Pembunuhan di Taman Tulip Jl. Timur 25

162 19 0
                                    

Berkat bantuan Detektif Lim, Rinz benar-benar bergabung dengan kepolisian Metro. Dia lulus ujian dengan nilai sangat memuaskan. Sepertinya menjadi creator webtoon genre action dan thriller sedikit banyak membantunya menyelesaikan ujian dengan mudah.

"Selamat, Rinz!" seru Detektif Lim sambil menepuk pundak Rinz.

"Duduklah di sini!" panggil sebuah suara yang hanya pernah didengarnya beberapa kali di telpon ayahnya.
Dia sepertinya masih muda, mungkin hanya beberapa tahun lebih tua darinya.

"J. Panggil saja aku J!" kata detektif itu sambil menyalami Rinz. Dia lalu kembali sibuk di depan komputernya. Sepertinya, dia jago IT.

"Selamat datang, Rinz!" sambut Kapten Oh.

"Terimakasih, Kapten." Rinz memutar kepalanya. Mejanya tepat berhadapan dengan detektif muda yang bernama J.

Rinz merasa aneh. Partner ayahnya bernama Lim, kaptennya Oh, rekan di depannya bernama J. Rinz jadi berpikir, mengapa kantor polisi Metro hanya memilih polisi bernama satu suku kata. Rinz geleng-geleng kepala.
*****

Belum 5 menit duduk, terdengar bunyi telepon dari 119.
"Ditemukan mayat seorang wanita di Taman Tulip Jl. Timur 25." bunyi telepon itu.

Kapten Oh segera memerintahkan anak buahnya menuju TKP, termasuk Rinz. Mereka naik mobil yang sama ke Taman Tulip. Detektif J yang mengemudi. Sepertinya selain jago IT, Detektif J juga jago balap.

Melihat Rinz yang tampak mengamati Detektif J dengan heran, Detektif Lim bercerita, "Detektif J dulunya seorang atlit e-sports. Dia memenangkan game balapan dari Gran Turismo Sport, F1, Moto GP, I Racing, WRC, aaah...apa lagi? Detektif Lim mencoba mengingat-ingat.

"Forza Motorsport, Project Cars, dan Track Mania." celetuk sebuah suara di jok belakang.

Rinz menoleh ke arah suara. Didapatinya seorang laki-laki yang terlihat seperti habis bangun tidur.

"Itu Detektif Rick! Hati-hati dengannya! Dia orang paling malas sedunia. Dia hanya mandi jika ada urusan penting." jelas Detektif J disambut tawa yang lain.
Rinz juga ikut tertawa. Benar dugaannya, semua polisi di kepolisian Metro bernama satu suku kata saja.
*****

Tidak berapa lama kemudian mereka tiba di TKP. Suasana ramai sekali, beberapa warga menggerombol di luar garis kuning.
Tim forensik sudah tiba. Sepertinya bukan tim dokter yang mengotopsi ayahnya.

"Dokter Huda, beliau kepala Badan Forensik Nasional." jelas Detektif J tanpa ditanya.

"Bagaimana korban meninggal?" tanya Detektif Lim pada Dokter Huda.

"Kesimpulan sementara dicekik. Tapi kita akan lihat lagi setelah otopsi." jelas Dokter Huda.

"Sudah berapa jam korban meninggal ditemukan?" tanya Kapten Oh yang ternyata menyusul.

"Mayatnya sudah meninggal sekitar 7 jam. Kemungkinan dia meninggal tadi malam, sekitar pukul 22.00." jelas Dokter Huda.

Di semak-semak tergeletak mayat seorang wanita. Usianya sekitar 25-30 tahun. Dari pakaiannya, sepertinya dia seorang pegawai kantor. Roknya di bawah lutut sudah robek bagian tepinya dengan robekan yang kasar. Benangnya terurai kasar. Lutut korban lebam dan terluka. Pada leher terdapat bekas jeratan warna merah. Dari bekas luka di lututnya, korban sepertinya sempat jatuh ketika dikejar. Namun ada beberapa hal yang menarik. Di tanah terdapat bekas gesekan sepanjang sekitar 10 m yang berhenti di bawah kaki. Rinz tak sabar menanyakannya.

"Mengapa kepala bagian belakangnya berdarah, Dok? Sepertinya dia jatuh ke belakang. Luka di kepalanya masih baru. Tapi jika dilihat lututnya luka, dia juga jatuh ke depan. Mungkinkah dia diseret sebelum terbunuh atau dia sudah tewas ketika diseret? tanya Rinz pada Dokter Huda.

"Siapa kamu?" Dokter Huda balik bertanya.

"Dia Rinz, detektif baru." jelas Kapten Oh.

Dokter Huda manggut-manggut.
"Kamu pasti putrinya Detektif Zoe." tebak Dokter Huda, "Kita akan temukan jawabannya setelah otopsi, Detektif Rinz. Matamu cukup jeli. Aku yakin kamu akan seperti ayahmu." kata Dokter Huda.

