendukung aku gituloh," protes Deven lalu menarik lengan Anneth supaya menyisir rambutnya.
"Ga. Ini adik aku wleee," Kak Mawar memeluk lengan Anneth sehingga mereka hampir berpelukan.
"No no dia my little anny Kak,"
Deven dan Kak Mawar terus merebutkan Anneth sampai orangnya bingung sendiri dan menonton mereka berdua yang sedang beradu argumen. Sampai pada akhirnya Kak Mawar dipanggil manager-nya jadilah Deven menang.
"Sisirin yaa..." Cengir Deven saat Kak Mawar sudah pergi dan ia menduduki bekas Kak Mawar tadi.
"Sini dari pada ngomong terus dari tadi pusing dengernya," Deven tersenyum senang. Ia menghadap ke arah Anneth supaya lebih mudah menyisir rambutnya.
"Yang rapih ya biar makin ganteng," ucap Deven.
"Ini sisir biasa bukan sisir ajaib yang bisa bimsalabim jadi tom holland," sahut Anneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH KISAH #2 [COMPLETED]
Novela Juvenil~ Kisah dua hati yang berasal dari dunia musik ~ Ceritanya masih berlanjut ya, ke K.I.T.A see u❣️ Thank u gaes for support this story 🤗