Ku langkahkan kaki ku memasuki rumah, menarik nafas dan membuangnya dengan kasar.
Klaaakk....
Aku tak melihat papa atau pun bunda di ruang tamu, aku terus berjalan menuju kamar tidurku. Namun seketika langkahku terhenti karena ada suara yang memanggil namaku
"Tifani??" suara lembut memanggilkudari belakang, aku pun berbalik melihat siapa yang memanggilku.
"Iyah, ada apa omah?" ku bersimpuh di hadapan kursi roda omah dan memandangnya.
"Baru pulang kuliah? Tidak ada masalahkan di kampusmu?" tanya omah dengan mengelus lembut kepalaku. "Tidak omah" jawabku dengan senyuman, lalu aku berdiri dan berjalan di belakang kursi roda omah.
"sekarang udah waktunya makan malam, omah dikamar saja yah. Biar nanti aku antar makanan kek kamar omah" kataku sambil mendorong kursi, menuju kamar omah. Setelah ku baringkan omah di tempat tidur, aku segera masuk ke dalam kamarku dan membersihkan diri bersiap untuk makan malam.
Aku berjalan menuju dapur dan tak ada satupun makanan diatas meja, hanya ada air putih disana. Tentu saja, tak ada makanan karena bunda pasti sibuk dengan pekerjaannya sebagai manajer restoran milik atasannya. Ku buka lemari es berharap ada makanan yang di beli oleh bunda untukku dan omah, ku ambil roti tawar dan selai kacang dan ku letakkan di atas meja makan.
"Gimana bisa kenyang kalo aku sama omah cuma makan ginian" kataku, memang bunda jarang menyiapkan makan malam karena disibukkan dengan pekerjaannya. Aku pun berniat untuk membeli makanan diluar rumah, ku ambil kunci motor diatas meja belajar.
Malam yang dingin, angin malam menusuk ke dalam pori poriku. Aku pun menepi, dan berhenti di kedai nasi goreng yang biasa aku kunjungi setiap malam.
"Pak, nasi goreng cumi satu sama nasi goreng ayam satu" kataku dan penjual itu mengangguk. Aku pun duduk di kursi kosong, ku ambil minuman di lemari es dan kembali duduk. Bermain sosmed mungkin bisa membuatku sedikit mengurangi rasa bosan karena menunggu nasi gorengku selesai, sesekali ku teguk minuman dalam botol.
"nasi goreng cumi sama ayam sudah siap" teriak penjual nasi goreng itu, aku pun memasukkan ponsel kedalam saku jaketku dan membawa tas kecil berisi uang.
"ini pak, makasih ya" kataku mengambil bungkusan nasi goreng dan berjalan menuju parkiran. Entah kenapa malam ini aku begitu haus jadi ku buka botol airku
Braaakkk...
Air yang belum sampai di mulutku tumpah di bajuku
"What! Lu gimana sih, punya matakan?!" kataku sambil membersihkan bajuku yang basah karena air yang tumpah di bajuku. Suara tawa orang orang yang ada di parkiran membuatku kesal.
"Maaf maaf aku ga sengaja" kata lelaki yang menabrakku, dengan polosnya dan membenarkan kacamata yang ia gunakan.
"Udah pakek kacamata masih aja ga ngeliat!" kataku, dan hendak mengambil bungkusan nasi goreng yang jatuh. Lelaki itu menghampiriku dan mengambil bungkusanku dengan cepat, lalu memberikannya padaku.
"ini mbak, sekali lagi maaf yah" dia berlalu dan menjauh dari tempat parkiran.
"Dasar cupu!" sahutku keras, aku pun berjalan menuju motorku. Ku jalankan menuju rumah, beberapa menit berlalu akhirnya aku pun sampai di rumah. Ku lihat mobil sudah terparkir di garasi, aku pun tak menghiraukannya pasti bunda dan papa sudah pulang.
Aku berjalan menuju dapur, ku lihat papa dan bunda sudah duduk di meja makan bersama omah. Ku letakkan bungkusan nasi goreng diatas meja
"Fani? Kok kamu basah gitu?" tanya bunda melihatku diikuti dengan papa dan omah, "Engga gapapa, cuma ketumpahan tadi" jawabku langsung duduk dan membuka nasi goreng omah dan nasi gorengku.
"ini omah nasinya" kataku
"loh, Kmu beli makan diluar Fan?" tanya papa padaku dengan membulatkan mata.
"Mau gimana lagi? Makan roti doang ga kenyang pa, lagian omah juga harus minum obat kan jadi harus makan dulu" jelasku sambil melahap makananku.
"Kamu kenapa ga siapin makanan buat fani sama mama?!" kata papa menatap bunda dengan tajam.
"kamu tau sendiri kalau aku tidak sempat untuk memasak nasi" jelas mamaku dan menatap papa dengan tajam pula
"Kamu itu ibu rumah tangga seharusnya bisa mengatur rumah, bukan kerjaan!!" tambah papa, membuat bunda meletakkan sendok dan garpu makn dengan keras. Aku tak tau jika penjelasanku tadi membuat pertengkaran mereka dimulai
"aku sibuk dengan kerjaan, kamu tau itu!" jawab bunda.
Ku pasang headphone yang ada di leherku, aku berdiri dari tempat duduk dan membawa omah masuk ke dalam kamarnya. Aku sudah bosan mendengar perdebatan mereka, mungkin itu alasannya kenapa mereka tak ingin memberikanku saudara. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya, apalagi papa sebagai sekertaris perusahaan besar.
Ku rebahkan omah ke kamar tidur, dan menyelimutinya."kamu ganti baju ya, biar tak sakit nanti" kata omah sambil memegang tanganku dan aku pun mengangguk lalu aku menutup pintu kamar omah.
"Shit! Gara gara tuh cowok cupu gua jadi basah semua kek gini, awas aja kalo ketemu" celotehku saat hendak mengganti bajuku.
Setelah aku mengganti baju, ku rebahkan diriku diatas tempat tidur. Suara perdebatan kedua orangtuaku masih terdengar dari kamarku, entah kenapa mereka tak ingin menyudahi nya. Ku nyalakan musik di headphone ku dan bermain ponsel sebentar berharap mataku lelah memandangi layar smartphone lalu memutuskan untuk tidur, cukup lama aku bermain ponsel namun mataku masih belum berat. Ku putuskan untuk mengambil segelas susu di dapur, mungin dengan itu aku bisa tidur.
Saat aku melewati ruang keluarga, ku lihat papa tidur di sofa depan tv. Aku melihat papa tertidur pulas, seketika hatiku merasa tersayat saat melhiat papa begitu pulas dengan wajah polos dan wajah yang sepertinya kelelahan. Inginku menghampirinya dan memeluknya tapi hal itu mungkin akan membangunkan papa, jadi hanya ku benarkan selimutnya. Aku pun mengambil susu dalam lemari es, dan berjalan menuju kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
cewek hits dan cowok cupu.
Teen FictionSetiap anak pasti menginginkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun aku tak seberuntung kalian. Orang tuaku terlalu sibuk dengan dunia karirnya, hingga tak punya waktu untuk mengurusku. 20 tahun lebih dibesarkan tanpa pengawasan orang tua,tu...