Rinz hanya manggut-manggut. Matanya tidak berhenti melihat ke sana ke mari. Dokter Huda sepertinya juga mengenal ayahnya.

"Dokter Huda dan ayahmu pernah berada di sekolah yang sama ketika SMA." kata Detektif Lim, "Mereka berdua sangat dekat. Salah satu dokter forensik kepercayaan ayahmu adalah Dokter Huda." jelas Detektif Lim.

Rinz manggut-manggut. Dia mencoba mengingat catatan ayahnya. Di sana terdapat beberapa tulisan yang di setiap akhirnya diberi tanda kurung bertuliskan DH. Mungkin DH adalah kependekan dari Dokter Huda.

"Rinz! Ke sinilah!" panggil suara Detektif Rick.

Rinz menoleh kesal. Mengapa Detekfi Rick hanya memanggil dengan nama saja. Rinz menggerutu, dia merasa Detektif Rick tidak sopan.
"Dia memanggil semua orang muda dengan namanya. Dia juga hanya memanggilku J." jelas Detektif J yang sepertinya mendengar gerutuannya.

Rinz dan Detektif J menghampiri Detektif Rick. Mereka melihat jejak ban mobil di sekitar TKP. Jejak ban mobil tersebut sepertinya hanya bergerak maju mundur. Mereka saling menatap satu sama lain.
"Baiklah, akan kucari mobilnya." seru detektif J lalu mengeluarkan laptopnya. Laptop tipis itu selalu dibawanya kemana-mana.

Detektif J memotret jejak ban itu lalu mencarinya di data base. Ternyata tak banyak jenis mobil yang memakai ban seperti itu.
"Ini sejenis mobil dakar." katanya kemudian.
Dia lalu mencari lagi jenis mobil dakar yang paling sesuai dengan jejak ban itu.

"Mitsubishi Pajero Sport Dakar 4x4 AT!" pekik Detektif J kegirangan.
Detektif Rick dan Rinz berpandangan. Mereka lalu meninggalkan Detektif J. Mereka akan menemui penjaga Taman Tulip untuk memeriksa cctv.

Di Taman Tulip tidak banyak cctv terpasang. Padahal taman itu termasuk besar. Satu-satunya taman di Kota Metro yang mengizinkan mobil melewati taman. Di taman itu sering dijadikan tempat untuk latihan menyetir mobil setiap hari Rabu dan Kamis.

"Hei! Kalian mau kemana?" teriak Detektif J memanggil Rinz dan Detektif Rick yang sudah meninggalkannya.
"Cctv." jawab Detektif Rick sambil berteriak.
Detektif J lalu berlari mengejar kedua rekannya.

Di ruang penjaga taman, Rinz sedang memeriksa cctv. Pandangannya cukup jeli. "Kejadiannya sekitar pukul 22.00, Pak. Tolong berikan rekaman hari itu dari semua kamera yang ada!" kata Rinz pada penjaga taman.

Detektif J dan Rick yang menyusul ikut mengamati seperti Rinz. 8 layar cctv diarahkan pada jam 21.40. Mereka bertiga mengamati dengan cermat. Tak banyak mobil yang masuk taman di malam hari, bahkan tidak banyak pengunjung yang berkunjung di taman.

"Kamera depan gerbang taman, pukul 21.48.47, berhenti di situ!" teriak Rinz.

Di layar 4, sebuah mobil Mitsubishi Pajero Sport melintas. Detektif J langsung memeriksa ponselnya.
"Benar, itu Pajero Sport Dakar 4x4 AT." serunya.
Dia lalu mencatat plat nomor mobil itu.

"Berikan semua salinan cctv, Pak!" pinta Detektif Rich.
*****

Detektif J dan Rinz bergegas kembali ke kantor polisi. Detektif Rich, Kapten Oh, dan Detektif Lim masih di TKP.

Tiba di kantor polisi, Detektif J dan Rinz langsung menemui Divisi Lalu Lintas, mereka meminta data pemilik mobil Pajero Sport Dakar 4x4 AT bernopol MT 471 R. Nomor polisi yang cukup unik. Sepertinya bukan mobil orang sembarangan.

"Pemilik mobilnya atas nama Stanley Aldrich." seru Detektif Kris dari Divisi Lalu Lintas, "Hah! Bukankah, dia dokter kulit yang terkenal itu. Istriku merawat kulit di kliniknya. Mahal sekali. Satu krim pagi saja harganya di atas 500.000." jelasnya.

"Apakah mobilnya pernah berpindah tangan?" selidik Rinz.

"Sejak dibeli, mobil itu tidak pernah berpindah tangan." jawab Detektif Kris.

Detektif J dan Rinz langsung menghubungi Kapten Oh dan rekannya yang lain, "Ada yang harus kusampaikan. Aku rasa, aku menemukan pelakunya." kabarnya di telpon.

My Psycopath DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang