Kriiinggg....
Jam pulang sudah berbunyi, Aku dan Tiara hendak pergi ke taman untuk menyelesaikan beberapa tugas dari dosen. Di semster akhir ini jadwal cukup padat, menyelesaikan beberapa tugas yang harus tuntas sebelum dead line. Terdengar derap langkah seseorang mendekat kearahku dan Tiara
"Hay Fani" sapa Bima dan duduk di sebelah kiriku, dan aku hanya melihat dan sekilas ke arahnya.
"Ngerjain tugas apa?" tanyanya padaku, dan melihat ke arah laptop yang ada didepanku.
"Ada ajalah" jawabku
"Bentar yah, gua mau beli minum dulu" sahut tiara dan pergi meninggalkanku dengan si Bima ini.
"Kenapa lu gak pulang" tanyaku, namun pandanganku masih tertuju pada tugasku.
"Yah gapapa, mau ngajak kamu jalan" jelasnya padaku.
"Gua ga ada waktu Bim, tugas gua banyak. Sorry" kataku.
"Kamu tuh aneh fan, kita kan dikasih waktu buat ngenal lebih baik sama orang tua kita. Tapi kamu malah nolak waktu ku ajak jalan, coba bayangin kalo orangtua kita tau soal ini apa yang bakal terjadi" katanya sambil berdiri dari tempat duduk, aku tak ingin memulai perdebatan dirumah karena aku tau keadaan omah seperti itu. Dan aku ga mungkin biarin omah kenapa kenapa hanya karena aku menolak ajakan bima, lalu pasti kedua orangtua ku memarahiku.
"Yaudah, gua ambil tas duku di kelas" sahutku berdiri dan berjalan menuju kelasku di lantai dua.
Aku pun masuk kedalam kelas dan diikuti bima di belakangku, saat aku keluar kelas ku lihat tak ada bima diluar kelas. Ku turuni tangga dengan pelan, dan betapa terkejutnya aku melihat darah di tangga. Ku ikuti arah darah itu berada, ternyata bima terbujur lemas dibawah tangga dengan kepala yang bercucuran darah. Aku pun menghampiri bima, mengusap darah yang ada di dahinya dengan tanganku, dan berusaha menyadarkannya.
"Fan..." kata Bima lemah
"Astaga tifanii... Apa yang lu lakuin kepada Bima...."sahut Vania dari belakangku, dan dia langsung berlari keluar kampus.
Aku tak peduli dengan apa yang dipikirkan vania, aku berusaha memanggil ambulan tapi sinyalku tak bagus. Akhirnya kuputuskan untuk mencari bantuan, kepanikan menyelimuti diriku. Ku edarkan mataku keselurus kampus berharap siapapun bisa menolongku
"Alan... Tolong bantu gua" teriakku saat melihat si cupu baru keluar dari kelasnya, dia pun berlari ke arahku.
"Lu ambil mobil gua, bawa kesini. Buruan" kataku padanya, tanpa sepatah kata pun dia langsung berlari dan membawa mobilku masuk kedalam kampus. Si cupu itu turun dari mobil dan membantuku membawa Bima masuk kedalam mobilku, dengan kecepatan penuh si cupu mengendarai mobilku segera menuju ke rumah sakit.
Sampailah kami di rumah sakit
"Suster suster" Teriak si cupu itu saat memasuki rumah sakit, dengan sergap petugas medis membawa Bima masuk ke ruang ugd.
"kamu tunggu disini, biar aku ambil tas bima dalem mobil" kataku pada si cupu panik saat berada di depan pintu ugd. Aku pun berlari menuju mobilku berada, ku raih tas bima dan kembali pada si cupu.
"Gua hubungin dulu yah mamanya bima" kataku pada si cupu dan langsung mencari nomer tante dania.
"Assalamualaikum tante, ini Tifani"
"oh tifani, waalaikumsalam. Ada apa nak?"
"Tante bisa datang kerumah sakit harapan indah sekarang?"
"Loh? Ada apa fani? Kenapa?"
"pokoknya tante datang aja ke rumah sakit sama om dodik sekarang yah"
KAMU SEDANG MEMBACA
cewek hits dan cowok cupu.
Teen FictionSetiap anak pasti menginginkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun aku tak seberuntung kalian. Orang tuaku terlalu sibuk dengan dunia karirnya, hingga tak punya waktu untuk mengurusku. 20 tahun lebih dibesarkan tanpa pengawasan orang tua,tu...