MATP 20

6.7K 604 12
                                    

Happy Reading!
~~

Tidak lama setelah Naomi pergi meninggalkan rumah Shani, Gracia datang dengan satu kantong penuh cemilan yang sudah ia beli dari minimarket sebelumnya. Shani menyuruh Gracia agar menunggunya di ruang tamu saja. Meskipun Gracia cukup heran, tidak biasanya Shani memperlakukan Gracia seperti tamu.Namun Gracia tidak keberatan dengan permintaan Shani yang tidak biasa itu

Dan disini lah Gracia sekarang menunggu Shani menyelesaikan kegiatan mandinya sembari duduk menonton televisi dengan mulut yang tidak pernah berhenti mengunyah

Shani yang telah selesai dengan kegiatannya segera turun untuk menemui Gracia. Dilihatnya Gracia yang sangat fokus menonton sampai tidak menyadari Shani yang sudah berdiri dibelakangnya

Shani mencium sekilas pipi Gracia. Gracia yang terkejut sontak menengok kebelakang dan Gracia melihat manusia yang belakangan ini sangat ia rindukan sedang tersenyum kepadanya

Gracia menatap Shani tanpa berkedip sampai Shani harus mengusap wajah Gracia agar kesadarannya kembali

"Cantik banget"

"Iya aku tau" ucap Shani santai menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari-jari tangannya sembari tersenyum menggoda pada Gracia sedangkan Gracia menatap malas pada Shani lalu kembali duduk membelakangi Shani

"Sini jelek" panggil Gracia pada Shani mengisyaratkan agar Shani duduk di sampingnya

Shani berjalan ke arah Gracia dan berdiri tepat dihadapan Gracia

"Belum 5 menit bilang cantik udah bilang jelek aja" ucap Shani duduk dilantai tepat dihadapan Gracia dengan bibir yang sedikit dimajukan dan bersidekap dada

"Becanda sayang" ucap Gracia mencubit kedua pipi Shani

"Aw sakit Ge!"

"Eh maaf.. perasaan aku nyubitnya pelan deh"

Gracia bingung dengan Shani yang terlihat benar-benar menahan rasa sakit padahal ia mencubit Shani tidak memakai tenaga sedikitpun. Gracia memperhatikan pipi kiri Shani yang sedikit membengkak dan berwarna kemerahan

"Pipi kamu kenapa?" tanya Gracia mengerutkan keningnya saat mengecek pipi Shani

"Di tampar kak Naomi" jujur Shani

"Kok bisa?"

"Tau tuh pas aku dateng tiba-tiba nampar aja"

Gracia bangkit dari duduknya lalu bergegas mengambil handuk kecil dan beberapa es batu untuk mengompres pipi Shani

"Ngadep sini" titah Gracia yang sudah duduk disamping Shani

"Gamau, kamu aja yang pindah ke depan aku" ucap Shani mundur kebelakang sampai punggungnya bersandar pada sofa

Gracia yang malas berdebat memilih untuk mengikuti kemauan Shani. Gracia dengan hati-hati mengompres pipi Shani. Shani menatap lekat Gracia, memandangnya dengan tatapan kecewa

"Ge"

"Hm?"

"Aku takut.."

Gracia sejenak menghentikan kegiatannya, mengalihkan pandangannya pada Shani. Namun saat Gracia ingin menatap tepat pada mata Shani, Shani memejamkan matanya seakan tidak ingin Gracia mengetahui apa yang sebenarnya sedang Shani rasakan

"Takut kenapa hm?" tanya Gracia melanjutkan kembali kegiatannya, mengompres pipi Shani.

Shani tidak menjawab pertanyaan Gracia, ia lebih memilih menikmati sentuhan Gracia pada wajahnya

"Gimana sekarang?" tanya Gracia

"Udah mendingan, makasih ya" ucap Shani kembali membuka kedua matanya

Medicine and The Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang