Happy reading!
~~Seminggu yang lalu aku sudah menyelesaikan pendidikanku dan mendapatkan gelar sarjana. Disini aku belajar dengan sungguh-sungguh dan inilah hasilnya, aku lulus dengan cepat. Dengan begitu sekarang aku bisa mengurus perusahaan papa dengan tanganku sendiri. Aku akan melakukan yang terbaik
Sekarang aku sedang menatap langit malam dari balkon kamarku. Aku melirik ponselku, sekarang tepat jam 11 malam. Langit malam hari ini terlihat sangat indah dipenuhi oleh bintang-bintang. Tiba-tiba aku teringat Gracia. Dulu kita sering menikmati langit malam bersama
Sekarang aku hanya bisa menikmati langit indah ini sendirian. Rasanya sangat berbeda saat tidak ada dia disampingku. Sekarang aku merasa kesepian dan aku mulai merindukannya. Aku berharap sekarang kita sedang menatap langit yang sama namun mengingat perbedaan waktu kita 11 jam, rasanya sangat tidak mungkin.
"Disana siang kan Ge? Kamu sekarang lagi apa? Kabar kamu gimana? Aku harap kamu baik-baik aja tanpa aku, karna aku disini juga baik-baik aja tanpa adanya kamu. Ternyata kita bisa jalanin hidup kita masing-masing ya"
Tiba-tiba air mataku menetes begitu saja. Aku tertawa pelan tepatnya mentertawakan ucapanku sendiri. Bagaimana bisa ucapanku tidak sesuai dengan isi hatiku
Aku seperti orang bodoh 5 tahun ini. Setiap hari aku mengatakan jika aku berhasil melupakan Gracia. Tapi kenyataannya setiap aku memejamkan mata, bayangannya selalu hadir. Setiap kenanganku bersamanya selalu terputar jelas dipikiranku. Awalnya aku membenci itu tapi sekarang aku mulai menikmatinya
5 tahun lalu aku meninggalkannya. Sangat berat namun aku harus melakukannya. Berharap semua rasa sakit itu hilang namun yang terjadi sekarang aku semakin menderita tanpa adanya dia. Setiap malam aku selalu menyesali keputusanku untuk pergi darinya, mungkin sekarang dia sudah membenciku. Jika itu terjadi haruskah aku senang atau sedih?
Aku terduduk dilantai dan menatap kosong kedepan. Selama 5 tahun yang lalu aku selalu mencoba untuk menghilangkan Gracia dari hidupku, tapi semakin aku mencoba semakin aku merindukannya bukan membencinya. Aku mulai merasa lelah dengan keadaan seperti ini. Aku memeluk lututku, menahan sekuat tenaga agar air mata ini tidak keluar dari mataku
"Aku kangen kamu Ge"
Aku merindukannya, bahkan sangat merindukannya. Aku merindukan tingkah konyolnya, aku merindukan cara berpikirnya yang lama, aku merindukan sikap kekanakannya, aku merindukan pelukan hangatnya. Aku merindukan segala hal tentang dia.Dulu jika aku sedang lelah cukup memeluk dirinya bisa mengembalikan semangatku. Dia memang obat yang terbaik dihidupku.Namun lama-kelamaan dia berubah menjadi sejenis nikotin, heroin, morfin dan yang lainnya. Layaknya seperti orang yang mengonsumsi obat-obatan tersebut, mereka akan gila dan kesakitan jika sehari saja tidak mengonsumsi obat-obatan itu. Sama halnya denganku, sehari saja tidak bersamanya bisa membuatku gila. Dan sekarang sudah tepat 5 tahun aku tidak bersamanya, bukankah seharusnya aku sudah sangat gila?
"Kamu berubah jadi obat-obatan jahat Ge!"
Aku kembali tertawa pelan dengan air mata yang sekarang sudah mengalir dengan derasnya dipipiku. Aku ingin dia kembali bersamaku. Tapi sekarang aku terlalu takut untuk kembali kepadanya. Takut ia membenciku, karna aku dengan bodohnya meninggalkan dia
"Maafin aku Ge"
Sekarang aku hanya bisa menangis. Menyesali semuanya yang sudah terjadi. Sampai aku mendengar pintu apartemenku terbuka. Aku segera menghapus kasar air mataku
"Kak Vienny ga jadi pulang ke Indonesia?" tanyaku tanpa melihatnya karna aku yakin mataku sudah terlihat sembab karna menangis
Ohiya, aku tinggal di apartemen ini bersama kak Vienny. Aku terkejut saat mengetahui kak Vienny ternyata satu kampus denganku. Jadi dia memintaku untuk tinggal bersamanya. Sebenarnya ini apartemen milik kak Vienny tapi dia selalu berkata 'anggap aja punya kamu Shan' semenjak saat itu aku tidak ragu untuk menyebut bahwa apartemen ini juga milikku
KAMU SEDANG MEMBACA
Medicine and The Pain [END]
FanfictionAku kira kamu diutus tuhan sebagai obat di hidupku, ternyata aku salah.. Kamu juga salah satu penyebab rasa sakit itu yes, you're my medicine and my pain.. Shania Gracia [1 Nov 2019 - 18 April 2020]