Terkuaknya Identitas Si Pengintip

74 10 0
                                    

Seakan telah mendengar kata "action" dari sutradara, Rinz berlari memeluk dr. Aldrich. Detektif Dan senyum-senyum melihat pemandangan itu. Bagaimana pun juga dia ikut berbahagia untuk sahabatnya. Dia menyadari bahwa menjadi jomblo di usianya sangat tidak menyenangkan. Dia juga pernah menyukai Rinz. Namun rasa itu ditepisnya. Dia cukup tahu diri tidak ingin menyakiti sahabatnya yang telah 13 tahun menunggu Rinz. Detektif Dan tersenyum sendiri. Pasti akan membahagiakan jika dipeluk seseorang yang dirindukan selama bertahun-tahun seperti itu. Dia tersenyum lagi.

Berbanding terbalik dengan Detektif Dan, Detektif Nick malah memalingkan muka. Dia tidak ingin melihat kebersamaan Rinz dan dr. Aldrich. Sayangnya, lagi-lagi dia harus menyaksikan adegan romantis itu. Dia menyadari, jika mereka berdua memang harus berakting semesra itu untuk memancing pengintip yang bersembunyi agar segera menampakan diri. Detektif Nick belum tahu status sebenarnya dua sejoli itu.

Rinz dan dr. Aldrich saling menatap manja. Ternyata Rinz yang dingin bisa bersikap seperti itu. Pak Padri tersenyum melihat pemandangan itu. Dia tahu bahwa keduanya tidak sedang berakting. Dia tahu benar bahwa dr. Aldrich dan Rinz saling mencintai satu sama lain.

"Mereka tidak sedang berakting, Kapten. Mereka memang sedang jatuh cinta," lapor Pak Padri pada Kapten Oh dari balik telepon.

Rinz dan dr. Aldrich masuk ke dalam rumah. Mereka masuk kamar.

Detektif Nick dan Dan memutar mobilnya. Mereka juga masuk rumah dr. Aldrich, namun melalui jalan yang berbeda. Mereka loncat pagar yang sama yang pernah dilewati Rinz dan Detektif Dan dulu.

"Haruskah kita melakukan ini, Dan?" gerutu Detektif Nick.

Detektif Dan tidak mengatakan apapun. Dia meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya memberi tanda pada Detektif Nick untuk diam.

Anak buah Pak Padri sudah membuka pintu belakang. Mereka berdua segera masuk rumah mewah itu. Dapur dr. Aldrich bersih dan luas. Semua ruangan di rumah ini tidak ada yang kecil. Mereka lalu menuju ruang tamu.

Di dalam kamar, Rinz dan dr. Aldrich bergantian mandi. Rinz sudah tidak sabar ingin bercerita banyak hal pada dr. Aldrich. Kepalanya dipenuhi pikiran yang meresahkannya. Rinz menunggu dr. Aldrich sambil berdiri di depan jendela. Dia sengaja berdiri di sana untuk memancing si pengintip keluar dari sarangnya.

dr. Aldrich memeluk Rinz dari belakang dengan mesra. Rinz bisa mencium harumnya ketika dr. Aldrich berjalan mendekatinya. Bau harum tubuh dr. Aldrich yang berasal dari sabun mandi seharga 567.000 per 100 ml itu. Rinz juga menggunakannya. Bau mereka sama. Sama-sama harum lembut. Bau harumnya benar-benar tahan lama.

Rinz menoleh sebentar. Dia tersenyum dr. Aldrich pun begitu. Mereka tetap saling tersenyum, terkadang tertawa kecil. Padahal mereka sedang berbicara serius tentang rencana Kapten Oh dan Kapten Ri. Rinz juga menceritakan hasil investigasinya yang mengejutkan.

Rinz memutar badannya. Dia memeluk dr. Aldrich dengan mesra. Rinz dan dr. Aldrich tetap berbicara serius, meskipun raut wajah mereka seperti sedang bercakap tentang indahnya malam yang dipenuhi bulan dan bintang.

Rinz melepaskan pelukannya perlahan. Dia menatap dr. Aldrich. Raut wajahnya berubah serius. Dia tidak berkata apapun. Begitu pun dr. Aldrich, dia juga tidak berkata apapun sambil terus menatap Rinz. Mereka saling menatap. Mata Rinz berkaca-kaca.

"Ternyata kita benar-benar menghadapi masalah hidup dan mati. Aku sangat khawatir terjadi sesuatu yang buruk padamu," kata Rinz

"Kita hadapi bersama, Rinz," ucap dr. Aldrich sambil terus menatap Rinz lembut.

Rinz mengedipkan matanya. Dia sangat paham dengan situasi yang dihadapinya. Situasi yang tidak dapat ditebak sama sekali. Rinz gelisah.

"Kamu masih ingat aturan 45 cm? Jika dalam jarak 45 cm tidak ada yang berubah posisinya. Itu adalah tanda untuk tindakan selanjutnya," kata dr. Aldrich mengalihkan perhatian. Dia tidak ingin Rinz tampak muram.

My Psycopath DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang