Hari masih pagi. Pukul 05.10, Kapten Oh bergegas menyusul anak buahnya ke TKP di Perumahan Braga. Di TKP hanya Rinz yang belum terlihat batang hidungnya. Setelah peristiwa marah pada dr. Aldrich kemarin, Rinz belum juga nongol. Kata Detektif Dan, Rinz sedang dalam perjalanan.
Suasana TKP dipenuhi penduduk perumahan. Mereka hanya melihat dari jauh. Kabarnya seorang pria baru saja menghabisi nyawa mantan pacar istrinya karena cemburu. Pelaku dan korban bertetangga. Pelaku adalah suami yang over posesif. Dicemburuinya istri yang polos itu. Begitu cerita para tetangga.
Istri korban melihat sendiri bagaimana suaminya dibunuh. Dia ditabrak di depan rumahnya. Pelaku kemudian melarikan diri. Kejadian itu masih pagi, korban baru saja kembali dari masjid. Seisi perumahan geger karena peristiwa itu.
Detektif Dan, Rick, dan J bekerjasama dengan tim Divisi Lalu Lintas segera mencari pelaku. Dari cctv jalan raya, pelaku terlihat memacu mobilnya ke arah Stasiun Kereta Api Metro.
Rinz merasa dirinya lebih dekat ke stasiun daripada TKP. Rinz bergegas ke stasiun. Sayang, Rinz pun kehilangan jejaknya. Dia hanya menemukan mobil yang dikendarai pelaku terparkir di pinggir jalan depan stasiun.
Rinz mengecek daftar penumpang. Nama pelaku tidak ada dalam daftar. Rinz tak hilang akal. Dia menunjukkan lencana polisinya dan masuk peron. Rinz berjalan pelan menyusuri peron yang penuh dengan penumpang turun dari Kereta Api. Sisanya adalah penumpang yang menunggu kereta.
"Bagaimana orangnya? Cepat kirim sketsa pelaku! Aku sudah ada di stasiun," katanya pada Detektif J.
Sebentar kemudian sebuah pesan berisi gambar masuk. Gambar berisi foto pelaku. Rinz mengamati foto itu dengan seksama.
"Dia memakai jaket bomber warna hijau Rinz, orangnya tinggi besar, 180/80. Usinya sekitar 40 tahunan," jelas Detektif J.
"Kami sedang dalam perjalanan menyusulmu Rinz, TKP sudah diamankan Detektif Lim dan Kapten Oh," sahut Detektif Dan.
Klik! Rinz menutup telponnya. Penampilannya tidak tampak seperti polisi pagi itu. Dia hanya mengenakan celana training dan t-shirt berwarna hijau botol. Melihat penampilan Rinz, tidak akan ada yang menyangka jika dia seorang polisi.
Rinz terus berjalan menyusuri peron. Dia tidak melihat seorang pria pun yang sesuai dengan ciri-ciri pelaku. Ada beberapa pria tinggi besar, namun tidak ada yang memakai jaket bomber.
Rinz terus berjalan. Dilihatnya beberapa pria tinggi besar menuju ke arah toilet. Rinz mencari toilet pria dan menunggu di depan pintu. Beberapa pria keluar masuk. Bau menyengat menyeruak dari toilet. Rinz menutup hidung.
Rinz bertanya pada petugas toilet, "Ada berapa bilik di dalam, Pak?"
Petugas itu tidak langsung menjawab pertanyaan Rinz. Dia memandangi Rinz dari ujung kepala sampai kaki.
"Ada 4 bilik, Mbak," sahut petugas toilet itu.
Rinz mengamati dan menghitung orang yang keluar masuk. Pria tinggi besar belum juga keluar. Di depannya seorang pria menunggu. Katanya sudah masuk ke dalam tapi penuh. Rinz mengamati dan menghitung satu persatu yang keluar dari toilet. Sudah 3 orang yang keluar. Mereka tinggi besar, namun tidak ada yang sesuai dengan sketsa yang dikirim Detektif J. Berarti tersisa satu orang di dalam.
"Apakah ada yang di toilet ga keluar-keluar, Pak?" tanyanya pada petugas toilet yang terlihat acuh.
Lagi-lagi petugas itu hanya memandang Rinz dengan sorot mata seolah bertanya, "Ngapain tanya melulu,"
Merasa dipelototi, Rinz tak nyaman. Dikeluarkannya lencana polisinya, "Saya polisi. Ada pembunuh bersembunyi di toilet," kata Rinz.
Petugas toilet itu melihat lencana Rinz, dia lalu mengangguk-anggukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Doctor
Mystery / ThrillerRinz seorang kreator webtoon yang tidak pernah peduli dengan pekerjaan ayahnya, seorang polisi di Kota Metropolis. Ayahnya, Detektif Zoe sudah hampir 6 tahun mengejar pembunuh berantai yang membunuh korbannya dengan keji. Suatu hari, Detektif Zoe di...