MATP 24

6.1K 616 28
                                    

Happy reading!
~~

Shani tidak dapat fokus saat belajar di kelas maka dari itu ia memilih untuk meminta izin pulang dengan alasan sedang tidak enak badan. Lain halnya dengan Gracia, ia terpaksa mengikuti kelas seperti biasa karna tidak diizinkan pulang oleh wali kelasnya dikarenakan Gracia sudah terlalu sering tidak mengikuti pelajaran

Sepulang sekolah Gracia hanya berdiam diri di taman dekat rumahnya. Dengan masih berpakaian lengkap seragam sekolah miliknya, Gracia memandang danau yang berada tepat di depannya. Ingatannya tentang Shani kembali terputar dengan jelas di kepala Gracia. Bagaimana Shani memanjakannya, memandangnya dengan tatapan memuja, memeluknya dengan hangat, menciumnya dengan lembut. Memori indah itu terus berputar dikepala Gracia sampai tidak sadar bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman namun senyuman itu tidak bertahan lama

Seiring dengan kenyataan bahwa semua ini benar-benar telah berakhir. Senyuman Gracia mulai memudar tergantikan oleh air yang mulai keluar dari kedua bola matanya

Gracia menyesali semua perbuatannya pada Shani, ia tidak pernah mengetahui Shani mencintainya sebegitu dalamnya. Dan dengan bodohnya Gracia meninggalkan Shani begitu saja. Mungkin sekarang Shani sudah sangat membencinya bahkan Gracia yakin kesempatan baginya sudah tidak ada. Shani sudah kembali menutup hatinya

Jika saja waktu bisa diputar kembali, Gracia berjanji apapun yang terjadi ia akan tetap berada di samping Shani. Namun apa boleh buat semuanya sudah terjadi dan waktupun tidak bisa diulang kembali, semuanya sudah selesai. Gracia benar-benar kehilangan segalanya dan Gracia sangat menyesali hal itu. Sekarang hidupnya kembali hancur untuk yang kedua kalinya

Pandangan Gracia berubah menjadi menatap langit saat merasakan rintik hujan yang mulai membasahi dirinya. Gracia memejamkan matanya merasakan setiap tetes air hujan yang membasahi wajahnya

Sekuat apapun Gracia mencoba tegar menghadapi semua ini namun akhirnya ia gagal juga. Gracia mengakui dirinya tidak sekuat Shani, buktinya sekarang ia mulai kembali menangis terisak seorang diri dalam dinginnya malam yang hanya terisi dengan suara derasnya hujan

"Maafin aku Shan"

Hujan semakin deras dan hari semakin malam tapi Gracia masih berjalan mengikuti kakinya yang entah akan membawanya kemana. Pandangan Gracia mulai mengabur, bibirnya mulai pucat, pakaiannya sudah basah kuyup sedari tadi. Rasanya kepalanya akan meledak sebentar lagi

Gracia bingung ia harus pulang kemana. Shani? tidak mungkin, Shanju? Gracia yakin kakaknya masih marah kepadanya. Anin? Gracia yakin Anin masih kecewa padanya

Gracia menghentikan langkahnya, menatap dua rumah yang bersebrangan itu secara bergantian, tiba-tiba Gracia mengeluarkan tawa renyahnya. Lebih tepatnya Gracia mentertawakan dirinya sendiri

"Selamat Gracia berkat kebodohan lo, lo kehilangan semua orang yang lo sayang.."

Hujan sudah berhenti melakukan tugasnya. Gracia sekarang seperti kehilangan arah, bahkan jika ia harus mati detik inipun ia tidak peduli

Gracia menajamkan pendengarannya saat menangkap suara rintihan dari sebuah jalan kecil yang cukup jauh dari rumahnya. Gracia mencoba mendekati asal suara tersebut. Suara tersebut berasal dari jalan setapak kecil yang minim dengan cahaya serta masih dipenuhi dengan pepohonan

"Gua ga suka sama lo Raka!"

"Terus maksud lo selama ini apa hah? Lo terus-terusan ngasih perhatian lebih sama gua?!"

"Lo nya aja yang baperan!"

Gracia memutar bola matanya malas, ternyata hanya pertengkaran remaja biasa. Gracia tidak ingin ikut campur dengan permasalahan asmara mereka karna.. Kisah asmara Gracia pun cukup menyedihkan

Medicine and The Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang